Jika Anda dosen atau mungkin seorang mahasiswa, sudah tentu akan mencari informasi mengenai jurnal Scopus yang mudah ditembus. Kenapa? Sebab publikasi ke jurnal internasional diharapkan bisa masuk ke database bereputasi, salah satunya Scopus.
Menembus jurnal Scopus dikenal susah dengan tahapan yang panjang, rumit, dan juga membutuhkan waktu yang lama. Selain itu juga masih berhadapan dengan biaya publikasi yang terbilang sangat mahal.
Namun, Anda sepertinya tak perlu cemas selamanya. Sebab aktualnya, masih banyak pengelola jurnal terindeks Scopus yang menawarkan proses publikasi secara gratis. Beberapa juga menawarkan biaya publikasi yang ringan. Jadi, apa saja rekomendasinya?
Sebelum membahas mengenai apa saja jurnal Scopus yang mudah ditembus, maka pahami dulu apa itu jurnal Scopus. Scopus adalah database jurnal ilmiah yang dikelola oleh perusahaan informasi ilmiah Elsevier.
Scopus pertama kali diluncurkan pihak Elsevier pada tahun 2004 lalu dan terus berkembang hingga menjadi database jurnal internasional terbesar dan kredibel di hari ini. Scopus menjadi destinasi bagi pencari referensi ilmiah dan media publikasi jurnal internasional.
Lalu, apa itu jurnal Scopus? Berhubung Scopus merangkum seluruh jurnal yang kredibel maka seluruh jurnal yang terangkum atau masuk ke databasenya adalah jurnal Scopus. Secara sederhana, jurnal Scopus adalah jurnal terindeks database Scopus.
Scopus memang bukan satu-satunya database jurnal internasional, masih ada banyak database lain, seperti World of Science atau WoS yang sama-sama database jurnal internasional bereputasi dan masih banyak lagi.
Namun, Scopus memang bisa disebut yang paling populer. Hal ini karena Scopus sering dituju akademisi dan peneliti dunia untuk mencari referensi dari jurnal ilmiah sekaligus memilih jurnal kredibel untuk tujuan publikasi ilmiah.
Seperti yang disampaikan sekilas sebelumnya, Scopus bukan satu-satunya database jurnal internasional. Bahkan bukan satu-satunya database bereputasi. Namun, kebanyakan dosen, mahasiswa, dan peneliti dari Indonesia dan negara lain menjadikannya prioritas.
Dikutip melalui berbagai sumber, ternyata ada banyak alasan yang menjadi latar belakang kenapa database besutan Elsevier ini sering dijadikan prioritas.
Berikut alasan jurnal Scopus dipilih sebagai tempat publikasi:
Salah satu keunggulan yang sekaligus menjadikan Scopus sebagai prioritas untuk publikasi ilmiah adalah cakupan yang luas. Sebagaimana database jurnal ilmiah pada umumnya, Scopus mengindeks jurnal dari berbagai bidang keilmuan.
Bahkan bisa disebut mengindeks seluruh bidang keilmuan yang ada di dunia. Hal ini praktis membuat pengguna layanannya bisa menemukan jurnal terbaik sesuai bidang keilmuan yang dibutuhkan.
Begitu pula dengan para peneliti, yang bisa dengan mudah menemukan jurnal sesuai bidang keilmuan yang ditekuni. Sehingga bisa mempublikasikan artikel ke jurnal yang sesuai dengan topik yang diteliti.
Alasan kedua kenapa jurnal Scopus yang mudah ditembus selalu menjadi prioritas adalah terdapat alat ukur dampak publikasi ilmiah. Scopus menyediakan fitur bertajk impact Factor (IF).
IF sendiri secara sederhana adalah alat ukur untuk mengetahui dampak atau manfaat dari publikasi ilmiah yang dilakukan. Misalnya dari menghitung jumlah sitasi publikasi tersebut.
Lewat fitur ini, para peneliti yang melakukan publikasi bisa mengetahui seberapa besar dampak publikasi yang telah dilakukan. Sekaligus bisa menjadi motivasi. Jika meraih IF tinggi maka semakin termotivasi melakukan publikasi berikutnya.
Jika IF rendah, maka menjadi pendorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah. Hal ini yang menjadikan banyak peneliti memilih Scopus agar bisa mengecek riwayat publikasi ilmiahnya punya dampak seluas dan sebesar apa.
Mau publikasi artikel di jurnal terindeks Scopus? Baca tulisan berikut terlebih dulu:
Bicara mengenai database dengan kredibel tinggi, maka akan masuk ke dalam jajaran database bereputasi dimana salah satunya adalah Scopus. Jurnal bisa terindeks ke Scopus ketika sudah dievaluasi pihak pengelola dengan teliti.
Memperhatikan siapa dewan redaksinya, mengecek riwayat publikasinya, siapa yang menjadi pengelolanya, seberapa besar dampak artikel yang diterbitkan bagi dunia ilmiah, dan sebagainya.
Scopus bahkan secara berkala kembali mengevaluasi jurnal yang terindeks, jika ada indikasi menjadi jurnal predator. Maka akan segera dihapus dari database-nya. Artinya, hanya jurnal kredibel yang akan terindeks. Tidak heran jika dijadikan prioritas saat mengurus publikasi ilmiah.
Scopus masuk ke dalam daftar database jurnal internasional skala besar. Skala disini salah satunya menunjukan jumlah jurnal yang terindeks. Selain itu juga dilihat dari jumlah pengguna yang mencari referensi ilmiah berbentuk jurnal internasional.
Jumlah pengguna berskala internasional dan jumlah jurnal terindeks yang cukup besar. Menjadikan setiap publikasi ilmiah di dalamnya dengan mudah diakses publik luas dari berbagai kalangan dengan berbagai tujuan.
Jika mampu menemukan jurnal Scopus yang mudah ditembus, maka publikasi ilmiah Anda akan diakses lebih banyak orang. Kondisi ini juga mendukung peningkatan manfaat dari hasil penelitian yang dipublikasikan.
Kelebihan jurnal Scopus berikutnya adalah membantu mendapat rekognisi internasional. Harus diakui, seluruh dunia memahami betul sulitnya menembus redaksi jurnal yang terindeks Scopus.
Kondisi ini membuat Scopus menjadi standar pencapaian tinggi dalam publikasi ilmiah. Pengakuan secara global membuat peneliti yang bisa menembus jurnal Scopus pada akhirnya mendapat rekognisi berskala internasional.
Bagi dosen di Indonesia, mampu melakukan publikasi jurnal internasional terindeks Scopus adalah hal penting. Sebab bisa mendukung pengembangan karir akademik melalui pengembangan jabatan fungsional.
Bahkan dengan publikasi ke jurnal Scopus, seorang dosen berkesempatan loncat jabatan baik dari Asisten Ahli menuju ke Lektor Kepala. Maupun dari Lektor menuju langsung ke Guru Besar.
Dengan segala kelebihan yang dimiliki, maka sangat lumrah jika banyak jurnal Scopus yang mudah ditembus dicari banyak orang. Sebab memang menjadi salah satu pencapaian, mengingat menembus jurnal terindeks Scopus biasanya tidak mudah dan tidak murah.
Baca Juga:
Jika Anda memiliki tujuan utama melakukan publikasi terindeks Scopus. Maka kuncinya adalah memilih jurnal yang sudah terindeks Scopus untuk mempublikasikan artikel ilmiah yang sudah Anda susun.
Memahami betul, bahwa jurnal terindeks Scopus rata-rata kewalahan menerima submit artikel dalam jumlah besar dari peneliti di seluruh dunia. Maka sangat wajar jika peneliti dari Indonesia dan negara lain mengalami kesulitan menembus redaksinya.
Namun, ada kabar baik. Sebab beberapa jurnal Scopus diketahui cukup mudah untuk ditembus da bahkan beberapa sifatnya gratis. Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa rekomendasi jurnal Scopus yang mudah ditembus:
No. | Nama Jurnal | Bidang Ilmu | Quartile | Lama Waktu | Biaya Publikasi |
---|---|---|---|---|---|
1 | Journal of Pharmaceutical Research | Medical | Q2 | 10 hari | |
2 | Pharmacology research and perspectives | Medical | Q1 | 1 bulan | Free |
3 | Journal of Advanced Research in Fluid Mechanics and Thermal Sciences | Engineering | Q4 | 2 bulan | $350 |
4 | Biodiversitas | Biology | Q3 | 2 bulan | Rp4,5 juta |
5 | Case Studies in Thermal Engineering | Engineering | Q1 | 2 bulan | |
6 | Library Philosophy and Practice | Library, social science | Q2 | 2 bulan | Free |
7 | International journal economic and Policy | Economy, Policy | Q1 | 1 bulan | $590 |
8 | Journal of Public Health Research | Medical | Q2 | 1-3 bulan | 300 euro |
9 | Biodiversitas | Biology | Q3 | 30 hari (1 bulan) | Rp3,5 juta |
10 | AACL BIOFLUX | Biology | Q3 | 3 bulan | $250 |
11 | Geojournal of tourism and geosites | Tourism | Q2 | 2 bulan | 680 euro |
12 | Evergreen Journal | Engineering | Q3 | 4 bulan | Free |
13 | Journal of Asian Finance, Economic and Business | Economy, Business | Q2 | 1 bulan | |
14 | Science of the Total Environment | Science, Biology, Chemistry | Q1 | 2-8 bulan | Free |
15 | Non-coding RNA research | Medical | Q1 | 2 bulan | $555 |
16 | Asian Journal of Civil Engineering (Springer Nature) | Civil Engineering | Q3 | 10 hari – 1 bulan | Free |
17 | Indian Journal of Psychological Medicine | Medical | Q3 | 1-3 bulan | Free |
18 | Indian Journal of Occupational and Environmental Medicine | Science | Q3 | 1-3 bulan | Free |
19 | Electronics mdpi | Electronic Engineering | Q1 | 1 bulan | 1500 CHF |
Sebagai catatan tambahan, setiap daftar jurnal Scopus yang mudah ditembus di atas bisa jadi mengubah kebijakan. Mulai dari biaya sampai proses seleksi artikel yang dikirimkan para peneliti. Jadi, detail lebih jelas dan terkini bisa mengunjungi laman resmi jurnal tersebut.
Beberapa rekomendasi di atas tentu terbatas, karena tidak mencakup semua bidang keilmuan. Selain itu, beberapa memang bukan dari Q1 maupun Q2. Jika dari daftar yang dicantumkan di atas tidak sesuai kebutuhan.
Maka Anda tidak perlu berkecil hati karena di luar daftar dalam tabel, masih banyak jurnal terindeks Scopus yang mudah untuk ditembus. Apalagi jika artikel ilmiah yang Anda submit memang memiliki nilai tambah di mata redaksi jurnal.
Membantu menemukan lebih banyak rekomendasi jurnal terindeks Scopus yang redaksinya mudah ditembus. Beberapa kiat berikut bisa diterapkan:
Kiat pertama untuk menemukan jurnal Scopus yang terbilang mudah ditembus adalah rajin mengunjungi website resminya. Sebab disini Anda bisa mendapatkan informasi yang detail dan valid mengenai kebijakan jurnal tersebut.
Anda bisa menemukan berbagai artikel ilmiah yang diterbitkan berkala oleh jurnal tersebut. Membaca isinya dan menilai seberapa bagus kualitas serta aspek lainnya. Bahkan, Anda bisa tahu siapa saja penulisnya.
Anda bisa mencari informasi mengenai penulis tersebut, termasuk kontak email sampai akun media sosial. Sehingga bisa sharing, melakukan tanya jawab, dan sebagainya. Sehingga bisa tahu jurnal Scopus tersebut mudah ditembus atau tidak.
Kiat kedua untuk menemukan lebih banyak rekomendasi jurnal Scopus yang mudah ditembus adalah minta rekomendasi orang terdekat. Utamanya adalah rekan sejawat atau sesama dosen yang tentu familiar dengan hiruk-pikuk publikasi jurnal internasional.
Anda bisa meminta rekomendasi jurnal Scopus mana saja yang menurut rekan tersebut mudah untuk ditembus. Bisa juga atas pertimbangan lain, misalnya yang biayanya gratis sampai sangat terjangkau.
Bagaimana jika jaringan dosen masih sedikit karena dosen pemula? Anda bisa berkenalan dengan rekan dosen lain di media sosial. Bahkan Anda juga bisa mengandalkan informasi dari mahasiswa yang sudah melek teknologi. Kadang mereka punya rekomendasi jurnal Scopus yang mudah untuk ditembus.
Kiat ketiga yang bisa Anda lakukan adalah mengecek daftar jurnal Scopus terbaru. Artinya, Anda bisa mengunjungi website resmi Scopus dan mencari jurnal terindeks sesuai bidang keilmuan.
Dijamin akan menemukan daftar yang cukup panjang, Anda bisa mengecek satu per satu di website jurnal tersebut. Kemudian mencari informasi proses publikasinya bagaimana dan durasi publikasinya terbilang singkat atau sebaliknya.
Scopus sangat mungkin mengindeks jurnal baru secara berkala dalam beberapa bulan sekali. Jika ada jurnal baru, biasanya sering memberikan promo bahkan membebaskan biaya publikasi alias gratis. Selain itu, biasanya masih minim pesaing sehingga redaksinya mudah ditembus.
Semisal Anda diburu deadline untuk melakukan publikasi ke jurnal Scopus. Maka Anda bisa menghubungi beberapa pengelola jurnal dan menanyakan durasi publikasinya. Lama atau terbilang sebentar.
Jika sebentar, maka bisa dijadikan pilihan sehingga bisa mengejar deadline. Selain itu, durasi publikasi yang tidak sampai 3 bulan juga menjadi tanda jurnal Scopus tersebut mudah ditembus.
Jadi, jangan ragu untuk menanyakan berapa jangka waktu dari submit sampai artikel terbit sesuai dengan pola rilis volume terbaru jurnal tersebut. Banyak peneliti melakukan hal serupa yang tentu bisa Anda terapkan juga.
Jika Anda sedang menganalisis jurnal Scopus mana yang mudah ditembus. Anda juga bisa memakai cara mengecek riwayat artikel yang dipublikasikan. Jurnal bisa mempublikasikan volume baru dari 1x per tahun sampai beberapa kali.
Satu kali volume rilis, maka akan berisi beberapa artikel ilmiah. Sebut saja 7 artikel ilmiah. Sehingga Anda bisa menilai mudah tidaknya menembus jurnal tersebut dari riwayat volume yang rilis.
Semakin banyak artikel yang dirilis di setiap volume, semakin menunjukan jurnal tersebut mudah ditembus. Namun memang akan sangat dipengaruhi pula jumlah artikel yang di submit ke pihak jurnal. Jika memang cukup banyak, maka persaingan juga sangat ketat.
Meskipun ada rekomendasi jurnal Scopus yang mudah ditembus dan bisa juga dicari sendiri secara mandiri. Namun, harus diakui ada salah satu kunci utama agar Anda bisa dengan mudah menembus redaksi jurnal Scopus manapun.
Yakni memastikan menyusun artikel ilmiah dengan kualitas yang baik. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Memperbesar peluang menembus jurnal Scopus dengan mudah, Anda bisa mencoba beberapa tips ini:
Tips yang pertama adalah memilih jurnal dengan tepat. Terutama yang bidang keilmuannya sesuai. Selain itu juga cocok dengan semua kebijakan yang ditetapkan. Mulai dari jangka waktu publikasi sampai biaya publikasi itu sendiri.
Tips kedua adalah memastikan artikel sudah disusun sesuai kebijakan pengelola jurnal. Mulai dari format, jumlah kata, ketentuan kata kunci maupun bagian lain, dan lain sebagainya.
Pastikan juga artikel ilmiah yang disusun sudah menggunakan tata bahasa yang baik dan bisa dipahami. Tidak ada salahnya menggunakan jasa penerjemah untuk memastikan tidak ada kesalahan grammar dan kesalahan dalam bentuk lain.
Tips terakhir adalah memastikan skor plagiat rendah. Mayoritas jurnal Scopus memberi toleransi skor plagiat 15%. Jadi, jika skor Anda 10% atau bahkan lebih rendah maka memperbesar peluang artikel diterima dan segera terbit.
Itulah beberapa tips untuk menembus jurnal Scopus dengan lebih mudah. Jadi, jangan hanya fokus mencari jurnal Scopus yang mudah ditembus. Tetapi juga berusaha meningkatkan kualitas artikel yang disusun agar dipandang layak diterbitkan oleh pengelola jurnal.
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…