Jurnal

Bentuk Kesalahan Menulis Artikel Ilmiah yang Harus Dihindari


Kesalahan menulis artikel ilmiah ternyata masih cukup sering dijumpai. Hal ini menunjukkan jika nyaris semua peneliti bisa melakukan kesalahan yang sama. Bahkan, banyak yang tidak sadar telah melakukan kesalahan. 

Lumrah memang karena bentuk kesalahan dalam menyusun karya ilmiah seperti artikel ilmiah cukup banyak. Beberapa terjadi karena sudah terbiasa dan bisa karena melihat atau mempelajari contoh artikel yang salah. 

Jadi, penting sekali untuk memahami apa saja bentuk-bentuk kesalahan dalam menyusun artikel ilmiah. Semakin paham, semakin mudah untuk menghindari kesalahan tersebut. Berikut penjelasan detailnya. 

Berbagai Kesalahan Menulis Artikel Ilmiah

Menyusun artikel ilmiah dan jenis karya tulis ilmiah lain memang tidak selalu mudah. Salah satu penyebabnya adalah berbagai aturan yang menyertai proses penulisan tersebut. Aturan ini kadang kala membingungkan dan terasa menjadi sumber tekanan. 

Tidak heran, masih banyak peneliti yang mengalami kesulitan untuk menyusun artikel ilmiah yang bersih dari kesalahan. Apalagi, jenis kesalahan ini cukup banyak. Dikutip dari berbagai sumber, bentuk kesalahan ini bisa dibagi menjadi 4 kategori. 

Masing-masing kategori kemudian terbagi lagi menjadi beberapa bentuk kesalahan. Berikut adalah beberapa kesalahan menulis artikel ilmiah yang dimaksud: 

1. Kesalahan dalam Memilih Jurnal

Kategori yang pertama dari kesalahan dalam menulis artikel ilmiah adalah pada saat memilih jurnal. Pemilihan jurnal biasanya dilakukan di tahap awal sebelum mulai menulis artikel ilmiah. Jika jurnal yang dipilih keliru, maka isi artikel ikut keliru. 

Jurnal sendiri masih menjadi media publikasi ilmiah yang diprioritaskan oleh para peneliti, baik di Indonesia dan negara lain di dunia. Alasannya karena dari segi keilmuan lebih kredibel, mengingat ada proses review dari ahli di bidangnya. 

Sayangnya, ada banyak sekali jurnal perlu disaring untuk mendapatkan jurnal yang tepat dan terbaik. Semakin banyak pilihan jurnal, nyatanya semakin memberi PR dalam menentukan pilihan. Berikut beberapa bentuk kesalahan dari aspek ini: 

a. Bidang Keilmuan Tidak Sesuai

Kesalahan pertama dari segi pemilihan jurnal adalah ketidaksesuaian bidang fokus jurnal tersebut dengan bidang ilmu yang diteliti. Dalam memilih jurnal, Anda perlu mencari scope keilmuan yang sesuai. 

Ada kemungkinan kekeliruan terjadi karena masih banyak nama scope keilmuan yang mirip. Apalagi pada jurnal internasional, sudah tentu menggunakan bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. 

Sehingga terjadi kesalahpahaman dalam menerjemahkan scope keilmuan jurnal tersebut. Hal ini akan membuat jurnal yang dipilih kurang tepat. Risikonya melakukan kesalahan ini adalah artikel yang disubmit ditolak.

Jadi, penting sekali untuk paham bagaimana memilih jurnal yang sesuai. Terutama jika dilihat dari scope keilmuan. Sering-sering bertanya dan konsultasi dengan dosen senior tentu akan lebih membantu. 

b. Proses Peer Review Tidak Profesional

Kesalahan kedua dalam proses publikasi ke jurnal ilmiah adalah proses peer review yang tidak profesional. Jadi, tantangan dalam publikasi memang sangat beragam. Apalagi jurnal dikelola sebuah perusahaan. 

Kadangkala perusahaan tersebut mengutamakan profit dan mengesampingkan profesionalitas. Salah satunya tidak melakukan proses peer review sebagaimana mestinya dan cenderung tidak transparan. 

Oleh sebab itu, penting sekali bagi peneliti untuk jeli dalam memilih jurnal. Pastikan website jurnal tersebut menyediakan fitur-fitur untuk proses pengecekan progres artikel dengan mudah dan jelas sehingga dijamin transparan sejak awal. 

c. Dampak dan Akses Jurnal

Kesalahan ketiga dalam memilih jurnal dan berkaitan erat dengan kesalahan menulis artikel adalah kurang jeli memperhatikan dampak dan akses jurnal tersebut. Seperti yang diketahui, jurnal ilmiah sangat banyak. 

Beberapa diantaranya sudah masuk ke database bereputasi dan beberapa lagi sebaliknya. Selain itu, beberapa jurnal bersifat open access dan lainnya close access. 

Jadi, pastikan memilih jurnal yang sudah terindeks database kredibel seperti database bereputasi. Kemudian, utamakan jurnal yang sifatnya open access untuk menjaring lebih banyak pembaca. Sebab mereka tidak perlu membayar untuk membaca dan memanfaatkan iis artikel ilmiah tersebut. 

Baca Juga: Pro Kontra Publikasi di Jurnal Open Access, Dosen Wajib Tahu!

2. Kesalahan dalam Penelitian

Kesalahan menulis artikel ilmiah juga bisa bersumber dari kesalahan pada kegiatan penelitian. Jika kegiatan penelitiannya ada kesalahan, maka akan memicu kesalahan di artikel ilmiah. Sebab sumbernya memang dari data dan hasil penelitian tersebut. 

Jika dilihat dari kesalahan dalam penelitian, maka bentuk kesalahan penulisan artikel ilmiah terbagi lagi menjadi 3 kesalahan. Berikut penjelasannya: 

a. Masalah pada Metodologi Penelitian

Kegiatan penelitian bisa menjadi keliru jika metodologi yang digunakan juga keliru. Metodologi penelitian cukup beragam dan setiap penelitian membutuhkan metodologi yang memang tepat. 

Oleh sebab itu, peneliti perlu menguasai berbagai metodologi penelitian agar bisa memilih yang paling tepat dengan penelitian yang akan dilakukan. 

Sayangnya, metodologi yang keliru maka akan mempengaruhi proses sampai penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian. Kesalahan pada penelitian sudah tentu akan membuat artikel ilmiah yang disusun ikut keliru. 

b. Masalah pada Kajian Pustaka

Bentuk kesalahan menulis artikel ilmiah yang kedua dari aspek kesalahan dalam penelitian adalah terjadi masalah pada kajian pustaka. Beberapa topik penelitian sangat mungkin kekurangan referensi. 

Sehingga, data yang menjadi dasar penelitian di dalam kajian pustaka menjadi kurang lengkap. Hal ini akan mempengaruhi isi artikel ilmiah yang ikut menjadi tidak lengkap. 

Jika artikel disubmit ke suatu jurnal, maka sangat besar kemungkinan pihak jurnal menolak artikel tersebut. Oleh sebab itu, penting untuk teliti memilih topik penelitian dan memaksimalkan kuantitas serta kualitas referensi. 

c. Masalah pada Orisinalitas

Kesalahan penelitian ketiga yang juga memicu kesalahan menulis artikel ilmiah adalah terjadi masalah orisinalitas. Orisinalitas yang dimaksud adalah penelitian yang dilakukan cenderung ada indikasi tidak orisinil. 

Misalnya, tidak memiliki novelty sehingga terkesan mengulang penelitian terdahulu. Oleh sebab itu, Anda harus memastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan sudah memiliki novelty. 

Dalam proses kajian pustaka, sangat penting untuk menggunakan referensi terkini. Tujuannya untuk selalu menggunakan hasil penelitian terbaru sebagai rujukan. Hal ini bisa meminimalkan kemungkinan mengulang penelitian terdahulu. 

Pahami lebih dalam apa itu novelty melalui:

3. Tantangan Etika Penelitian

Bentuk kesalahan menulis artikel ilmiah juga bisa bersumber dari etika penelitian yang dilanggar. Etika di sini mencakup etika dalam kegiatan penelitian sampai etika publikasi hasil penelitian. 

Dilihat dari segi pelanggaran etika penelitian, lebih banyak bentuk kesalahan penulisan artikel ilmiah. Berikut beberapa diantaranya: 

a. Kendala saat Submit Artikel ke Jurnal

Kesalahan publikasi ilmiah juga sering terjadi karena ada kendala pada saat submit artikel ke sebuah jurnal. Setidaknya ada 2 bentuk kesalahan yang terjadi saat proses submit artikel, yaitu: 

  1. Submit ke dua jurnal atau lebih secara bersamaan. Jika kedua jurnal menerima dan dipublikasikan bersamaan, aka akan terjadi self plagiarisme yang tentu menjadi bentuk pelanggaran etika penelitian.
  2. Mengalami kendala finansial, dimana peneliti kesulitan untuk membayar biaya publikasi yang ditetapkan pihak jurnal.

b. Etika Kolaborasi atau Partisipasi

Dalam kegiatan penelitian, seorang peneliti tentu akan bersinggungan dengan berbagai pihak. Misalnya dengan mitra penelitian yang bisa jadi sekaligus menjadi subjek penelitian. 

Dalam hal ini, tentu ada kemungkinan untuk menyebutkan nama subjek penelitian tersebut. Namun, pastikan sudah mendapatkan izin dan sudah dibahas untuk mencegah masalah di kemudian hari. 

Jika izin tidak didapatkan, nama subjek penelitian tidak bisa dicantumkan sesuai dengan etika. Oleh sebab itu, pahami betul etika dalam mencantumkan nama-nama pihak yang berkolaborasi dan berpartisipasi dalam penelitian tersebut. 

Catatan tambahan lainnya adalah memahami kelompok mana saja yang belum bisa menjadi bagian dari kegiatan penelitian. Misalnya anak di bawah umur tidak bisa menjadi subjek penelitian karena sudah menjadi aturan. Maka Anda harus mematuhi dan tidak melanggar dengan alasan apapun. 

Jika etika ini tidak dipahami maka akan terjadi masalah. Hal ini sekaligus menjadi salah satu bentuk kesalahan menulis artikel ilmiah yang tentu seharusnya bisa dihindari di awal. 

c. Isu Data

Kesalahan berikutnya dalam aspek etika penelitian yang memicu kesalahan dalam menyusun artikel ilmiah adalah terkait isu data. Data dalam penelitian bisa disebut sebagai aset paling krusial. 

Saking krusialnya, data penelitian ini riskan mengalami kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Ada banyak bentuk kesalahan yang berkaitan dengan data penelitian. Beberapa diantaranya adalah: 

  1. Fabrikasi data, yaitu tindakan merekayasa data penelitian. Misalnya menjadikan data yang tidak ada menjadi ada, mengurangi jumlah suatu data, menambah jumlah suatu data, dan sejenisnya.
  2. Kehilangan sumber data, misalnya ada kondisi dimana subjek penelitian memilih mundur di detik-detik menjelang proses pengumpulan data karena satu dan lain hal. Kondisi ini yang membuat peneliti perlu menyiapkan sumber data sekunder untuk antisipasi.

d. Etika Kepengarangan

Pelanggaran etika penelitian biasanya akan berujung pada kekalahan menulis artikel. Sebab pelanggaran etika ini akan mempengaruhi isi artikel dan menjadikannya kurang tepat, keliru, salah, dan sejenisnya. 

Bentuk kesalahan terakhir berkaitan dengan pelanggaran etika penelitian adalah pelanggaran etika kepengarangan. Dalam proses menyusun artikel ilmiah, tentu ada kalanya peneliti berkolaborasi dengan peneliti lain. 

Apalagi jika kolaborasi sudah dilakukan sejak kegiatan penelitian. Pada kondisi ini akan ada proses menentukan siapa penulis pertama, penulis kedua, penulis korespondensi, dan sebagainya. Proses ini sering ada masalah. 

Kontribusi penulisan artikel ilmiah idealnya adalah kontribusi intelektual dan bukan pada finansial sehingga tidak seharusnya ada aksi titip nama, mencatut nama, dan sejenisnya. 

Penetapan siapa penulis pertama, kedua, dan seterusnya disesuaikan dengan skala kontribusi intelektual yang diberikan. Semakin besar dan dominan maka semakin ideal menjadi penulis pertama. 

Jika kontribusi lebih banyak kepada kegiatan korespondensi dengan pengelola jurnal. Maka idealnya, ditetapkan sebagai penulis korespondensi. Memahami tata cara penentuan ini akan membantu menghindari konflik dan kesalahan penulisan. 

4. Format Penulisan yang Kurang Tepat

Sumber kesalahan menulis artikel ilmiah yang terakhir adalah pada format penulisan. Ada kesalahan dalam penulisan struktur, maupun unsur tertentu di dalam artikel ilmiah sehingga tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. 

Seperti yang dijelaskan di awal, penulisan artikel ilmiah dan karya tulis ilmiah jenis lain terikat oleh aturan yang ketat dan cukup beragam. Aturan ini juga mencakup aturan penulisan. Terkait hal ini ada setidaknya 3 bentuk kesalahan dalam format penulisan artikel ilmiah, yaitu: 

a. Kesalahan Sitasi

Kesalahan yang pertama berkaitan dengan format penulisan artikel ilmiah adalah kesalahan sitasi atau kesalahan dalam mencantumkan sumber. 

Mencantumkan sumber dilakukan di dalam kutipan, baik di awal, akhir, maupun di tengah kutipan tersebut. Beberapa style juga menjelaskan adanya kewajiban menuliskan sumber di catatan kaki atau footnote. 

Terakhir, adalah mencantumkan sumber di bagian daftar pustaka yang tentu sifatnya wajib apapun style atau format sitasi yang digunakan. Ada kalanya penulisan sumber kurang tepat dengan aturan style stasi yang digunakan. 

Kesalahan ini pada akhirnya membuat artikel yang disusun dipandang keliru dan harus direvisi. Inilah alasan penting sekali untuk memahami tata cara penulisan sitasi yang baik dan benar. 

Butuh panduan daftar pustaka format tertentu, silakan ikuti tulisan berikut:

b. Terjadi Plagiarisme

Bentuk kesalahan menulis artikel ilmiah selanjutnya adalah terjadi plagiarisme. Biasanya masih berhubungan dengan poin sebelumnya, yakni mengenai kesalahan sitasi. 

Ada kalanya peneliti terlupa untuk mencantumkan sumber dari beberapa informasi yang masuk ke naskah artikel ilmiah sehingga terjadi plagiarisme yang tidak disengaja. 

Sayangnya, sengaja maupun tidak di mata hukum plagiarisme tetap adalah plagiarisme. Pelakunya tetap akan ditindak tegas dan menerima sanksi. Oleh sebab itu, ketelitian sangat penting agar terhindar dari plagiarisme dalam bentuk apapun. 

c. Tidak Sesuai Panduan Pengelola Jurnal

Kesalahan menulis artikel ilmiah juga bisa terjadi karena format yang tidak sesuai dengan panduan yang diberikan pihak pengelola jurnal. Secara umum, tahap penulisan artikel dimulai dengan pemilihan jurnal. 

Tujuannya untuk mengetahui format penulisan yang diberlakukan pengelola jurnal tersebut. Peneliti kemudian tinggal mengikuti ketentuan format agar sesuai dan saat submit, artikel dinyatakan diterima. 

Namun, ada kalanya penulisan artikel ilmiah tidak sesuai format dan tidak sesuai dengan ketentuan lain. Inilah yang kemudian artikel ilmiah dipandang belum tepat dan harus direvisi. Jika sedang apes, artikel tersebut bisa saja ditolak oleh jurnal. Jika memang dari pihak pengelola jurnal disediakan panduan khusus, silakan dibaca dan dipahami kemudian dipatuhi.

Sejumlah jurnal menggunakan format IMRaD, cek Format IMRaD, Format yang Banyak Digunakan Jurnal Bereputasi.

Kesalahan Teknis dalam Menulis Artikel Ilmiah

Dikutip melalui website resmi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), ada beberapa bentuk kesalahan menulis artikel ilmiah secara teknis. Berikut beberapa diantaranya: 

  1. Kesalahan dalam penulisan atau penyusunan judul. Misalnya terlalu panjang, dimana lebih 15 kata atau bahkan lebih.
  2. Kesalahan dalam menuliskan nama institusi yang menaungi peneliti. Misalnya tidak menuliskan “Surabaya State University” melainkan “Biology Department, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia”
  3. Kesalahan dalam menuliskan nama para penulis. Sebaiknya mencantumkan nama lengkap diikuti gelar. Khusus untuk penulis korespondensi ditambahkan alamat email, terutama email institusi.
  4. Kesalahan dalam menyusun abstrak, dimana tidak mencantumkan beberapa informasi penting. Seperti tidak mencantumkan implikasi penelitian.
  5. Kesalahan dalam menuliskan bagian Pendahuluan (Introduction). Misalnya tidak dijelaskan alasan pemilihan topik, tidak menjelaskan research gap, dan sejenisnya.
  6. Kesalahan dalam metodologi penelitian, sehingga ada kekeliruan dalam memilih metodologi yang kemudian dipandang tidak tepat dengan karakter data dan topik penelitian.
  7. Kesalahan dalam penulisan data penelitian. Misalnya data interview tidak dicetak dengan huruf miring.
  8. dan lain sebagainya.

Selain beberapa kesalahan menulis artikel ilmiah yang sudah dijelaskan di atas. Tentunya masih banyak lagi bentuk kesalahan yang umum ditemui. Meski masih jamak dijumpai, usahakan tidak menormalisasi. Sebab kesalahan memicu revisi dan harus bekerja dua kali. 

Kuncinya adalah membaca buku panduan dengan teliti dan mematuhi isi panduan tersebut. Selain itu, ditambah pula dengan konsistensi menulis artikel ilmiah. Semakin sering menulis, semakin mudah menghindari kesalahan karena belajar dari pengalaman.

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk memastikan informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

Pujiati

Saya menyukai kegiatan membaca, menulis, mendengarkan musik, dan menonton film. Saat ini, selain disibukkan dengan agenda seorang ibu rumah tangga, saya aktif menjadi Content Writer untuk situs di Deepublish Group. Sesekali saya juga membuat artikel untuk media Hops ID.

Recent Posts

Syarat & Tahap Pengangkatan Pertama dari CPNS Menjadi PNS Dosen

Bagi para dosen CPNS, berusaha memenuhi ketentuan dalam pengangkatan pertama dari CPNS menjadi PNS. Sebab,…

2 weeks ago

Pembukaan Hibah Penelitian Kerjasama Indonesia Belanda 2025

Bagi para dosen di Indonesia yang menunggu program hibah, Anda kini bisa berlega hati karena…

3 weeks ago

Program PHC-Nusantara 2025 Dibuka, Cek Dulu Syaratnya Di Sini!

Selain mengandalkan hibah dari Ditjen Dikti, para dosen juga bisa mengandalkan hibah hasil kerjasama pemerintah…

3 weeks ago

4 Bentuk Kesalahan Pengisian BKD Dosen yang Harus Dihindari

Dosen tetap dan aktif menjalankan tri dharma memiliki kewajiban menyusun laporan BKD menjelang akhir semester.…

3 weeks ago

Jangan Mangkir! Ini Sanksi Tidak Mengisi BKD untuk Dosen

Kewajiban dosen di Indonesia, tidak hanya menjalankan tugas pokok dan tugas penunjang. Melainkan dosen juga…

3 weeks ago

Tak Perlu Bingung, Ini Cara Pengisian BKD di SISTER Cloud

Sama seperti profesi lainnya, dosen di Indonesia juga memiliki target kinerja yang diberi tajuk BKD…

3 weeks ago