🏷️Kamus Dosen

Plagiarisme

Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), plagiarisme memiliki definisi sebagai penjiplakan yang melanggar hak cipta.

Sementara itu, menjiplak dalam KBBI memiliki beberapa definisi bergantung pada jenis karya yang dijiplak. 

Dalam konteks kegiatan menulis atau mengarang, definisi menjiplak dalam KBBI adalah mencuri karangan orang lain dan mengakui sebagai karangan sendiri. Sehingga, ada bagian dari karangan atau tulisan orang lain yang diambil dan diakui sebagai hasil karangan sendiri. 

Dalam hal ini, menjiplak atau plagiat termasuk tindakan tercela dan harus dihindari karena merugikan pemilik karya yang ditiru atau dicuri, baik sebagian kecil atau seluruhnya sehingga pemilik karya tidak mendapatkan hak atas karyanya, mulai dari hak diakui sebagai pencipta karya tersebut hingga hak ekonomi ketika karyanya dikomersilkan oleh suatu pihak.

Misalnya, karya berbentuk buku yang diplagiat oleh penulis lain. Kemudian dicetak dalam jumlah banyak dan dijual, keuntungan penjualan hanya dinikmati pencuri karya, bukan oleh pembuat karya aslinya. 

Tindakan plagiarisme atau menjiplak karya orang lain tidak hanya terjadi dalam dunia kepenulisan melainkan juga dalam bidang lainnya. Sebab, jenis dari karya cukup beragam seperti karya berbentuk lagu, aransemen musik, tarian, desain produk, desain logo hingga desain kemasan atau packaging.

Adapun definisi dalam konteks lebih umum, seperti dikutip dari website Universitas Pasundan, plagiarisme adalah menulis fakta, kutipan, atau pendapat yang didapat dari orang lain atau buku, makalah, film, televisi, atau tape tanpa menyebutkan sumbernya.

Jenis Plagiarisme

Jenis dari plagiarisme sendiri cukup beragam. Dikutip dari salah satu artikel ilmiah yang terbit di Buletin Psikologi yang dikelola Universitas Gadjah Mada, berikut adalah jenis-jenis plagiarisme dilihat dari aspek tertentu: 

1. Jenis Plagiarisme Dilihat dari Cara Melakukan 

Dilihat dari cara pelaku tindakan plagiarisme atau plagiator dalam menjiplak karya orang lain, jenis plagiarisme terbagi menjadi tiga, yaitu: 

a. Patchwriting

Jenis pertama adalah patchwriting, yaitu menyalin teks yang pernah ada sebelumnya tanpa menyebutkan sumber orisinal. Ada tindakan copy paste tulisan orang lain dan tidak mencantumkan sumber tulisan tersebut. 

b. Inappropriate Paraphrasing

Jenis kedua adalah inappropriate paraphrasing, yaitu tindakan mengutip karya orang lain tanpa melakukan parafrase dengan benar sehingga hanya mengganti, menambah, atau mengurangi beberapa kata saja. 

Idealnya, parafrase adalah proses menulis ulang suatu ide atau kutipan dengan bahasa sendiri sehingga hasil akhirnya akan berbeda sekali dengan teks aslinya. 

c. Summaries

Jenis plagiarisme yang ketiga adalah summaries, yaitu merangkum atau mempersingkat tulisan orang lain tanpa diikuti mencantumkan sumber. Ada tindakan meringkas dan menyederhanakan kutipan. Namun, menjadi plagiarisme karena tidak mencantumkan sumber kutipan. 

2. Jenis Plagiarisme dari Self Plagiarism 

Jenis plagiarisme jika dilihat dari tindakan self plagiarisme, yakni tindakan menyalin ulang tulisan sendiri dan tidak mencantumkan sumber (sitasi) sebagaimana mestinya. Jenis plagiarisme terbagi menjadi tiga, yaitu: 

a. Text Recycling

Text recycling adalah tindakan seorang penulis yang menulis ulang tulisan pada karya sebelumnya yang sudah diterbitkan tanpa mencantumkan sumber. Ada upaya menulis kembali karya lama menjadi baru dan diakui sebagai karya baru padahal sejatinya bukan. 

b. Redundant and Duplicate Publication

Redundant and duplicate publication adalah tindakan penulis mempublikasikan artikel atau tulisan yang sama di tempat yang berbeda tanpa memberitahu pembaca atau penerbit sehingga satu karya diterbitkan di dua tempat berbeda atau lebih. 

c. Salami-slicing atau Data Fragmentation

Salami-slicing adalah tindakan penulis yang membagi satu karya tulis ilmiah dari satu kegiatan penelitian menjadi beberapa karya tulis dan diterbitkan secara terpisah. Data sama tetapi dipublikasikan di beberapa penerbit dan terkesan merupakan karya tulis berbeda. 

Cara Cek Plagiarisme

Melakukan tindakan plagiarisme akan memberi dorongan untuk malas dalam berkarya sehingga secara perlahan akan mematikan ide dan kemampuan berpikir kreatif serta keterampilan praktis dalam membuat karya. 

Salah satu cara mencegah dan menghindari tindakan plagiarisme adalah dengan mengecek plagiarisme pada karya yang dibuat. Dulunya, mengecek plagiarisme masih dilakukan manual sehingga sulit. 

Namun, saat ini untuk mengecek plagiarisme bisa dilakukan lebih mudah berkat kemajuan teknologi dan keberadaan internet. Ada banyak aplikasi yang menyediakan layanan cek plagiarisme. 

Salah satunya adalah Turnitin yang paling umum digunakan di dunia akademik. Berikut tata cara cek plagiarisme melalui Turnitin: 

1. Daftar Akun di Website Turnitin 

Tahap yang pertama adalah mendaftar akun atau masuk ke akun Turnitin yang dimiliki. Pada halaman utama, klik menu “Log In”. Jika sudah memiliki akun maka tinggal memasukan username dan password. Jika belum, masuk ke menu registrasi dan mengisi data pendaftaran sesuai instruksi sistem Turnitin. 

2. Masuk atau Membuat Assignment

Tahap kedua adalah masuk ke Assignment, istilah lainnya adalah kelas. Jika Anda mahasiswa, biasanya akan ada Assignment yang sudah siap dan bisa di klik untuk masuk. Biasanya Assignment ini dibuat dosen. 

Sebaliknya, jika Anda dosen atau penulis yang ingin mengecek plagiarisme pada karya yang baru saja dibuat, silakan membuat Assignment baru. Ikuti tahapan yang ditampilkan Turnitin di layar perangkat Anda. 

3. Unggah Dokumen yang Akan Dicek 

Tahap ketiga. Jika sudah membuat Assignment, silakan masuk. Setelah masuk Assignment tersebut, nantinya akan ada menu untuk mengunggah dokumen. Silakan klik tombol “Submit” untuk proses unggah dokumen berisi karya tulis yang akan dicek. Tunggu sampai proses unggah selesai. 

4. Proses Pengecekan 

Jika dokumen berisi karya tulis yang akan di cek sudah terunggah sempurna, maka secara otomatis Turnitin adalah melakukan pengecekan. Proses ini bisa lama bisa sebaliknya. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran file dokumen, semakin besar maka proses pengecekan semakin lama. 

5. Laporan Similarity Indeks 

Setelah Turnitin selesai melakukan pengecekan, maka akan menampilkan laporan hasilnya dalam bentuk laporan similarity indeks. Pada laporan ini bisa diketahui berapa persen karya tulis yang memiliki kesamaan dengan tulisan lain yang sudah dipublikasikan. 

6. Revisi Jika Diperlukan 

Tahap keenam setelah melihat laporan similarity indeks adalah melakukan revisi jika diperlukan. Secara umum, persentase similarity indeks memiliki toleransi sesuai kebijakan perguruan tinggi masing-masing. Misalnya ditoleransi maksimal 25%. 

Artinya, jika hasil similarity indeks di bawah 25% otomatis Anda tidak perlu melakukan revisi. Sebaliknya, jika persentase di atas batas maksimal tersebut maka wajib melakukan revisi agar similarity indeks turun. 

7. Unggah dan Cek Plagiarisme Ulang Setelah Revisi 

Jika melakukan tindakan revisi pasca pengecekan, hasil revisi wajib di cek kembali di Turnitin. Maka kembali ke tahap awal untuk mendapatkan laporan similarity indeks baru. Hal ini penting, karena masih ada kemungkinan pasca revisi masih mendapati similarity indeks tinggi. 

Cara Menghindari Plagiarisme

Memahami bahwa tindakan plagiarisme adalah tindakan tercela dan bisa merugikan diri sendiri sekaligus orang lain (pemilik karya asli). Maka tentu perlu dihindari. Berikut beberapa cara untuk menghindarinya: 

1. Menghindari Tindakan Pencurian Ide 

Cara yang pertama untuk menghindari plagiarisme adalah menghindari segala bentuk tindakan mencuri ide orang lain. Karya orang lain lahir dari suatu ide. Jika ide ini dicuri, maka terjadi plagiarisme. 

Artinya, untuk menghindari plagiarisme, diawali dengan membuat karya dari ide sendiri hasil buah pikiran sendiri. Pada saat kesulitan menemukan ide tulisan, membaca karya orang lain untuk mencari inspirasi bisa dilakukan. 

Jangan sampai ide dari karya orang lain tersebut diambil apa adanya dan diakui sebagai ide hasil buah pikiran sendiri. Ide dari karya orang lain bisa dikembangkan agar menjadi ide baru. Misalnya mencari sudut pandang lain, memilih ide yang topiknya masih berkaitan, dan sebagainya. 

2. Melakukan Parafrase saat Mengutip 

Cara yang kedua untuk menghindari tindakan plagiarisme adalah melakukan parafrase setiap kali membuat kutipan. Bagi Anda yang menyusun karya tulis ilmiah, tentunya tidak bisa lepas dari yang namanya mengutip. 

Mengutip membantu menguatkan ide dan gagasan yang disampaikan karena ditunjang oleh pandangan atau temuan pakar. Namun, mengutip menjadi rentan melakukan plagiarisme jika berbentuk kutipan langsung. Kemudian berimbas pada tingginya similarity indeks. 

Maka salah satu cara terbaik menghindari plagiarisme adalah selalu melakukan parafrase setiap kali mengutip karya orang lain, yakni menulis ulang kutipan dengan bahasa sendiri. Kemudian diikuti dengan menjelaskan sumbernya, yakni di dalam kutipan kemudian disusul dicantumkan ke daftar pustaka. 

3. Melakukan Uji Plagiarisme 

Cara ketiga untuk menghindari plagiarisme adalah melakukan uji atau cek plagiarisme. Sesuai penjelasan sebelumnya, pengecekan bisa menggunakan aplikasi seperti Turnitin. Jika merasa berat karena berbayar, Anda bisa menggunakan aplikasi lain yang gratis tapi pengecekannya akurat dan mendalam. 

Pengujian plagiarisme membantu mengetahui apakah karya yang dibuat memiliki kemiripan dengan karya orang lain. Jika terdeteksi ada kemiripan, bisa diperbaiki untuk menghindari dugaan plagiarisme. 

Selain itu, pengecekan membantu memastikan bahwa apa yang ditulis adalah hasil buah pikiran sendiri karena plagiarisme bisa saja terjadi karena lupa mencantumkan sumber. Pengecekan membantu mendeteksi bagian yang sama dan terlupa sitasinya, sehingga bisa direvisi dan terhindar dari plagiarisme. 

Dampak Plagiarisme bagi Dosen

Plagiarisme menjadi tindakan terlarang bagi siapa saja, termasuk dan terutama bagi kalangan dosen. Dosen di Indonesia yang terbukti melakukan tindakan ini akan mendapatkan dampak yang signifikan. 

Sebab akan ada sanksi yang diberikan oleh perguruan tinggi maupun oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa bentuk sanksi yang bisa diterima dosen dari perguruan tinggi: 

1. Sanksi Teguran 

Sanksi pertama yang bisa diterima dosen jika melakukan plagiarisme adalah mendapat sanksi teguran. Sanksi dalam bentuk teguran termasuk dalam sanksi skala ringan. Teguran ini diberikan oleh pimpinan dosen di perguruan tinggi. 

2. Sanksi Peringatan Tertulis 

Sanksi kedua yang bisa diterima dosen adalah menerima peringatan tertulis. Artinya, dosen akan menerima surat pengumuman berisi peringatan dari perguruan tinggi dan berisi himbauan untuk menghindari segala bentuk tindakan plagiarisme. 

3. Sanksi Penundaan Hak Dosen 

Sanksi ketiga yang bisa diterima dosen adalah penundaan pemberian hak sebagai dosen. Misalnya hak untuk menerima gaji, tunjangan tertentu, dan lain sebagainya sesuai dengan kebijakan perguruan tinggi. 

4. Sanksi Pencabutan Hak Dosen 

Bentuk sanksi yang keempat dari tindakan plagiarisme yang dilakukan dosen adalah pencabutan hak tertentu. Sanksi dalam bentuk ini sudah termasuk sanksi tingkat berat. Hak dosen yang dicabut bisa hak diajukan sebagai Guru Besar, ketua pengusul dalam program hibah, dan sebagainya. 

5. Sanksi Penurunan Jabatan 

Dosen yang terbukti melakukan plagiarisme bisa menerima sanksi berupa penurunan jabatan. Baik itu jabatan struktural maupun jabatan fungsional, khususnya jabatan fungsional. Kemudian bagi dosen ASN, ada kemungkinan menerima sanksi berupa penurunan pangkat dan golongan ruang. 

6. Sanksi Pemberhentian 

Dampak berikutnya adalah menerima sanksi pemberhentian dan termasuk sanksi tingkat berat untuk tindakan plagiarisme. Dosen bisa diberhentikan secara hormat maupun tidak hormat jika terbukti bersalah dalam kasus plagiarisme. 

7. Sanksi Pembatalan Ijazah 

Dampak berikutnya adalah berbentuk penerimaan sanksi pembatalan ijazah. Sanksi ini diberikan kepada dosen yang tugas akhirnya terbukti hasil plagiarisme. Baik itu skripsi, tesis, maupun disertasi. Ijazah yang didapatkan dari penyusunannya akan ditarik dan dibatalkan untuk terbit. 

Penyebab Tindakan Plagiarisme 

Tindakan plagiarisme yang selalu diwanti-wanti di dunia akademik dan kemudian menjadi momok menakutkan. Ternyata masih membuat beberapa dosen dan mahasiswa dengan berani melakukan tindakan tersebut. 

Hal ini bisa terjadi karena memang ada banyak faktor yang menyebabkan dosen maupun mahasiswa berani melakukan plagiarisme. Secara umum, berikut adalah beberapa faktor penyebab plagiarisme:

1. Keterbatasan Referensi 

Faktor pertama yang sering menjadi penyebab plagiarisme di kalangan akademisi adalah keterbatasan referensi. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah, perlu didukung referensi. 

Referensi yang dimiliki harus cukup jumlahnya, relevan dengan topik, dan merupakan terbitan terbaru. Sayangnya, pada beberapa topik penelitian dan karya tulis keberadaan referensi masih minim. 

Bagi beberapa dosen, hal ini bisa menjadi tantangan dan motivasi untuk menekuni topik baru. Namun, ketika sudah terjebak di tengah jalan dan pusing dengan kesulitan yang dihadapi. Maka semakin rentan melakukan plagiarisme. 

2. Terburu-Buru dalam Menyusun Karya Tulis 

Faktor kedua yang memicu plagiarisme adalah keterbatasan waktu. Penulis cenderung buru-buru dalam menyusun karya tulis ilmiah. Misalnya mengerjakan skripsi terlalu mepet dan tertinggal jauh dari rekan sesama mahasiswa. 

Hal ini akan membuat pengerjaannya tergesa-gesa dan ada tekanan lebih tinggi sehingga memunculkan godaan untuk melakukan plagiarisme agar bisa mengejar tenggat waktu yang tersisa. 

Cara mengatasinya adalah dengan membiasakan diri mengerjakan apapun jauh-jauh hari. Tanpa menunggu deadline dan dikejar oleh dosen atau rekan sejawat karena terburu-buru membuat pengerjaan tidak maksimal dan rentan melakukan plagiarisme. 

3. Minat Baca yang Masih Rendah 

Faktor penyebab yang ketiga adalah minat baca dosen dan mahasiswa yang rendah. Padahal dalam meneliti dan menyusun karya tulis ilmiah, dibutuhkan pemahaman topik. Dimana didapatkan dari membaca berbagai referensi. 

Jika minat baca yang dimiliki rendah, tidak ada keinginan membaca referensi yang cukup. Pemahaman pada topik menjadi minim dan memunculkan keinginan melakukan plagiarisme karena tidak paham harus menulis apa. 

4. Kurang atau Tidak Memahami Plagiarisme 

Faktor terakhir yang menyebabkan adanya tindakan plagiarisme adalah kurang memahami apa itu plagiarisme sehingga terjadi pagairime yang tidak disengaja. Misalnya hanya memahami plagiat adalah menjiplak karya orang lain, bukan karya sendiri, sehingga terjadi self plagiarism. 

Adanya beberapa faktor penyebab plagiarisme menjadi bahan perhatian. Sebab bisa jadi, dosen maupun mahasiswa menghadapi beberapa faktor tersebut. Jika memahami tindakan plagiarisme adalah keliru maka akan muncul kesadaran untuk menghindarinya sejak dini.