Salah satu strategi meraih hibah penelitian Kemdiktisaintek adalah menghindari kesalahan dalam menulis proposal usulan. Tahap awal untuk ikut serta dalam program hibah penelitian adalah menyusun dan mengajukan proposal penelitian.
Proposal ini yang nantinya akan dinilai oleh asesor dalam program hibah penelitian. Penilaian menyesuaikan dengan indikator yang ditetapkan pihak penyelenggara dan sesuai tahapan seleksi. Lantas, apa saja kesalahan yang harus dihindari agar peluang lolos hibah lebih tinggi? Berikut informasinya.
Memasuki bulan November 2025, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) resmi membuka program hibah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tahun anggaran 2026.
Khusus untuk hibah penelitian, dibuka dalam 2 skema utama dan masing-masing terbagi lagi menjadi beberapa subskema. Seleksi penerima hibah penelitian mencakup 2 tahap. Yakni seleksi administrasi dan seleksi substansi. Berikut penjelasannya:
Seleksi administrasi dalam hibah penelitian Kemdiktisaintek adalah tahap seleksi yang fokus menilai kesesuaian penulisan proposal dan kelengkapan dokumen yang didasarkan pada buku panduan program.
Seleksi administrasi menjadi seleksi tahap awal. Pada seleksi ini akan fokus pada aspek teknis. Seperti kesesuaian format proposal penelitian yang diusulkan, isi atau bagian-bagian dalam proposal usulan, jumlah kata per bagian, dan sebagainya.
Mengacu pada buku panduan hibah penelitian dan pengabdian Kemdiktisaintek tahun 2026, berikut indikator penilaian dalam seleksi administrasi:
Seleksi substansi adalah tahap seleksi yang fokus pada penilaian kelayakan isi proposal sesuai dengan kaidah pelaksanaan program penelitian dan penilaian kesesuaian/kelayakan RAB (Rencana Anggaran Biaya).
Proposal usulan yang dinyatakan lolos dalam seleksi administrasi akan masuk ke tahap seleksi substansi. Seleksi substansi fokus pada isi dari proposal penelitian yang harus sesuai ketentuan yang tercantum di buku panduan program. Berikut indikator penilaian seleksi substansi dalam hibah penelitian Kemdiktisaintek 2026:
Seleksi administrasi menjadi seleksi tahap awal yang fokus menilai aspek teknis. Namun, tidak sedikit proposal usulan yang gagal di tahap ini. Berikut beberapa kesalahan dalam menulis proposal usulan yang berpotensi gagal di seleksi administrasi:
Kesalahan pertama yang membuat proposal usulan gagal di seleksi administrasi adalah tidak sesuai format atau struktur. Dalam hibah penelitian, baik dari Kemdiktisaintek maupun pihak lain menetapkan format proposal usulan.
Setiap dosen yang tertarik meraih hibah yang diselenggarakan wajib mengikuti format tersebut. Jadi, sebelum menyusun proposal usulan perlu membaca buku panduan. Sehingga memahami betul format atau struktur isinya bagaimana.
Setelah memahami ketentuan format proposal usulan, barulah mulai menyusun proposal tersebut. Sehingga sesuai ketentuan dan peluang lolos seleksi administrasi lebih tinggi.
Poin kedua yang menjadi kesalahan dalam menulis proposal hibah penelitian adalah kata kunci yang keliru. Kata kunci dalam proposal penelitian menjelaskan topik, ide, dan konsep utama penelitian.
Kata kunci pada dasarnya berbentuk kata atau frasa. Sehingga terdiri antara satu kata dan maksimal dua kata atau lebih (frasa). Jadi, kata kunci yang dicantumkan di dalam proposal usulan sebaiknya tidak membentuk kalimat. Ditandai dengan adanya unsur predikat. Jika terjadi, maka dianggap tidak sesuai ketentuan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah kata kunci yang dicantumkan di proposal. Pastikan sesuai ketentuan. Jika di program hibah penelitian Kemdiktisaintek menyebut kata kunci maksimal 5. Maka jangan melebihi batas tersebut.
Salah satu kesalahan dalam menulis proposal yang membuat gagal di seleksi administrasi adalah gaya sitasi masih keliru. Meski di dalam buku panduan program tidak mencantumkan jelas gaya sitasi yang dipakai pada kutipan sampai daftar pustaka.
Namun, program hibah penelitian yang diselenggarakan Kemdiktisaintek umumnya memakai Vancouver Style. Jadi, jika mengikuti kegiatan sosialisasi program hibah biasanya akan dijelaskan gaya sitasi yang digunakan. Jadi, jika memakai selain Vancouver maka dinilai tidak sesuai ketentuan.
Jumlah kata di dalam setiap bagian dari proposal usulan juga sering menjadi penyebab gagal lolos seleksi administrasi. Adapun bentuk kesalahan dalam menulis proposal di aspek ini adalah jumlah kata tidak sesuai.
Mengacu pada buku panduan hibah penelitian Kemdiktisaintek 2026, setiap bagian di proposal usulan memiliki ketentuan batas maksimal jumlah kata tersendiri. Dimulai dari judul yang maksimal 20 kata, kemudian kata kunci maksimal 5, ringkasan maksimal 300 kata, dan seterusnya.
Jadi, selain harus memastikan semua bagian proposal usulan sesuai format yang ditetapkan penyelenggara. Juga wajib memastikan jumlah kata sesuai. Kurang tidak masalah, akan tetapi jangan lebih dan terpaut jauh.
Jika ada lebihan kata kurang dari 100 kata masih ditoleransi asesor. Namun jika terlalu panjang, beberapa asesor mungkin sudah menilai tidak sesuai ketentuan sehingga gagal seleksi administrasi.
Selanjutnya yang menjadi kesalahan dalam menulis proposal hibah penelitian adalah isi proposal tidak sesuai ketentuan. Selain jumlah kata, setiap bagian dari proposal usulan juga ditetapkan isinya seperti apa.
Secara umum, tidak semua bagian ditetapkan isinya harus apa. Misalnya pada judul, hanya ada ketentuan jumlah kata maksimal berapa. Namun tidak mengatur isi judul harus ada unsur apa saja.
Pada beberapa bagian ditetapkan kebijakan sebaliknya. Yakni isinya sudah ditetapkan. Contohnya pada bagian Pendahuluan. Jadi, penting untuk memastikan isi Pendahuluan sudah sesuai ketentuan agar lolos seleksi administrasi.
Berikutnya yang juga sering menjadi kesalahan dalam menulis proposal usulan di program hibah adalah kelengkapan administrasi. Proposal usulan merupakan dokumen inti. Namun, terdapat dokumen lain yang menyertainya dan wajib dilampirkan.
Misalnya di dalam hibah penelitian Kemdiktisaintek 2026 adalah melampirkan Surat Tugas Mahasiswa Bimbingan, kemudian Surat Pernyataan memiliki mitra kerjasama penelitian, dan sebagainya.
Menghindari kesalahan di aspek ini, maka penting untuk membaca buku panduan program. Sehingga bisa mengetahui dokumen apa saja yang menjadi syarat administrasi pengajuan proposal usulan.
Baca Juga: 10 Ciri-Ciri Proposal yang Baik, Ikuti Agar Penelitian Disetujui!
Kesalahan lain yang menyebabkan gagal lolos di seleksi administrasi hibah penelitian adalah proses pengajuannya. Pertama, proposal diajukan sesuai ketentuan baik online atau offline.
Pada hibah penelitian Kemdiktisaintek 2026, proposal diajukan online melalui laman BIMA. Demikian juga dengan seluruh syarat administrasi yang melengkapi proposal usulan tersebut.
Kedua, proposal usulan wajib diajukan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Jadi, hindari hanya asal diajukan. Sebab jika sudah melewati masa penerimaan proposal usulan. Maka proposal tersebut tertolak dan gagal sebelum masuk seleksi administrasi.
Sebagai informasi tambahan, salah satu kunci sukses lolos seleksi administrasi program hibah penelitian adalah patuh buku panduan. Jadi, ketika membaca buku panduan dulu dan menyusun proposal sesuai ketentuan di dalamnya. Ada potensi lebih besar untuk lolos seleksi administrasi.
Selain harus lolos seleksi administrasi, menerima hibah penelitian dari Kemdiktisaintek juga harus lolos seleksi substansi. Namun, ada cukup banyak proposal usulan yang sudah lolos seleksi administrasi dan gagal di seleksi substansi.
Terdapat sejumlah kesalahan dalam menulis proposal usulan yang menyebabkan seleksi substansi gagal dilalui. Berikut penjelasannya:
Kesalahan pertama yang membuat proposal gagal di tahap seleksi substansi adalah bidang keilmuan pengusul kurang atau tidak sesuai. Mencakup bidang keilmuan dan kepakaran ketua pengusul dan anggota pengusul (tim penelitian).
Sesuai dengan ketentuan dalam indikator penilaian seleksi substansi, kesesuaian bidang keilmuan pengusul menjadi salah satunya. Jadi, pengusul wajib mengajukan topik penelitian yang relevan dengan bidang keilmuan atau kepakarannya.
Misalnya, dosen pengusul memiliki bidang Ilmu Komputer dan kepakarannya terkait Artificial Intelligence (AI). Maka idealnya, topik penelitian yang diajukan dalam proposal usulan juga berkaitan dengan AI (sesuai kepakaran).
Pengusul, khususnya ketua pengusul juga wajib memiliki rekam jejak penelitian yang relevan. Misalnya memiliki publikasi dalam bentuk prosiding, jurnal, dan buku sesuai topik yang diajukan. Sekaligus ada publikasi ilmiah tersebut yang dikutip di proposal usulan.
Kegiatan penelitian yang dilaksanakan dosen maupun peneliti di lembaga penelitian adalah penelitian baru. Sehingga bukan penelitian yang sudah dilakukan peneliti terdahulu dan mengulang penelitian tersebut.
Oleh sebab itu, penelitian yang dilakukan dosen wajib punya novelty atau kebaruan. Sebagai bukti bahwa penelitian yang diajukan dalam program hibah tidak mengulang penelitian terdahulu.
Novelty penting karena memastikan penelitian tidak mengulang. Sehingga temuan atau hasil penelitian berupa temuan baru. Baik dalam bentuk teori, model, prototipe, dan sebagainya yang benar-benar baru. Kemudian bisa mengembangkan iptek.
Berikutnya yang menjadi salah satu kesalahan dalam menulis proposal hibah dan gagal di tahap substansi adalah rumusan masalah yang kurang tajam. Artinya, rumusan masalah di dalam proposal usulan tidak rinci dan menunjukan urgensi penelitian yang diusulkan.
Secara umum, topik dalam penelitian yang dijalankan dosen adalah suatu masalah. Masalah di masyarakat ini kemudian diteliti untuk dicari solusinya. Maka masalah yang diteliti wajib dijelaskan secara rinci, apa urgensinya untuk diteliti, dan dampaknya.
Secara mendasar, peneliti perlu menegaskan masalah yang diteliti sangat penting. Sebab dampaknya sudah ada dan bisa semakin meluas jika tidak segera dicari solusinya. Gunakan hasil penelitian terkini terkait masalah tersebut, jelaskan dampaknya di masa sekarang, dan jelaskan dampaknya di masa depan.
Kesalahan dalam menulis proposal sehingga gagal lolos di seleksi substansi juga berkaitan dengan metode penelitian. Dalam proposal usulan, wajib menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan secara rinci.
Mulai dari menjelaskan metode penelitian apa yang akan digunakan (kualitatif atau kuantitatif?). Kemudian, menjelaskan populasi penelitiannya apa, lokasi penelitiannya dimana, instrumen penelitiannya bagaimana, teknik samplingnya, dan sebagainya.
Jika metode penelitian tidak dijelaskan dengan rinci maka menjadi tidak jelas. Hal ini akan melemahkan kekuatan proposal yang diajukan. Sehingga dipandang kurang layak didanai karena metode yang kurang jelas beresiko pada validitas data sampai kegagalan penelitian.
Poin kelima yang juga menjadi salah satu kesalahan dalam menulis proposal sehingga gagal di seleksi substansi adalah pembagian tugas. Secara umum, proposal usulan juga menjelaskan pembagian tuga seluruh tim penelitian.
Dari ketua sampai seluruh anggota perlu dijelaskan tugasnya apa saja. kemudian pembagian tugas ini relevan dengan kepakaran masing-masing. Sehingga bisa menjalankan tugasnya dengan baik karena sesuai kepakaran atau keahliannya.
Sayangnya, pembagian tugas ini bisa saja dilewatkan atau tidak jelas. Sehingga membuat proposal sulit untuk lolos di tahap seleksi substansi. Maka, penting untuk memastikan sudah melakukan pembagian tugas dan dicantumkan secara rinci di proposal usulan.
Artikel berikut akan membantu Anda dalam menyusun Proposal Penelitian :
Ikuti Coaching Clinic Road to Hibah BIMA 2026 dan kupas tuntas langsung bersama mentor lolos hibah BIMA Duniadosen.com!
Kesalahan selanjutnya berkaitan dengan mitra yang digandeng. Pada skema atau subskema hibah penelitian Kemdiktisaintek terdapat kewajiban menggandeng mitra. Mitra disini bisa DUDI, UMKM, maupun mitra pemerintah.
Mitra yang digandeng harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan pihak penyelenggara hibah. Sayangnya beberapa mitra yang dipilih belum memenuhi syarat. Namun, bisa juga kredibilitasnya tidak terjamin.
Misalnya mitra UMKM yang tidak jelas lokasi usahanya dimana atau ada aspek lemah lainnya. Sehingga membuat asesor menilai mitra yang digandeng kurang kredibel dan memenuhi ketentuan. Hal ini yang membuat proposal tidak lolos seleksi substansi.
Hal terakhir yang menjadi kesalahan dalam menulis proposal sehingga gagal di seleksi substansi adalah kesalahan dalam RAB. Pertama, RAB tidak disusun sesuai ketentuan.
Dimana ada format, ada ketentuan pendanaan untuk biaya apa saja, dan detail lainnya. Jika RAB tidak disusun sesuai ketentuan ini, maka melemahkan proposal usulan.
Kedua, berkaitan dengan total kebutuhan pendanaan di dalam RAB. Dalam hibah penelitian, besaran pendanaan sudah ditetapkan. Sehingga ada batas nominal maksimal dalam pengajuan di RAB. Jika jumlah melebihi batas maksimal ini, maka akan sulit lolos seleksi substansi.
Jadi, sangat penting untuk memastikan besaran pendanaan yang diajukan sesuai ketentuan di dalam buku panduan. Jika disebutkan maksimal mengajukan Rp100 juta. Maka usahakan mengajukan di maksimal Rp100 juta atau dibawahnya agar peluang lolos seleksi substansi lebih besar.
Kesalahan dalam menulis proposal hibah penelitian memang cukup banyak. Baik terkait aspek administrasi maupun substansi. Maka penting untuk memahami kesalahan-kesalahan umum tersebut dan berusaha untuk menghindarinya. Salah satunya dengan fokus memahami dan patuh pada ketentuan di buku panduan program.
Namun, jika sudah teliti dan patuh pada buku panduan program tapi masih gagal meraih hibah. Maka tidak perlu kecewa, karena masih bisa mengikuti hibah penelitian di tahun berikutnya. Selain itu bisa mengikuti hibah dari penyelenggara lain.
Baca Juga: 11 Tips Membuat Proposal Hibah Penelitian agar Lolos Seleksi
Mencari informasi terkait regulasi AI untuk penelitian ilmiah tentu penting. Sebab dalam kegiatan penelitian tentu…
Sudahkah mulai mengecek atau mencari tahu tren publikasi akademik atau publikasi ilmiah? Termasuk juga prediksi…
Mencari informasi dan mempelajari tata cara menulis kerangka proposal yang berpeluang lolos hibah, tentu menjadi…
Meraih hibah penelitian bisa dimulai dengan mencari dan mempelajari contoh proposal hibah penelitian. Yakni proposal…
Sejalan dengan pengumuman hasil klasterisasi perguruan tinggi pada Oktober 2025 lalu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains,…
Tahukah Anda, bahwa publikasi hasil penelitian untuk mewujudkan SDGs bisa berdampak signifikan? SDGs menjadi bentuk…