Setiap dosen di Indonesia tentu akan rutin melakukan publikasi ilmiah ke jurnal, baik jurnal nasional maupun jurnal internasional. Namun, meskipun prosesnya cukup submit artikel ternyata tidak sedikit dosen yang jurnal ditolak dengan berbagai faktor penyebab.
Penolakan dari pengelola jurnal juga lebih sering dialami dosen pemula yang masih keliru dalam memilih jurnal yang sesuai scope. Jika penolakan dialami maka perlu mengganti format dan melakukan perbaikan lain. Hal ini menuntut dosen bekerja dua kali lipat.
Jadi, penting sekali untuk memahami bagaimana agar artikel yang disubmit tidak mengalami penolakan. Hal ini akan membuat proses publikasi lebih efektif dan efisien. Berikut adalah penjelasan detailnya.
Hal pertama untuk dibahas adalah mengenai tanda jurnal ditolak. Status usai submit artikel ke pihak pengelola jurnal setidaknya ada 4 (empat) macam dan bertahap.
Ketika artikel yang disubmit dalam status “Awaiting assignment” maka artinya artikel tersebut sedang diperiksa oleh editor. Pada tahap ini, terdapat dua kemungkinan. Pertama, artikel dinyatakan ditolak dan dijelaskan alasannya.
Kedua, artikel diterima dan kemudian berlanjut ke tahap berikutnya. Sehingga, status artikel menjadi “In review” karena akan di review oleh reviewer dari pihak pengelola jurnal tersebut. Sehingga, saat status masih “Awaiting assignment” sangat penting untuk rutin mengecek.
Selain itu, penulis korespondensi dalam proses publikasi tersebut bisa rutin mengecek email masuk. Sebab status artikel yang di submit akan diterima atau ditolak biasanya akan disampaikan melalui email yang dicantumkan penulis korespondensi. Berikut contoh email tersebut:
Jika status artikel sudah “In review” maka artinya artikel yang Anda submit sudah diterima. Hanya saja masih di review oleh ahli di bidangnya dan akan ditentukan ada tidaknya revisi. Sehingga tetap ada kemungkinan mengalami revisi minor maupun mayor.
Dalam proses revisi tersebut, silakan mengikuti prosedur yang diterapkan oleh pihak pengelola jurnal. Sehingga revisi bisa segera diperiksa dan diproses. Proses revisi sendiri kadang kala tidak hanya sekali, melainkan bisa beberapa kali. Jadi, dosen tentu butuh kesabaran dan konsistensi disini.
Baca Juga: Cara Mendapatkan LoA Jurnal Nasional & Internasional
Tidak semua artikel ilmiah yang di submit oleh dosen dan peneliti profesional akan diterima sebuah jurnal. Sebab aktualnya, setiap dosen atau nyaris semua dosen pernah merasakan jurnal ditolak.
Kecewa, sudah tentu akan dirasakan. Namun, dibalik penolakan tersebut tentu bisa menjadi titik balik untuk melakukan evaluasi. Sebab pihak jurnal biasanya menyertakan penjelasan mengenai alasan penolakan jurnal tersebut.
Secara umum, suatu jurnal ditolak bisa disebabkan karena satu faktor dan gabungan beberapa faktor. Berikut adalah beberapa alasan yang membuat jurnal menolak artikel ilmiah yang Anda submit dikutip melalui website resmi LP Ma’arif NU Jawa Tengah:
Alasan pertama yang mungkin membuat artikel ilmiah Anda ditolak sebuah jurnal adalah karena kualitasnya masih trivial atau kurang maksimal. Sangat mungkin alasan ini Anda dapatkan di catatan reviewer maupun editor.
Saat hal ini dihadapi, jangan buru-buru sakit hati dan marah. Melainkan segera memeriksa catatan tersebut dan memeriksa kesesuaiannya dengan artikel yang disusun. Sebab rata-rata alasan ini yang sering menggagalkan artikel publish.
Artikel dikatakan memiliki kualitas rendah bisa karena beberapa hal. Sebut saja seperti metodologi penelitian yang lemah, data yang tidak memadai, analisis yang kurang memadai, dan lain sebagainya.
Alasan kedua kenapa jurnal ditolak adalah karena tidak sesuai dengan fokus dan cakupan bidang yang dipilih jurnal tersebut. Istilahnya tidak sesuai dengan focus dan scope jurnal yang bersangkutan.
Setiap pengelola jurnal diketahui memilih fokus dan cakupan bidang keilmuan yang khas. Satu sama lain akan berbeda dan para penulis wajib memperhatikan hal ini untuk memastikan artikel yang disusun sudah sesuai.
Semakin sesuai dengan fokus dan cakupannya maka semakin besar peluang artikel diterima dan mengalami revisi. Jadi, silakan mengecek kembali fokus dan cakupan jurnal tersebut apa untuk kemudian menyadari kesalahan yang sudah dilakukan untuk tidak diulang di masa mendatang.
Alasan yang ketiga dimana secara umum menyebabkan jurnal ditolak adalah format yang tidak sesuai. Secara umum, setiap pengelola jurnal menetapkan format, pedoman jurnal, dan template untuk artikel yang dipublikasikan.
Para penulis tentu diwajibkan untuk mengikuti ketentuan tersebut tanpa kompromi. Artinya sifatnya mutlak dan tidak bisa diubah dengan alasan apapun. Jadi, silakan cek dulu format, pedoman jurnal, dan template yang ditetapkan sebelum submit.
Baca selengkapnya Format IMRaD, Format yang Banyak Digunakan Jurnal Bereputasi
Tahukah Anda, bahwa dengan melirik jurnal berkualitas sangat tinggi maka ada risiko artikel ditolak karena kalah saing? Tidak sedikit jurnal dengan kualitas tinggi menjadi incaran para peneliti di berbagai negara di dunia.
Alhasil, menjelang perilisan volume baru ada lebih banyak penulis melakukan submit. Jika satu volume yang rilis membutuhkan 5 artikel baru dan yang masuk 50 artikel. Maka persaingan menjadi ketat dan artikel dengan kualitas paling tinggi yang akan diterima.
Artinya, artikel Anda bisa masuk daftar artikel yang ditolak dan bukan karena buruk atau tidak layak dipublikasikan. Melainkan memang kalah saing. Sehingga alasan ini membuat Anda bisa belajar bagaimana memilih jurnal yang tepat. Misalnya tidak selalu mengincar Scopus Q1 melainkan bisa Q4 saja.
Alasan kelima yang membuat jurnal ditolak adalah karena diketahui melakukan pelanggaran etika publikasi ilmiah. Misalnya ada pemalsuan data atau falsifikasi, kemudian plagiarisme, dan lain sebagainya.
Jadi, dengan melakukan pelanggaran baik yang disadari maupun tidak disadari, artikel sudah pasti akan ditolak. Inilah arti pentingnya melakukan review mandiri dan pengecekan similarity indeks sebagai antisipasi.
Alasan keenam yang membuat jurnal ditolak adalah penyajian data tidak memadai. Artinya, data atau informasi yang disajikan di dalam artikel dinilai tidak jelas, tidak lengkap, dan tidak sesuai dengan ketentuan penyajian. Misalnya tidak terstruktur.
Sehingga hal ini akan menurunkan kualitas artikel yang Anda submit ke sebuah jurnal serta memperbesar risiko ditolak. Oleh sebab itu, penting untuk membaca ulang artikel dan memastikan seluruh data disampaikan dengan jelas dan terstruktur.
Baca Juga: Cara Membuat Jurnal Ilmiah yang Sesuai Ditjen Dikti
Ada kalanya, usai artikel dalam status “In review” kemudian berujung pada penolakan. Artinya, reviewer yang melakukan peer review menilai artikel yang Anda buat tidak sesuai atau memiliki kualitas yang terbilang rendah.
Sehingga dianggap belum layak untuk dipublikasikan oleh jurnal yang bersangkutan. Maka alasan penolakan adalah dari hasil reviewer tersebut. Oleh sebab itu, jika memang diminta melakukan revisi maka bisa segera dilakukan dibanding pindah ke jurnal lain dan mulai lagi dari awal.
Alasan selanjutnya yang membuat artikel Anda ditolak sebuah jurnal adalah karena rekam jejak penulis dinilai belum memadai. Jadi, ada banyak jurnal yang juga memperhatikan rekam jejak publikasi dari penulis yang submit artikel.
Sehingga H-Indeks yang rendah. linieritas penulis tidak terpenuhi, dan sebagainya. Bisa membuat artikel Anda tidak dianggap layak untuk dipublikasikan. Maka penting sekali untuk sejak awal membangun rekam jejak yang baik demi kelancaran publikasi ilmiah di masa mendatang.
Tidak sedikit pula, jurnal menetapkan keputusan artikel Anda ditolak dengan alasan yang tidak jelas dan bahkan tidak logis. Beberapa editor pada jurnal juga bisa menolak dengan tidak menjelaskan alasan yang mendasarinya.
Apakah Anda mau publikasi di jurnal terindeks Scopus. Jangan lewatkan ini:
Ketika jurnal ditolak, mungkin Anda akan merasa sangat kecewa dan merasa terpuruk. Namun, penolakan dari pihak jurnal tentu tidak berakhir sebagai kiamat. Perjuangan Anda dalam mengurus publikasi ilmiah masih harus terus berjalan.
Jika Anda berada pada situasi tersebut, maka berikut beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai solusinya:
Hal pertama yang perlu Anda lakukan jika jurnal ditolak adalah membaca catatan yang disampaikan oleh reviewer maupun editor. Catatan ini yang menunjukan alasan kenapa artikel Anda mengalami penolakan.
Pahami dengan baik isi catatan tersebut dan sadari juga bahwa isi catatan ini memang sesuai dengan kondisi artikel Anda. Sebab memang pihak editor maupun reviewer lebih paham mengenai standar artikel yang layak dipublikasikan.
Berdasarkan catatan reviewer dan editor, Anda bisa mulai melakukan revisi secara mandiri. Jurnal yang ditolak tentu tidak menunjukan bahwa artikel tersebut tidak akan pernah layak dipublikasikan. Melainkan memang perlu diperbaiki agar layak.
Lakukan revisi secara rinci dan mendalam mengacu pada catatan tersebut. Sehingga membantu Anda melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya dan mengantisipasi penolakan dari jurnal yang sama maupun jurnal lainnya.
Tahap berikutnya jika jurnal ditolak pasca melakukan revisi adalah memilih jurnal lain. Mayoritas peneliti akan melakukan langkah ini, karena jauh lebih mudah menembus jurnal baru dibanding jurnal yang sudah memberi penolakan.
Anda bisa mencari jurnal dengan kualitas yang sama atau diturunkan sedikit. Misalnya, jurnal pertama yang memberi penolakan terindeks Scopus dengan peringkat Q2.
Maka Anda bisa mencari jurnal Scopus di peringkat Q3 dan di bawahnya. Sehingga masih berstatus jurnal internasional bereputasi, akan tetapi dengan proses review yang tidak seketat jurnal pertama.
Baca selengkapnya 5 Cara Memilih Jurnal untuk Publikasi Ilmiah Dosen di Indonesia
Dalam proses mencari dan memilih jurnal baru, maka Anda wajib memperhatikan dulu pedoman submit artikel. Dimana dalam pedoman tersebut akan dijelaskan mengenai format, struktur, dan unsur lain yang harus dipatuhi penulis.
Anda wajib mengikuti isi pedoman dan merubah artikel ilmiah yang disusun agar lebih sesuai. Baru kemudian melakukan submit maupun memeriksa kualitas artikel tersebut secara mandiri sebelum di submit.
Tahap berikutnya usai jurnal ditolak adalah melakukan peer review internal. Artinya, Anda melakukan review atau editing secara mandiri bersama tim penulis lainnya. Tujuannya untuk memastikan artikel sudah sesuai pedoman dan memperbesar peluang diterima oleh jurnal yang baru.
Tahap keenam adalah menyiapkan dokumen pendukung. Jika di jurnal pertama yang melakukan penolakan alasannya adalah karena data dianggap tidak memadai. Misalnya kurang sumber dan informasi referensi yang jelas.
Maka ketika akan submit ulang di jurnal baru, Anda bisa mengantisipasi penolakan dengan alasan serupa dengan menyiapkan dokumen pendukung yang memadai. Misalnya surat pengantar, surat izin, daftar rujukan, dan lampiran lain yang mendukung.
Seperti penjelasan sebelumnya, salah satu alasan jurnal ditolak adalah karena reputasi penulis yang belum memadai. Misalnya dari H-Indeks yang masih rendah sehingga dipandang kualitas dan aspek lain dari artikelnya belum sesuai standar.
Maka untuk mengantisipasi penolakan dengan alasan serupa, Anda bisa mencari author dengan H-Indeks tinggi untuk diajak berkolaborasi. Kolaborasi ini akan mencegah penolakan dengan alasan reputasi penulis kurang memadai.
Manfaatkan media sosial dan berbagai database jurnal internasional dan nasional dalam mencari mitra author. Sehingga bisa mendongkrak reputasi penulis dari artikel yang akan di submit.
Tahap berikutnya jika jurnal ditolak adalah submit ulang dan nikmati seluruh prosesnya. Artikel tersebut tentu tidak bisa dijamin akan langsung diterima oleh jurnal lain yang sudah dipilih dengan seksama.
Maka penting untuk menyiapkan mental menghadapi status revisi, baik mayor maupun minor. Sehingga sudah menyiapkan strategi untuk menghadapinya dengan baik dan bisa segera diproses pasca revisi sudah dilakukan. Hal ini tentu lebih efisien dibanding pindah ke jurnal lain untuk kedua kalinya.
Jangan berhenti di jurnal, ubah hasil penelitian Anda jadi buku untuk menambah angka kredit Anda:
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan dosen dan peneliti ketika berhadapan dengan jurnal ditolak, adalah bisa tidaknya di submit ulang? Jawabannya adalah bisa, akan tetapi dengan catatan tambahan dan ada di dua kondisi berikut:
Jika Anda merasa sudah memilih jurnal terbaik dari yang terbaik, misalnya jurnal tersebut terindeks Scopus dengan peringkat Q1. Maka besar kemungkinan Anda enggan beralih ke jurnal internasional lain.
Maka saat status artikel yang di submit ditolak, Anda bisa melakukan revisi sesuai dengan catatan dari reviewer. Setelah dilakukan revisi, maka bisa submit ulang dari awal sesuai kebijakan pengelola jurnal tersebut.
Jangan submit ulang di jurnal yang sama tanpa revisi, karena dijamin akan langsung ditolak dan menunjukan Anda tidak profesional. Selain itu membuat Anda membuang waktu dua kali, karena harus menghadapi penolakan dua kali berturut-turut.
Pilihan lain jika kondisi Anda kesulitan dan tidak memungkikan melakukan revisi. Maka naskah artikel bisa dibiarkan apa adanya dan kemudian mencari jurnal internasional maupun jurnal nasional lain.
Pada tahap ini, Anda bisa mencari jurnal yang terindeks di database bereputasi akan tetapi memilih peringkat di bawah jurnal sebelumnya. Tujuannya agar peluang artikel diterima lebih besar.
Namun, kondisi lain yang bisa dilakukan adalah merevisi artikel yang ditolak di jurnal sebelumnya. Baru kemudian di submit ke jurnal lain yang kualitasnya nyaris sama. Misalnya jurnal pertama terindeks Scopus di peringkat Q1 maka bisa mencari jurnal Q2 atau Q3.
Itulah penjelasan mengenai bagaimana menghadapi jurnal ditolak, yang tentu perlu disikapi dengan bijak dan dewasa. Jika memang masih diberi kesempatan revisi maka silakan dilakukan. Apabila tidak berkenan, Anda bisa beralih ke jurnal lain.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman sesuai isi dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar dan membuka diskusi. Klik juga tombol share untuk membagikan artikel ini ke rekan dosen lainnya. Semoga bermanfaat!
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…