Brain drain tidak melulu berbicara tentang kerugian terhadap negara asal. Ada juga keuntungan yang diperoleh.
Tahun 1960-an, India mengalami ketertinggalan dan keterpurukan ekonomi. Begitupun dengan negara berkembang lain. Sedangkan negara maju, tetap melaju dan semakin maju. Negara maju besar-besaran membangun industri.
Mereka bisa menyerap tenaga kerja yang berkualitas, termasuk menyerap peneliti. Negara-negara berkembang pun berbondong-bondong masuk ke sana, terutama India.
India pernah mengalami brain drain yang cukup parah. Kaum intelektual dari sana justru memajukan negara maju. Tahun 1960 banyak lulusan berbakat pergi ke beberapa negara maju untuk bekerja.
Selama 30 tahun, India mengalami masa sulit. Baik dari sektor ekonomi, sosial dan pendidikan. Menariknya, India sebagai negara berkembang dapat survive menghadapi kekalutan brain drain.
India setelah puluhan tahun mengalami banyak kesulitan. Akhirnya mampu melihat peluang. India mampu mengambil celah, mampu memanfaatkan brain drain menjadi Reserved brain drain.
Mengubah Brain Drain Menjadi Reserved Brain Drain
Brain drain ternyata juga pernah terjadi di Jerman dan Italia. Salah satu peneliti tersebut adalah Albert Einstein dan Enrico Fermi. Mereka hijrah ke Amerika untuk membantu Perang Dunia Dua. Begitupun dengan Cina ketika terjadi peristiwa Tiananmen, banyak yang pergi ke Amerika. Begitupun dengan India, bedannya, India berhasil membawa pulang kembali.
Adapun beberapa hal penting, upaya India bisa membalikkan alur brain drain menjadi lebih menguntungkan di negaranya. Menurut Pan Mohamad Faiz, ada beberapa penyebab utama terjadinya reserved brain drain di India.
1. Transisi Kebijakan Pemerintah
Tahun 1990, pemerintah India mengalami transisi kebijakan secara gradual. Menurut analisa Pan Muhammad Faiz, terjadinya transisi kebijakan secara gradual inilah yang mengubah pola kontrol ekonomi sosialis melalui sebuah proses liberalisasi.
Di mana India mulai berani menciptakan lapangan pekerjaan baru berbagai bidang dan meningkatkan reputasi di bidang IT dan manajemen. India membuka lapangan kerja di bidang manufaktur dan teknologi dan memberikan syarat yang tidak rumit terhadap instansi swasta. Dengan begitu, semakin banyaklah instansi swasta tumbuh.
2. Terjadinya Krisis Ekonomi Di Amerika Serikat
India mampu melihat peluang yang terjadi terhadap negara tujuan, Amerika. Ketika Amerika Serikat mengalami krisis perekonomian, banyak perusahaan tutup dan berhenti berproduksi. Sehingga terjadi pengangguran dalam skala besar, dan memutus kontrak kerja dengan tenaga ahli.
Amerika beralih mencari tenaga outsourcing, dengan alasan bisa digaji lebih rendah. Melihat kasus tersebut, India melakukan transisi kebijakan pemerintah dan memberi tawaran lebih menggiurkan kepada warganya yang ada di Amerika.
Hasilnya, banyak tenaga ahli, profesional, dan pebisnis asal India pulang ke kampung halamannya. Mereka datang ke negaranya sebagai fasilitator antara tenaga ahli dengan jaringan International Booming. India pun mulai menunjukan taringnya. India memperoleh sebutan Indian Silicon Valley.
Di India mulai muncul kota-kota IT yang berpusat di Bangalore. Di tempat inilah banyak laboratorium riset berdiri, seperti Hawlett-Packard, Microsoft, dan IBM. Sehingga, India pun secara perekonomian kini menguat.
3. Adanya Jaringan Diaspora
Ada diaspora sebagai silent networking. Sebuah komunitas elektik yang diikuti lebih 20 juta orang dan pertumbuhannya selalu berkembang 10% tiap tahunnya. India menempati angka ketiga dalam jaringan diaspora setelah Cina dan Inggris. Hal ini dapat dilihat dari jumlah negara di dunia, ada 48 negara ditempati oleh puluhan ribu warga dari India.
Kunci keberhasilan jaringan diaspora di India disebabkan kesadaran terhadap warisan kebudayaan dan ikatan emosional terhadap tanah kelahirannya. Kunci keberhasilan India adalah kemampuan untuk mempertahankan identitas mereka.
Setidaknya, di India memiliki banyak diaspora, baik itu diaspora kemasyarakatan dan keilmuan. Beberapa bentuk diaspora inilah yang melahirkan sumber daya potensial, sekalipun statusnya sebagai negara berkembang.
Baca juga: Menumbuhkan Minat Riset dengan Mengenalkan Jurnal Karya Ilmiah ke Mahasiswa
Reversed brain drain di India menjadi Industri teknologi berkualitas tinggi. Pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan pesat dalam sektor penjualan. Jika dulu hanya menghasilkan US$ 150 juta, naik menjadi US$3,9 miliar.
Di bidang ekspor, India juga diacungi jempol. Setidaknya, India berhasil mengekspor perangkat lunak ke 100 negara di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat dan benua Eropa.
India mulai mendapatkan banyak tawaran kerja dari Goldman Sachs, BNP Paribs, dan masih banyak lagi. Tawaran yang datang pun menawarkan gaji sangat besar, yaitu US$ 193.000 hingga US$ 200.000 per tahun. Hubungan kerjasama India dan Amerika memberikan keuntungan ganda bagi negaranya.
Keuntungan brain drain bagi negara berkembang semakin memiliki SDM berkualitas. Dari banyak segi, negara maju lebih unggul. Ironisnya, tidak semua negara berkembang mampu melakukan hal serupa seperti India.
Untuk negara-negara berkembang lebih banyak mengalami kesenjangan. Salah satunya kasus yang terjadi di Nigeria, banyak ditemukan dokter asal Nigeria bertempat di Amerika. Sedangkan di negaranya sendiri, jumlah dokter sangat memprihatinkan.
Barangkali bukan soal banyak dan sedikit keuntungan dan kerugiannya, melainkan sebagaimana suatu negara mampu memanfaatkan kerugian disulap menjadi sebuah kelebihan. Jadi, jika brain drain mampu dikelola dengan apik, akan memberikan dampak positif. Berikut adalah dampak positif dan negatif brain drain.
Dari tabel dan ulasan terkait brain drain di atas, dapat disimpulkan bahwa negatif atau positifnya suatu negara tergantung dari bagaimana pemerintah memanfaatkan peluang.
Jika peluang brain drain dapat didiplomasi dan dilobi, justru akan memberikan keuntungan dua kali lipat untuk negara asal, sekaligus menguntungkan bagi pelaku (peneliti atau dosen).
Referensi:
- Hariyanto. Brain Drain, Masalah Besar Bagi negara Berkembang. http://artikel.staff.uns.ac.id/2008/12/24/brain-drain-masalah-besar-bagi-negara-berkembang/. Diakses 14 Maret 2017
- Faiz, Pan Mohamad. 2007. Brain Drain Dan Sumber Daya Manusia Indonesia: Studi Analisa Terhadap Reversed Brain Drain Di India. Makalah Disampaikan Pada Konferensi International Pelajar Indonesia (Kipi) 2007 Sydney, Australia – 9 September 2007.