Yogyakarta – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memberikan penghargaan kepada UGM dengan predikat terbaik 1 Pelayanan Informasi Melalui Internet (Website) Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH). Pemberian penghargaan website UGM terbaik 1 tersebut dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, Prof. Ainun Na’im, Ph.D., M.B.A., kepada Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., dalam acara Rakernas Kemenristekdikti di Universitas Diponegoro, Semarang, Kamis (3/1) malam.
Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono, memberikan apresiasi kepada pengelola website UGM atas penghargaan tersebut. Ia berharap website UGM bisa terus memberikan informasi dan prestasi yang dapat diakses oleh masyarakat.
”Selamat kepada teman-teman yang bertugas mengelola website UGM. Semoga prestasinya bisa dipertahankan bahkan meningkat,” harap Panut dikutip dari www.ugm.ac.id.
Selain UGM, peraih penghargaan terbaik 2 dan 3 Pelayanan Informasi Melalui Website untuk PTN BH diraih oleh UNPAD dan ITS.
Diketahui, Kementrian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) tengah menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2019 di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, 3-4 Januari 2019. Rakernas kali ini mengusung tema ”Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang Terbuka, Fleksibel, dan Bermutu”.
Selain membahas tentang evaluasi dan rencana kerja Kemenristekdikti di tahun 2019, dalam agenda Rakernas 2019 ini juga menjadi ajang pemberian penghargaan Pelayanan Informasi Melalui Internet (Website) ke beberapa PTN. Tak hanya itu, tetapi juga diberikan penghargaan Pengelola Pengaduan Pelayanan Publik Kemenristekdikti. Untuk kategori PTN penghargaan terbaik 1 diberikan kepada Universitas Sriwijaya disusul Universitas Negeri Medan dan Universitas Sumatera Utara.
Dalam pembukaan Rakernas 2019, Menristekdikti Mohamad Nasir mengungkapkan Rakernas 2019 menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan Kemenristekdikti untuk mempersiapkan diri secara matang dalam menghadapi era disrupsi yang berdampak pada riset, teknologi, dan pendidikan tinggi.
”Untuk itu, harus dibuat ekosistem riset, teknologi dan pendidikan tinggi yang mampu memenuhi kebutuhan pasar. Yaitu masyarakat dan industri,” harapnya.
Redaksi