Berusaha untuk bebas dari segala bentuk kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal, menjadi kebutuhan dan kewajiban para dosen di Indonesia. Sehingga artikel ilmiah tersebut bisa menembus editor jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional bereputasi.
Namun, menyusun artikel ilmiah yang berkualitas dan bebas dari kesalahan ternyata bukan hal mudah. Hal ini terlihat dari masih banyaknya revisi yang dialami para dosen ketika mengurus publikasi ilmiah.
Revisi sendiri memang lumrah, karena kesalahan minor maupun mayor tentu perlu diperbaiki. Namun, berusaha meminimalkan revisi penting untuk dilakukan. Tidak harus bebas revisi, karena lebih susah. Melainkan meminimalkan revisi mayor. Bagaimana caranya?
Kesalahan Menulis Artikel Ilmiah Jurnal untuk Publikasi
Menghindari kemungkinan revisi mayor atau revisi skala besar saat submit artikel ilmiah dimulai dengan memahami bentuk kesalahan. Menghindari kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal akan lebih mudah jika memahami betul kesalahan tersebut.
Pasalnya, masih banyak dosen dan peneliti yang tidak menyadari bahwa teknik dalam menyusun artikel ilmiah keliru. Kesalahan yang tidak disadari ini akan membuat kemungkinan menerima revisi sampai penolakan lebih tinggi.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa bentuk kesalahan yang umum terjadi saat menyusun artikel ilmiah untuk jurnal:
1. Menulis Dulu Sebelum Memilih Jurnal Ilmiah
Bentuk kesalahan umum yang pertama dalam menyusun artikel ilmiah pada jurnal adalah menulis dulu. Sementara pemilihan jurnal untuk submit artikel tersebut dilakukan belakangan.
Kenapa hal ini adalah kesalahan? Sebab, setiap jurnal punya kebijakan terkait format artikel yang akan dipublikasikan. Jika artikel disusun dulu, ada kemungkinan format tidak sesuai. Jurnal yang menerimanya pun akan menolak.
Bagaimana jika tidak menemukan jurnal yang kualitasnya sama? Biasanya, dosen mau tidak mau harus menulis ulang sesuai format jurnal tersebut. Jadi, penting untuk memilih jurnal dulu, membaca buku panduan, dan menyusun artikel sesuai panduan tersebut.
2. Latar Belakang Tidak Relevan
Dikutip melalui website Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal bisa di bagian latar belakang. Hal ini lantas menjadi kesalahan umum, dimana banyak dilakukan penulis.
Latar belakang akan menjelaskan fenomena dan masalah yang diteliti. Kemudian dikaitkan dengan hasil penelitian terbaru atau yang relevan. Kadang kala dengan studi literatur yang minim, penulis melewatkan hasil penelitian terbaru. Sehingga isi latar belakang menjadi tidak relevan lagi.
3. Alur Penyajian Tidak Jelas
Kesalahan umum yang ketiga adalah alur penyajian yang tidak jelas. Secara umum, bagian per bagian dari artikel ilmiah akan fokus membahas suatu hal sesuai aturan struktur.
Artinya, bagian latar belakang isinya kanan berbeda dengan bagian metodologi penelitian sampai pembahasan. Namun, semua disusun berurutan sesuai ketentuan agar alur jelas dan runtut sehingga mudah dipahami. Namun, jika bagian demi bagian saling bercampur maka alur penyajian menjadi berantakan.
4. Struktur Artikel Tidak Jelas
Struktur penyusunan artikel ilmiah akan mengikuti format yang ditetapkan pengelola jurnal. Struktur yang sudah disesuaikan tentunya akan memiliki alur jelas. Pembaca pun tidak kesulitan untuk memahami isinya dengan baik.
Sayangnya, struktur artikel yang disusun bisa saja berbeda. Bisa seperti poin sebelumnya, dimana dan pembahasan berulang dan bercampur di satu bab yang tidak semestinya. Jika strukturnya tidak jelas, maka akan menyulitkan pembaca.
5. Penggunaan Statistik yang Salah
Kesalahan berikutnya adalah penggunaan statistik yang salah. Baik dalam penggunaan sumber data statistik yang tidak relevan. Sampai penggunaan tools dalam uji statistik data atau hasil penelitian.
Kesalahan ini bisa terjadi karena banyak hal. Pertama, penulis sekaligus peneliti kurang memahami bagaimana melakukan uji statistik. Bisa juga karena mengikuti teknik uji statistik dari referensi yang digunakan. Padahal bisa jadi tidak sesuai atau tidak bisa disamakan.
6. Kesimpulan Tidak Sesuai Temuan
Kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal juga bisa dalam bentuk kesimpulan yang tidak sesuai temuan. Bagian kesimpulan akan mengandung penjelasan dari hasil atau temuan dalam penelitian. Kadang kala pemilihan diksi yang keliru membuat isinya tidak sesuai.
Misalnya, data temuan dalam penelitian menunjukan kenaikan signifikan. Namun, penulis memilih memakai kosakata “kecenderungan” dibanding “kenaikan signifikan”. Makna keduanya berbeda tapi dipandang sama, sehingga kesimpulan tidak sesuai temuan.
7. Kualitas Bahasa yang Buruk
Kesalahan umum berikutnya adalah kualitas bahasa yang buruk. Kesalahan ini jarang dijumpai pada jurnal nasional, karena memang memakai bahasa Indonesia. Namun, lebih sering terjadi pada jurnal internasional yang memakai bahasa PBB.
Biasanya, peneliti di Indonesia memiliki bahasa Inggris. Keterbacaan menjadi minim ketika isi artikel ilmiah punya bahasa yang buruk. Sehingga sulit untuk dipahami dan membuat kualitasnya berantakan.
8. Kesalahan Penulisan Judul
DIkutip melalui salah satu konten yang diunggah akun Instagram @karir.dosen, dijelaskan bahwa kesalahan umum penulisan artikel ilmiah juga pada judul. Kesalahan teknis ini biasanya pada judul yang terlalu panjang.
Secara umum, judul untuk karya tulis ilmiah memang mudah kelewat panjang jika nama tempat penelitian juga panjang. Namun, bisa diakali dengan memakai akronim atau singkatan. Sehingga panjang judul tidak melebihi 15 kata.
9. Kesalahan dalam Susunan Abstrak
Kesalahan umum yang kesembilan adalah kesalahan di dalam menyusun abstrak. Secara umum, abstrak adalah ringkasan dari keseluruhan bagian dalam artikel ilmiah. Informasi di dalamnya harus jelas, singkat, dan padat.
Namun, penyusunan abstrak rawan terjadi kesalahan karena ada beberapa informasi penting yang lupa tidak dicantumkan. Bisa juga karena mengira informasi tersebut tidak penting. Misalnya implikasi penelitian.
10. Kesalahan Menuliskan Nama Penulis
Kesalahan teknis lain yang juga menjadi kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal secara umum adalah dalam menuliskan nama penulis. Nama penulis wajib ditulis lengkap dan diikuti oleh gelar akademik yang dimiliki.
Sementara pada penulis korespondensi juga wajib dilengkapi dengan kontak, terutama email institusi yang lebih resmi atau formal. Jika tidak sesuai ketentuan ini maka artinya ada kesalahan dalam mencantumkan nama para penulis.
11. Kesalahan Menuliskan Nama Institusi
Kesalahan yang juga banyak ditemukan di artikel ilmiah adalah dalam menuliskan nama institusi atau afiliasi. Penulis yang merupakan dosen dan mahasiswa, tentu akan mencantumkan nama institusi.
Jadi, jika Anda dosen di Universitas Pendidikan Indonesia misalnya. Maka bisa menuliskan nama universitas dalam versi bahasa Indonesia. Sehingga tanpa diubah ke dalam versi bahasa Inggris kecuali untuk nama fakultas.
Susunannya adalah diawali dari nama fakultas (dibuat bahasa Inggris), kemudian nama institusi, dan ditutup dengan nama negara. Contohnya:
- Versi bahasa Indonesia: Fakultas Pendidikan Agama Islam, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia.
- Versi bahasa Inggris untuk artikel jurnal: Islamic Education Department, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia.
12. Kesalahan Metodologi Penelitian
Kesalahan yang jamak dijumpai dalam penulisan artikel ilmiah jurnal berikutnya adalah pada metodologi penelitian. Setiap penelitian tentu membutuhkan metodologi penelitian yang tepat. Sehingga metode pengumpulan dan pengolahan data sesuai.
Sayangnya, tidak sedikit peneliti yang keliru dalam memilih metodologi penelitian. Sehingga tidak relevan dengan karakter data atau pertimbangan lainnya. Hal ini yang kemudian membuat penentuan metodologi penelitian harus teliti agar tepat.
13. Melakukan Plagiarisme
Kesalahan lain yang juga jamak dijumpai adalah tindakan plagiarisme, baik itu disengaja maupun tidak. Menulis artikel ilmiah untuk jurnal tentu wajib menjunjung tinggi etika penelitian. Plagiarisme adalah bentuk pelanggaran etika penelitian.
Sayangnya, karena satu dan lain hal para penulis nekad melakukan plagiarisme. Sehingga artikel ilmiah tersebut gagal submit dan gagal menjadi publikasi ilmiah. Maka penting untuk memahami bagaimana menghindari plagiarisme. Sekaligus melakukan pengecekan untuk mencegah plagiarisme yang tidak disengaja.
Selain beberapa kesalahan penulisan artikel ilmiah yang sudah dijelaskan tersebut. Tentunya masih ada beberapa bentuk kesalahan lainnya. Kesalahan ini bisa diminimalkan jika disadari sejak awal.
Maka, penting sekali bagi dosen untuk memahami segala bentuk kesalahan tersebut. Kemudian paham juga bagaimana menghindari kesalahan lain yang mungkin dilakukan saat proses penyusunan artikel ilmiah.
Tips agar Manuskrip Diterima Publisher Jurnal
Kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal memang lumrah dilakukan. Inilah alasan ada proses revisi, yang minimal dilakukan sekali oleh penulis pasca submit artikel. Meminimalkan revisi akan melancarkan proses publikasi dan memberi efisiensi waktu sampai tenaga.
Lalu, apa saja yang perlu dilakukan untuk menghindari dan meminimalkan kesalahan tersebut? Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
1. Membaca Buku Panduan yang Disediakan Pengelola Jurnal
Tips yang pertama adalah membaca buku panduan atau halaman panduan di website resmi jurnal ilmiah yang dipilih. Sebab ketentuan mengenai format dan detail lainnya sudah dijelaskan di halaman ini. Jika dibaca dan dipahami, maka mencegah penulis melakukan kesalahan penulisan yang dijelaskan sebelumnya.
2. Memahami Cara Menghindari Plagiarisme
Tips yang kedua adalah berkaitan dengan plagiarisme yang tentu wajib dihindari. Cara menghindarinya bisa dengan menerapkan teknik penulisan sumber yang sesuai ketentuan.
Kemudian melakukan parafrase untuk meminimalkan similarity indeks. Sekaligus tetap mencantumkan sumber sekalipun referensi dari karya sendiri. Semakin paham apa dan bagaimana menghindari plagiarisme, semakin kecil kesalahan dari aspek ini.
3. Melakukan Tinjauan Literatur dengan Teliti
Tips yang ketiga adalah melakukan tinjauan literatur dengan teliti dan dari sebanyak mungkin sumber bacaan. Sehingga meminimalkan kemungkinan ada temuan penelitian baru yang terlewatkan. Isi dari latar belakang dan bagian tertentu dari artikel ilmiah, kemudian bisa menyesuaikan sehingga bebas kesalahan.
4. Membaca dan Mempelajari Artikel Ilmiah yang Terbit Sebelumnya
Tips berikutnya adalah membaca dan mempelajari artikel ilmiah yang terbit sebelumnya. Sehingga memahami tata cara menerapkan ketentuan format penulisan. Kesesuaian ini meningkatkan peluang artikel diterima dan minim kesalahan.
5. Bidang Keilmuan Sudah Sesuai
Tips yang kelima adalah melakukan penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuan. Kemudian melakukan submit artikel ilmiah ke jurnal yang juga sesuai dengan bidang keilmuan tersebut. Biasanya setiap jurnal punya scope atau cakupan lebih spesifik.
Misalnya jurnal di ilmu komputer, maka ada jurnal yang fokus membahas sistem komputer, sistem aplikasi mobile, sistem jaringan, dan sebagainya. Scope keilmuan jurnal harus sesuai dengan scope di artikel ilmiah yang disusun.
6. Menggunakan Jasa Penerjemah
Tips selanjutnya adalah menggunakan jasa penerjemah untuk mengatasi keterbatasan bahasa Inggris. Hindari menggunakan AI maupun tools penerjemah, karena bisa jadi keterbacaannya tidak maksimal dan masih amburadul.
7. Mengikuti Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah
Tips berikutnya adalah mengikuti kegiatan pelatihan menulis artikel ilmiah. Baik dalam bentuk workshop maupun pelatihan daring. Sehingga semakin terampil menulis artikel ilmiah dan mudah diterima oleh pengelola jurnal.
Dampak Kesalahan Penulisan Artikel Ilmiah bagi Dosen
Menghindari kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal memang sangat penting bagi dosen. Berikut adalah beberapa dampak yang ditimbulkan jika kesalahan tersebut tidak bisa dihindari:
1. Tidak Memenuhi Ketentuan BKD
Dampak dari kesalahan dalam menyusun artikel ilmiah jurnal bisa mempengaruhi BKD. Seperti yang diketahui, setiap menjelang akhir semester dosen akan menyusun laporan BKD dan diharapkan memenuhi target. Yakni 12 sampai 16 SKS per semester.
Kesalahan dalam menyusun artikel ilmiah pada jurnal bisa membuat publikasi tersebut tidak bisa masuk BKD. Sehingga dosen terancam tidak memenuhi target BKD sesuai ketentuan. Hal ini tentu membuat dosen menerima sanksi.
2. Menulis Ulang dari Awal
Kesalahan dalam menyusun artikel ilmiah untuk jurnal juga bisa membuat dosen menulis ulang dari awal. Misalnya, ada revisi skala besar yang tentu butuh waktu lama untuk dikerjakan sesuai catatan dari reviewer.
Selain itu, ada kemungkinan artikel yang disusun format maupun struktur bagian demi bagian tidak sesuai. Jika tidak diterima, dosen tentu perlu menulis ulang dari awal agar sesuai ketentuan. Sehingga tidak perlu mencari jurnal pengganti.
3. Memilih Lagi Jurnal Ilmiah
Artikel ilmiah yang sudah di submit dan kemudian tolak editor jurnal karena terlalu banyak kesalahan. Maka dosen perlu memilih jurnal lagi dari awal. Proses mencari dan memilih jurnal memakan waktu dan tidak selalu mudah.
Jika harus dilakukan di awal, maka dosen membutuhkan waktu lebih. Kemudian merasa harus bekerja dua kali. Maka penting sekali untuk mencegah kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal. Sehingga tidak perlu bekerja dua kali mencari jurnal yang sesuai.
4. Tidak Memenuhi Syarat Naik Jabatan Fungsional
Kesalahan dalam menyusun artikel ilmiah untuk jurnal juga membuat dosen gagal mengurus publikasi ilmiah. Kadang kala artikel tersebut bisa ditolak beberapa jurnal karena beberapa kesalahan berbeda. Hal ini membuat dosen enggan submit ke jurnal lainnya.
Selain itu, ada kalanya dosen memikirkan kemungkinan untuk dipublikasikan di jurnal lain dengan rangking di bawah jurnal sebelumnya. Jika berdampak pada IF atau aspek lain. Bisa jadi, publikasi tersebut dinilai tidak memenuhi syarat khusus kenaikan jabatan fungsional dosen.
5. Mengganggu Kewajiban Lain
Kesalahan penulisan artikel ilmiah jurnal juga akan berdampak pada kewajiban akademik lain. Dosen perlu memperbaiki kesalahan pada artikel ilmiah tersebut. Sehingga harus menggeser agenda yang sudah disusun.
Jika sekali dua kali terjadi, tidak masalah. Jika proses revisi memakan waktu sebentar, juga tidak menjadi masalah. Namun, bagaimana jika sebaliknya? Sangat mungkin kewajiban akademik lain akan terganggu. Kinerja dosen tentu tidak maksimal.
6. Memicu Stres
Kesalahan dalam menyusun artikel ilmiah bisa berujung pada revisi yang kompleks sampai penolakan suatu jurnal. Hal ini tentu membuat dosen rentan stres, apalagi jika ada kegiatan akademik lain yang juga mendesak untuk segera diselesaikan.
Menghindari kesalahan tentu penting agar dosen tidak perlu bekerja dua kali. Kemudian, bisa sukses mengurus publikasi ilmiah dan bisa memenuhi BKD. Hal ini bisa membantu menurunkan tekanan pikiran dan dosen pun bisa fokus mengerjakan kewajiban lainnya.
Melalui penjelasan di atas, maka penting untuk selalu menghindari kesalahan penulisan artikel ilmiah. Sehingga peluang artikel diterima suatu jurnal menjadi lebih besar. Hal ini akan memberi efisiensi dan memberi manfaat besar bagi dosen dan karir akademiknya.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.