Bagi dosen Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia memperoleh tunjangan profesi dosen menjadi sebuah angin segar yang didambakan. Tetapi, untuk mendapat tunjangan tersebut dosen harus lulus sertifikasi dosen (Serdos) terlebih dahulu. Tidak mudah memang, faktanya tidak sedikit dosen yang tidak lulus sertifikasi dosen disebabkan banyak hal. Lantas apa saja penyebab tidak lulus sertifikasi dosen? Yuks kenali sejak dini.
Pemerintah selalu mengimbau kepada dosen yang mendaftar sertifikasi dosen untuk jangan sampai melakukan plagiat. Dirjen Sumber Daya Iptek Dan Dikti Menristek/BRIN Ali Ghufron Mukti mengatakan ada beberapa penyebab peserta sertifikasi dosen tidak lulus sertifikasi. Ia mengatakan ada beberapa penyebab peserta sertifikasi dosen tidak lulus sertifikasi. Diantaranya yaitu:
Jangan anggap sepele masalah administrasi, pastikan dosen yang mendaftar sertifikasi dosen namanya telah diajukan oleh LLDIKTI wilayahnya. Cara memastikannya adalah mengecek dengan menanyakan langsung kepada LLDIKTI wilayahnya masing-masing. Karena Perguruan Tinggi Swasta dibawah naungan lembaga LLDIKTI.
Masalah administrasi muncul tak jarang ketika mengisi instrument di portal serdos. Banyak dosen yang keliru menulis status atau gelarnya. Maka sebaiknya, dosen memeriksa kevalidan datanya pada portal Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) Dikti dan status pada Perguruan Tinggi dimana dosen tersebut melanjutkan studi.
Selain itu, masalah lain yang sering terjadi adalah perbedaan bidang ilmu yang tertera pada jabatan akademik dan pada usulan dari LLDIKTI wilayahnya.
Penyebab lain dosen tak lulus sertifikasi dosen adalah ketika menulis Deskripsi Diri (DD). Masalah utama biasa terjadi ketika dosen mengisi esay DD tidak sesuai atau relevan dengan pertanyaan yang diberikan. Banyak dosen yang curang ketika mengisi narasi DD, yaitu dengan mengcopy-paste atau plagiat DD dosen yang telah lulus pada periode sebelumnya.
Menurut guru besar UGM itu umumnya dosen yang tidak lulus di sertfikikasi dosen karena penilaian deskripsinya rendah. “Kemudian (nilai, red.) bahasa Inggris dan uji potensi akademik,” katanya, Rabu (7/2)seperti dikutip jpnn.com.
Ghufron mengatakan para dosen supaya tidak plagiat atau mencontek deskripsi diri milik rekan sejawatnya. Dia tidak memungkiri bahwa kegiatan plagiat atau copy-paste paparan deskripsi diri (DD) cukup banyak terjadi. Praktik seperti itu menurutnya gampang dideteksi oleh penilai sertifikasi dan berujung skor rendah serta tidak lulus.
Deteksi plagiat tersebut juga bisa berdasarkan hasil analisis software dan dibaca kemiripannya, banyak butir yang memiliki kemiripan lebih dari 90% bahkan 100%. Banyak dosen yang masih malas menyiapkan deskripsi diri dengan baik, terbukti dari ditemukan banyaknya dosen mengisi semua atau hanya beberapa nomor isian dengan isian yang sama.
Salah satu syarat kelulusan sertifikasi dosen yaitu nilai gabungan. Jika nilai gabungan tidak mencukupi, dapat dipastikan dosen tersebut tidak lulus sertifikasi dosen. Banyak pula dosen mendeskripsikan DD dengan sangat baik, namun terkadang tersandung pada nilai TOEP dan TKDA, jenjang pangkat/golongan, nilai Jabatan Akademik.
Tidak melakukan penelitian menyebabkan dosen kekurangan nilai pada esay tentang penelitian an publikasi ilmiah. Kurangnya penelitian juga menyebabkan jawaban terkait inovasi dalam perkuliahan terlihat biasa saja. Kalaupun ada publikasi ilmuah, hanay satu penelitian itu pun hanya pada jurnal perguruan tinggi dimana dosen bekerja dan tidak dapat ditelusuri reputasi jurnalnya.
Kurangnya dosen mengadakan penelitian menyebaban ketidakseimbangan atara bidang penelitian dan pengajaran dan manajerial serta pengabdian masyarakat.
Salah satu point untuk memastikan tidak lulusnya sertifikasi dosen adalah hadir saat sosialisasi atau workshop penggunaan laman web serdos.dikti.go.id dan mengisi tandatangan.
TOEP dan TPA menyumbang nilai pada nilai gabungan. Skor TOEP dan TKDA yang rendah menyebabkan banyak dosen yang divonis tidak lulus, disebabkan nilai gabungan tidak mencapai yang dipersyaratkan. Peserta calon Serdos harus mengikuti tes sebagai salah satu persyaratan wajibnya.
Jika peserta dapat menghitung cukup tidaknya nilai gabungan ketika telah mebgikuti tes TOEP dan TKDA. Jika nilai gabungan tidak mencukupi, sebaiknya mengurungkan niat untuk mengisi serdos pada periode berikutnya.
Tidak sedikit dosen yang masih bingung ketika melihat laman/website serdos. Bahkan ada ketakutan untuk sekadar mengklik halaman portal serdos. Karena kebingungan ini, banyak dosen yang tidak mengisi instrument yang menyebabkan dosen tersebut dikategorikan sebagai dosen yang belum mengikuti serdos pada tahap tersebut.
Referensi :
www.tipsbelajarmatematika.com & jpnn.com
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…