Dunia dosen yang berada dalam kubangan ilmu sudah sepantasnya menghasilkan banyak karya ilmiah, yang tidak hanya dipajang, tetapi juga dipublikasikan dan dipakai berkelanjutan. Sudah menjadi kewajiban bagi dosen untuk menghasilkan karya ilmiahnya sendiri, baik dalam bentuk jurnal, laporan penelitian, maupun menulis buku. Sayangnya, hal ini masih menjadi wacana yang patut diperhatikan dunia akademik.
Terdapat beberapa hal yang menjadi sorotan terkait minimnya publikasi karya ilmiah dosen, khususnya buku. Minimnya budaya membaca dan menulis menjadi sorotan utama. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya Indonesia masih berada dalam kungkungan budaya melihat dan mendengar. Di sisi lain, budaya membaca dan menulis masih begitu rendah. Dosen di Indonesia yang berada dalam lingkungan seperti ini kemudian sedikit banyak terpengaruh. Padahal mereka yang dilabeli “gudangnya ilmu” sudah seharusnya menerapkan budaya membaca dan menulis. Tanpa membaca, mereka tidak akan bisa menulis. Tanpa menulis, karya ilmiah mereka tidak akan pernah dibaca.
Di sisi lain, terkadang bagi dosen keahlian menulis merupakan suatu hal yang tidak perlu diasah. Mereka merasa telah memiliki ilmu dan kecakapan akademis yang cukup baik, setidaknya di hadapan mahasiswa. Hal itulah yang kemudian mendorong para dosen enggan menulis. Di sisi lain, mereka merasa bahwa menerbitkan karya ilmiah bisa dilakukan dengan menggunakan jasa penulis. Padahal langkah tersebut sama sekali tidak dapat dibenarkan.
Ada lagi persoalan yang harus diperhatikan terkait minimnya dosen yang menulis buku, yaitu kurangnya perhatian perguruan tinggi. Perguruan tinggi dirasa masih kurang dalam memberikan pelatihan ataupun materi untuk para dosen yang memiliki kekurangan dalam menulis. Seharusnya, menjadi fasilitator untuk menyelenggarakan pelatihan atau mendampingi dosen dalam menulis buku adalah kewajiban perguruan tinggi.
Di samping itu, imbauan menulis dan menerbitkan buku bagi para dosen juga tidak mengenai sasaran secara menyeluruh. Kebanyakan dosen yang kemudian dipacu untuk menulis dan menerbitkan karya ilmiahnya adalah dosen muda, yang dengan hal itu bisa menunjang kenaikan pangkatnya. Memang, upaya ini akan menuai hasil positif pada masa yang akan datang. Mereka akan lebih bisa diarahkan untuk menciptakan atmosfer dunia akademik yang lebih baik.
Dalam menanggapi wacana menulis buku ini, kemudian upaya-upaya apa saja yang bisa dilakukan para dosen untuk bisa menerbitkan buku mereka? Berikut merupakan beberapa cara yang bisa dipilih para dosen untuk meningkatkan kesadaran menulis buku.
Seperti yang telah dituliskan dalam artikel-artikel sebelumnya, motivasi menjadi hal terpenting dalam memunculkan kesadaran menulis. Mungkin menulis demi angka kredit kenaikan pangkat, promosi, kenaikan jabatan, meraih gelar, atau uang menjadi hal paling manusiawi untuk dijadikan motivasi. Tidak hanya itu itu, dorongan untuk mendapatkan pengakuan, rasa hormat, dan kemampuan memengaruhi orang lain juga seringkali memunculkan keinginan tersendiri. Namun dalam menerbitkan buku akan lebih baik jika dosen lebih berpikir untuk meningkatkan kemampuan pedagogiknya, dengan menunjukkan kontribusi dan mengamalkan ilmunya.
Motivasi selanjutnya bisa diimbangi dnegan efikasi diri. Para dosen bisa meyakinkan diri bahwa mereka mampu menulis sebuh buku. Mereka bisa belajar dari pengalaman orang lain untuk membawa dirinya berhasil dalam melakukan upaya ini. Lingkungan kerja yang kondusif dan sarat budaya menulis juga bisa memacu mereka dalam menulis dan menerbitkan buku.
Berikutnya, untuk menyempurnakan pembenahan diri, para dosen bisa lebih jeli mengatur beban kerjanya dan meningkatkan kemampuan menulisnya. Mereka bisa membuat kesepakatan dengan pihak akademik untuk meminimalisasi target pengajaran. Sementara itu, meningkatkan kemampuan menulis bisa dilakukan dengan mencari lebih banyak literatur. Tidak ada alasan bagi dosen untuk tidak membaca. Selanjutnya, keterampilan menulis juga harus dilengkapi dengan kemampuan mengolah ide, menyunting tulisan, dan penguasaan teknis dalam menulis.
Kemenristek Dikti bersama dengan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual telah mengumumkan program hibah penulisan buku ajar 2016. Program ini merupakan tindak lanjut dari himbauan Menristekdikti dalam memacu para dosen untuk menulis, terutama menulis buku ajar. Program yang diharapkan dapat berlangsung dalam janga waktu yang panjang tersebut bertujuan memperkaya wawasan ilmiah dalam kegiatan mengajar maupun penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti.
Karya ilmiah dosen yang bisa diikutsertakan dalam program ini adalah karya ilmiah yang belum terbit berupa monograf, buku ajar, compendium, pengayaan pembelajaran, atau modul pengajaran. Tidak hanya itu, hasil riset orang lain yang belum pernah diterbitkan juga bisa didaftarkan dalam program ini. Naskah berupa revisi dari buku yang telah terbit tidak akan diterima, begitu pula dengan naskah hasil terjemahan atau saduran.
Para dosen atau peneliti yang belum memiliki naskah atau buku ajar bisa segera mendaftarkan diri untuk mengikuti program ini. Mereka yang lolos akan mendapatkan sejumlah dana. Selain itu, mereka juga akan didampingi oleh Kemenristek Dikti dalam hal penyempurnaan naskahnya.
Selain mengikuti program hibah, tidak ada salahnya bagi dosen untuk melibatkan mahasiswa dalam rangka menerbitkan karya ilmiahnya. Mungkin dalam banyak jurnal telah banyak tulisan mahasiswa yang dipublikasikan, tetapi tidak dalam buku. Masih banyak mahasiswa yang bisa didampingi dan diasah potensinya untuk terlibat dalam menulis buku bersama dosen.
Dengan menerapkan alternatif ini, dosen akan terbantu untuk mempublikasikan karya ilmiahnya. Di samping itu, dosen juga bisa membantu mahasiswa untuk menghasilkan tulisannya. Adalah suatu kebanggaan sendiri bagi mahasiswa apabila karya ilmiah mereka bisa dibaca oleh khalayak umum. Selain itu, dosen juga akan merasa lebih ringan dari tuntutan menulis buku.
Alternatif penulisan buku seperti ini telah diterapkan oleh Dr. Budiawan, salah seorang dosen dari program studi Pengkajian Budaya dan Media, Universitas Gadjah Mada. Tidak hanya menjadi dosen di program studi tersebut, Budiawan juga mengajar di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UGM, baik di program pascasarjana maupun sarjana. Di program pascasarjana, beliau mengajar mata kuliah Sejarah dan Politik Memori. Berkat gagasannya, beliau berhasil menulis sebuah buku yang berjudul Sejarah dan Memori.
Buku tersebut merupakan hasil pemikiran Budiawan sebagai dosen dan beberapa mahasiswanya terpilih. Para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini ditugaskan untuk menulis dan menyerahkan paper yang sesuai dengan mata kuliah tersebut. Alhasil, 8 paper telah terkumpul dan diperiksa untuk dibukukan bersama dengan tulisan Budiawan. Buku yang telah diterbitkan tersebut kemudian bisa dijadikan sebagai referensi untuk materi perkuliahan dalam mata kuliah yang sama.
Kekompakan dosen dan mahasiswa dalam menulis buku juga ditunjukkanoleh Dr. Sunandar Ibnu Mur dan Dr. Hasan Basri Tanjung. Dosen dan mahasiswa itu berkolaborasi menerbitkan buku dan membedahnya pada acara Islamic Book Fair 2016 di Isotra Senayan, Jakarta. Keduanya memang memiliki latar belajang sebagai penulis. Penulisan buku tersebut lebih difokuskan pada pemahaman agama di kalangan masyarakat.
Ketiga cara tersebut bisa dimanfaatkan oleh para dosen untuk lebih bersemangat dalam menulis buku. Setidaknya para dosen bisa membuat buku yang tidak hanya menyadur isi dari buku lain sebagai buku ajar ataupun buku refereni. Selain itu, para dosen juga diharapkan bisa menerapkan budaya menulis dan meningkatkan kemampuan pedagogik mereka. Dengan begitu, persoalan klasik menulis di kalangan para dosen bisa diselesaikan sedikit demi sedikit. Himbauan Menristekdikti juga bukan lagi wacana jika para dosen sudah bersedia menyumbangkan gagasannya untuk dunia pendidikan di Indonesia.
Referensi:
Ingin tahu cara menulis buku lebih lanjut?
kunjungi penerbit buku Deepublish
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…