Tahukah Anda, bahwa terdapat beberapa kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi tanpa kita sadari? Kesalahan yang dimaksud di sini adalah penulisan dalam bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah, sehingga menghasilkan kalimat berisi kata tidak baku yang tentu perlu dihindari.
Kesalahan penulisan yang tidak sesuai kaidah, bila sering muncul di publikasi dan dibaca masyarakat, bisa dianggap benar. Hal ini membuat kesalahan yang sama semakin banyak terjadi. Lantas, apa solusi yang tepat? Berikut pembahasannya.
Kata Baku VS Tidak Baku
Membahas mengenai bentuk-bentuk kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi tentu diawali dari kata baku dan tidak baku. Memahami keduanya menjadi hal mendasar untuk menyadari ada tidaknya kesalahan dalam penulisan.
Dikutip dari salah satu artikel ilmiah yang terbit di jurnal EUNOIA (Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia), menurut Kosasih dan Hermawan (2012: 83), kata baku adalah kata yang diucapkan atau ditulis oleh seseorang sesuai dengan kaidah atau pedoman yang dibakukan.
Sebaliknya, kata tidak baku adalah kata yang diucapkan atau ditulis oleh seseorang tidak atau belum sesuai dengan kaidah atau pedoman yang dibakukan. Dalam bahasa Indonesia, pedoman penulisan dan penggunaan kata baku mengacu pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan juga Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Kini EYD dan KBBI sudah bisa diakses masyarakat luas secara daring dan gratis. Sehingga semakin memudahkan dalam mengecek penulisan dan penggunaan suatu kata sudah baku atau belum.
Arti Penting Menggunakan Kata Baku dalam Penulisan
Meskipun kata tidak baku masih jamak dijumpai dan bisa dipengaruhi oleh penggunaan bahasa daerah. Akan tetapi, mengutamakan penggunaan ragam kata baku perlu dijadikan prioritas. Berikut beberapa arti penting dari penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia:
1. Menjaga dan Meningkatkan Kredibilitas
Arti penting menggunakan ragam kata baku dalam bahasa Indonesia adalah untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas. Hal ini terjadi, karena penggunaan kata baku menunjukan penulis atau penutur memiliki kemampuan bahasa yang baik.
2. Menjaga Kejelasan dan Ketepatan Makna
Arti penting kedua kenapa perlu memahami dan menghindari kesalahan umum dalam penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi adalah menjaga kejelasan dan ketepatan makna.
Sebab jika masih memakai kata tidak baku, maka ada kemungkinan makna kata dan kalimat tidak jelas. Sehingga bisa menyebabkan kesalahpahaman pendengar maupun pembaca.
3. Mencerminkan Pendidikan dan Profesionalisme Penulis
Arti penting yang ketiga untuk selalu memakai kata baku dalam bahasa Indonesia adalah untuk mencerminkan profesionalisme dan pendidikan. Artinya, memakai kata baku menunjukan seseorang berpendidikan sehingga menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
Ketika berkomunikasi secara lisan dan tulisan, maka akan selalu terlihat profesional. Dimana semua kalimat yang disampaikan atau ditulis bisa dipahami dengan baik oleh siapa saja.
4. Ikut Melestarikan Bahasa Indonesia
Arti penting selanjutnya adalah untuk ikut langsung dalam melestarikan bahasa Indonesia. Sebab dengan menggunakan ragam kosakata baku, maka mengajak lebih banyak orang melakukan hal serupa. Sehingga semakin banyak yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar saat berkomunikasi.
Kesalahan Penulisan Kata Serapan Asing
Salah satu bentuk kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi adalah pada kata serapan. Dalam KBBI, kata serapan adalah kata yang diserap dari bahasa lain dengan didasarkan pada kaidah bahasa penerima.
Dalam bahasa Indonesia, mayoritas kata serapan berasal dari bahasa asing. Misalnya bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, dan sebagainya. Kemudian, ada juga kata serapan dari sejumlah bahasa daerah di Indonesia.
Lalu, bagaimana kaidah atau aturan penulisan untuk kata serapan yang benar? Mengutip dari buku berjudul Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Rev), karya dari Widjono Hs (2007), menjelaskan kata serapan sebaiknya disesuaikan dengan kaidah bahasa penerima.
Artinya, kata serapan dalam bahasa Indonesia wajib mengikuti kaidah ejaan, tata bahasa, dan struktur yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Misalnya kata serapan dari bahasa Inggris “social media” maka ditulis “media sosial”. Bukan ditulis sesuai kaidah bahasa Inggris melainkan kaidah bahasa Indonesia.
Berikut adalah beberapa contoh kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi pada kata serapan:
- Masih menulis “object” yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, bentuk bakunya adalah “objek”.
- Masih menulis “Perancis” yang merupakan nama salah satu negara di kawasan Eropa Barat, dan bentuk bakunya adalah “Prancis” jadi tanpa huruf “e”.
- Masih menulis “sosial media” atau “social media” yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris. Bentuk baku dalam bahasa Indonesia adalah “media sosial”.
- Masih menulis “sholat” atau “shalat” yang merupakan kata serapan dari bahasa Arab. Bentuk baku dalam bahasa Indonesia adalah “salat”.
- Masih menulis “aktifitas” atau “activity” yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris. Bentuk baku dalam bahasa Indonesia adalah “aktivitas” sehingga memakai huruf “v” bukan huruf “f”.
Sebagai informasi tambahan, cara termudah untuk mengetahui penulisan kata sudah baku atau belum dalam bahasa Indonesia. Bisa mengecek di KBBI daring. Silahkan ketik kata di KBBI dan cek apakah ada definisi yang ditampilkan KBBI. Jika ada definisi, maka artinya penulisannya sudah baku. Sebaliknya, jika data tidak ditemukan maka artinya tidak baku.
Penulisan Kata Depan
Bentuk kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi selanjutnya adalah terkait penulisan kata depan. Kata depan sendiri adalah kata tugas yang berfungsi membentuk frase preposisi. Kata depan terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:
- Kata depan yang berfungsi menunjukan tempat: di
- Kata depan yang berfungsi menunjukan tujuan: ke
- Kata depan yang berfungsi menunjukan asal: dari
- Kata depan yang berfungsi menunjukan keterangan: dengan
Jika penulisan kata depan masih dijumpai banyak terjadi kesalahan, lalu seperti apa aturan atau kaidah penulisan yang benar? Kaidah penulisan kata depan yang benar terdiri dari 3 poin aturan. Berikut penjelasannya:
1. Aturan Penulisan Kata Depan
Dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia semua jenis kata depan seperti penjelasan di atas penulisannya adalah tidak disambung, melainkan dipisah. Misalnya yang benar adalah “di dalam” bukan “didalam”. Contoh lain, yang benar adalah “ke sekolah” bukan “kesekolah”.
2. Pengecualian untuk Aturan Umum Penulisan Kata Depan
Pada aturan penulisan kata depan yang dijelaskan di poin pertama, ternyata ada beberapa pengecualian. Artinya ada beberapa kata depan yang penulisan yang benar justru disambung bukan dipisah.
Aturan pengecualian ini hanya berlaku untuk kata depan yang sudah lazim ditulis menyambung. Contohnya seperti kata “kepada”, “daripada”, dan sebagainya. Jika bingung daftar kata depan apa saja yang aturan penulisannya masuk pengecualian maka bisa mengecek di KBBI daring.
Jadi, silahkan masuk ke website KBBI daring melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/. Pada halaman utama, ketikan kata depan yang dirasa masih bingung penulisannya disambung atau dipisah pada kolom pencarian. Jika respon KBBI langsung menampilkan definisinya, maka artinya penulisan sudah tepat. Berikut contohnya:

Sebaliknya, jika penulisan kata depan kurang tepat misalnya mengetik “ke pada”, maka respon KBBI akan menampilkan data kata tersebut tidak ada. Berikut contoh notifikasi KBBI daring:

3. Aturan Penulisan Kata Depan pada Judul
Aturan penulisan ketiga untuk kata depan di dalam bahasa Indonesia adalah ketika kata depan tersebut masuk ke judul karya tulis. Maka aturannya adalah ditulis dengan huruf kecil semua.
Sementara kata selain kata depan, huruf pertama ditulis memakai huruf kapital. Berikut beberapa contohnya:
- Mengenal Keindahan Pantai di Pulau Bali
- Hari Batik Nasional Diperingati dari Sabang sampai Merauke
- Presiden Memberi Instruksi kepada Gubernur
Jadi, jika menjumpai penulisan kata depan yang tidak memenuhi 3 poin aturan di atas, maka artinya penulisan kata depan tersebut masih salah atau keliru. Sehingga jangan sampai ditiru.
Penulisan Tanda Baca dalam Bahasa Indonesia
Bentuk ketiga dari kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi adalah terkait tanda baca. Dalam KBBI, tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua).
Tanda baca wajib ditulis dengan baik dan benar untuk memastikan makna kalimat jelas dan tidak memicu miskomunikasi. Tanda baca yang ditulis dengan benar juga meningkatkan kualitas tulisan sehingga enak dibaca dan mudah dipahami sekaligus memudahkan pembaca menentukan intonasi.
Sebagai contoh, jika ada kesalahan penggunaan dan penempatan tanda baca seperti tanda koma (,) maka ada resiko terjadi perubahan makna. Berikut contohnya:
- Mari makan Ayah! (salah, karena makna kalimat menjadi ajakan makan ayah)
- Mari makan, Ayah! (benar, karena kalimat bermakna mengajak ayah untuk makan).
Meski hanya salah penempatan, makna suatu kalimat bisa berubah. Sehingga perlu memastikan penulisan tanda baca sudah benar. Sekaligus pemilihan tanda baca sudah tepat sesuai konteks kalimat yang disusun.
Sehingga makna jelas dan tidak ambigu serta memicu kesalahpahaman. Berikut beberapa contoh kesalahan penulisan tanda baca lainnya:
| Salah | Benar |
| Saya membeli apel, jeruk, mangga dan pisang. | Saya membeli apel, jeruk, mangga, dan pisang. |
| Dana bantuan yang disalurkan sebesar Rp10,500,000,000. (salah, penulisan angka nominal uang harusnya memakai titik bukan koma) | Dana bantuan yang disalurkan sebesar Rp10.500.000.000. (benar). |
| Kamu mau ikut. (salah, karena diakhiri tanda titik) | Kamu mau ikut? (benar, karena diakhiri tanda tanya sebab memang kalimat tanya). |
Selain beberapa bentuk kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi di atas. Tentunya masih banyak kesalahan dalam bentuk lainnya. Kesalahan-kesalahan ini bisa terjadi karena berbagai faktor.
Mulai dari penulis yang belum mengetahui bahwa apa yang ditulisnya tidak sesuai EYD maupun KBBI. Bisa juga karena faktor terlupa, salah paham dalam aturan penulisan sesuai EYD, typo (misal ingin menekan tombol tanda koma di keyboard tapi keliru tanda titik), dan lain sebagainya.
Tips Menulis yang Baik dan Benar
Bagi masyarakat Indonesia, terutama yang menjadi penulis profesional tentu akan berusaha menghindari kesalahan penulisan. Terutama kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi dan dianggap sebagai penulisan yang sudah benar.
Lalu, apa saja yang harus dilakukan penulis agar tulisannya bebas dari berbagai kesalahan penulisan tersebut? Berikut beberapa tips yang bisa dicoba:
1. Mempelajari Kaidah Kebahasaan dalam EYD
Tips yang pertama untuk meminimalisir kesalahan penulisan adalah mempelajari kaidah kebahasaan sesuai EYD. Sesuai penjelasan di awal, aturan atau kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia diatur di dalam EYD.
EYD yang berlaku dan terbaru adalah versi kelima atau EYD Edisi Kelima. Jadi, seorang penulis atau calon penulis wajib mempelajari kaidah kebahasaan di dalam EYD tersebut.
Kabar baiknya, EYD sudah bisa diakses secara daring. Melalui portal EYD, siapa saja bisa mempelajari seluruh kaidah penulisan yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia.

Mulai dari penulisan huruf kapital, penulisan kata (kata dasar, kata depan, dll), penulisan tanda baca, sampai penulisan kata serapan. Portal EYD daring bisa diakses melalui tautan berikut https://eyd.netlify.app/.
2. Mengikuti Pelatihan Menulis dan Penyuntingan Naskah
Tips kedua untuk menghindari adanya kesalahan penulisan adalah aktif mengikuti pelatihan menulis. Sekaligus pelatihan penyuntingan atau editing naskah secara mandiri.
Pelatihan menulis, selain mengasah keterampilan menulis dan meningkatkan kualitas tulisan yang dibuat. Juga membantu memahami kaidah kebahasaan, sehingga membantu menulis dengan benar sesuai EYD maupun KBBI.
Pelatihan terkait penyuntingan naskah juga penting untuk diikuti. Sebab lewat pelatihan ini, penulis bisa paham kaidah kebahasaan. Ketika selesai menulis maka bisa menyunting naskah secara mandiri dan tetap profesional.
3. Meluangkan Waktu Menyunting Naskah Setelah Selesai Menulis
Salah satu celah yang memperbesar kemungkinan melakukan kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi adalah tidak menyunting naskah. Idealnya, menulis meluangkan waktu untuk menyunting naskah pasca proses menulis.
Tujuannya, penulis bisa memeriksa masih ada kesalahan kebahasan yang dilakukan atau tidak. Jika memang ada maka bisa segera dikoreksi. Sehingga tulisan yang dibuat sudah bebas dari kesalahan kebahasaan.
4. Pahami Fungsi Berbagai Jenis Tanda Baca
Tips keempat adalah memahami jenis-jenis tanda baca dan memahami juga fungsinya dalam tulisan. Pemahaman ini membantu memilih jenis tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat.
Sekaligus memahami bagaimana tata aturan penggunaan atau penulisannya. Misalnya untuk tanda titik (.) yang digunakan untuk mengakhiri kalimat dan menulis nominal uang.
Sementara tanda tanya (?) digunakan untuk mengakhiri kalimat tanya. Jika paham fungsi masing-masing tanda baca, maka penempatan posisi dan kapan menggunakannya akan ikut dipahami juga.
5. Memanfaatkan EYD dan KBBI Daring
Tips kelima untuk bisa menghindari berbagai kesalahan penulisan adalah memanfaatkan teknologi. Salah satunya memanfaatkan layanan EYD daring dan KBBI daring yang disinggung sekilas sebelumnya.
Melalui kedua portal tersebut, masyarakat Indonesia dan khususnya para penulis bisa meningkatkan pemahaman kaidah kebahasaan. Sehingga bisa kapan saja mengecek penulisan yang baik bagaimana. Baik untuk kata dasar, penulisan angka atau nominal mata uang, kata serapan, tanda baca, dan sebagainya.
6. Perbanyak Membaca
Tips berikutnya adalah memperbanyak membaca. Khususnya karya tulis yang dikenal kredibel. Contohnya artikel ilmiah pada jurnal nasional dan internasional kredibel. Buku yang diterbitkan penerbit kredibel, baik penerbit mayor maupun minor.
Sebab karya tulis yang diaplikasikasikan oleh pihak kredibel biasanya sudah mengikuti kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia. Sering membaca tulisan-tulisan seperti ini membantu memahami kaidah penulisan berbagai kata (kata dasar, serapan, dan sebagainya sampai tanda baca).
7. Membiasakan Diri Menyusun Kalimat Sederhana dan Jelas
Tips yang terakhir adalah selalu membiasakan diri menyusun kalimat sederhana dan jelas. Dimana kedua poin ini adalah karakteristik dari kalimat efektif. Sehingga pemilihan kosakata, penggunaan tanda baca, dan detail lainnya bisa sesuai kaidah kebahasaan yang benar.
Melalui beberapa tips tersebut, maka bisa terbantu dalam menghindari berbagai kesalahan umum penulisan bahasa Indonesia yang masih terjadi. Sehingga tulisan yang dibuat kualitasnya bisa membaik, keterbacaannya meningkat, dan mudah dipahami oleh pembaca tanpa resiko miskomunikasi.
Baca artikel serupa:



