Beberapa orang perlu mengikuti tes TOEFL sehingga perlu mengenal apa itu TOEFL, jenis TOEFL apa saja, dan kompetensi apa saja yang diuji selama tes berlangsung. TOEFL sendiri secara sederhana adalah tes untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris.
Mayoritas orang yang mengikuti tes ini berencana untuk melanjutkan studi ke luar negeri, baik sekolah maupun ke universitas. Jika dalam waktu dekat hendak kuliah ke luar negeri dijamin sudah mempersiapkan diri mengikuti TOEFL.
Bahkan sudah mulai ikut 1 atau 2 tahun sebelumnya. Sebab sertifikat tes TOEFL sendiri berlaku selama 2 tahun, kecuali untuk dosen dalam mengikuti serdos. Ikut tes kapan saja selama sudah passing grade maka sertifikat diterima.
Satu hal yang perlu dipahami tentang TOEFL adalah jenisnya yang beragam. Setiap jenis memiliki beberapa perbedaan seperti dari kompetensi yang diuji, cara perhitungan skor, media untuk tes, dan lain sebagainya. Berikut penjelasan lengkapnya.
Sebelum mengenal semua jenis TOEFL, tentu perlu paham dulu pengertian dari TOEFL itu sendiri. Sebagaimana yang dijelaskan di awal, TOEFL adalah sejenis tes untuk mengetahui atau mengukur kemampuan bahasa Inggris. Tepatnya bahasa Inggris dari Amerika Serikat.
TOEFL menggunakan soal-soal yang menggunakan bahasa Inggris khas Amerika. Hasil tes kemudian bisa digunakan untuk kuliah maupun sekolah di Amerika Serikat dan Kanada. Jika kuliah di luar dua negara ini, maka bukan tes TOEFl yang harus diikuti. Melainkan IELTS.
TOEFL terdiri dari beberapa sesi setiap sesi menguji kompetensi bahasa Inggris aspek tertentu. Diantaranya adalah:
Lalu, apakah untuk mengikuti tes TOEFL harus menguasai semua kompetensi yang dijelaskan di atas? Sebenarnya tidak harus, namun jika bisa menguasai maka akan semakin baik. Pada dasarnya selama penguasaan bahasa Inggris bagus, sesi apapun dijamin lancar.
Tidak semua jenis TOEFL menguji keempat kompetensi tersebut, jadi tergantung jenis apa yang kamu ikuti. Sebab di Indonesia dan di seluruh dunia setidaknya ada 5 jenis tes TOEFL yang memiliki beberapa perbedaan. Berikut penjelasan detailnya:
Jenis pertama adalah PBT (Paper Based Test) termasuk TOEFL yang paling umum dan kemudian sudah mulai ditinggalkan. Sesuai namanya TOEFL jenis ini menggunakan media kertas.
Sehingga soal-soal TOEFL dicetak di kertas dan peserta menjawabnya di lembar jawab berupa kertas juga, dan dijawab secara manual. Jenis ini yang paling pertama diperkenalkan ke seluruh dunia dan terdiri dari sesi reading, listening, dan structure.
TOEFL PBT berlangsung selama 3 jam lebih dan setiap sesi diberi jeda sekitar 10 menit. Perhitungan skor menggunakan metode konversi dan nilainya berkisar antara 200 poin sampai yang tertinggi adalah 600 poin.
Jenis TOEFL yang kedua adalah TOEFL CBT (Computer Based Test), sehingga tes TOEFL ini sudah menggunakan komputer. Soal tes dan lembar jawaban ditampilkan di layar komputer yang digunakan peserta mengikuti ujian.
Setiap jawaban yang diberikan peserta kemudian otomatis terekam dan kabarnya tidak bisa dikoreksi alias tidak bisa diganti jawabannya di sisa waktu ujian. CBT terbagi menjadi 4 sesi yaitu listening, reading, structure, dan juga writing.
Berhubung tes ini sudah berbasis komputer, maka perhitungan skor tidak lagi mengandalkan tabel konversi. Melainkan memakai sistem penjumlahan, dimana satu sesi tertinggi memiliki skor 30. Jadi, nilai tertinggi di CBT adalah 300 poin.
TOEFL berikutnya adalah TOEFL iBT (Internet Based Test) sehingga jenis TOEFL satu ini sudah berbasis internet alias sudah online. Sistem iBT sangat populer di tengah masa pandemi karena peserta bisa ikut tes dari rumah masing-masing.
iTB terbagi menjadi 4 sesi yaitu listening, reading, writing, dan juga speaking yang durasinya sekitar 4 jam. Skornya antara 0-120 poin. Jenis satu ini juga dikenal sebagai tes TOEFL paling mahal sebab biaya satu kali tes berkisar antara Rp 2-3 jutaan.
Berikutnya ada TOEFL ITP (Institutional Testing Program) yang merupakan jenis TOEFL yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga dan sertifikatnya berlaku secara nasional dan di kawasan Asia saja.
Artinya sertifikat untuk TOEFL ITP tidak berlaku secara internasional. Namun tetap sangat efektif menguji kemampuan bahasa Inggris seseorang. Adapun tesnya sendiri terbagi menjadi 3 sesi yaitu listening, structure, dan speaking.
Durasi tes untuk TOEFL jenis ini sekitar 2 jam saja dan biayanya sekitar Rp 500 ribuan untuk satu kali tes. Skor antara 310-667 poin. Sekalipun tidak berlaku secara internasional, namun sertifikatnya bisa digunakan untuk kebutuhan dalam negeri.
Misalnya seorang dosen yang butuh sertifikat tes TOEFL untuk mengikuti sertifikasi dosen. Bisa juga untuk kebutuhan sekolah maupun kuliah di negara kawasan Asia. Misalnya negara tetangga sampai negara di Asia bagian lainnya.
Jenis TOEFL yang terakhir adalah TOEFL Prediction Test, yaitu tes TOEFL yang ditujukan untuk latihan. TOEFL jenis ini bisa diikuti oleh siapa saja yang masih ragu untuk mengikuti tes TOEFL sesungguhnya, sehingga bisa dianggap sebagai latihan.
Analoginya, TOEFL Prediction Test merupakan try out Ujian Nasional. Sementara Ujian Nasional adalah tes TOEFL yang sesungguhnya. TOEFL jenis ini diselenggarakan oleh berbagai lembaga kursus bahasa Inggris.
Bisa juga ditemukan di lembaga yang memang menyediakan tes TOEFl. TOEFL ini kemudian memiliki 3 sesi dimulai dari listening, structure, sampai reading yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam.
Sebagai latihan, biaya untuk mengikuti tes TOEFL satu ini terbilang terjangkau. Kebanyakan lembaga kursus membuat biayanya satu paket dengan biaya kursus di lembaga mereka.
Sehingga peserta sudah terbiasa menghadapi TOEFL dan siap meraih skor tinggi. Saat ini peserta TOEFL Prediction Test didominasi oleh pelajar dan mahasiswa. Namun masyarakat umum juga bisa mengikutinya, karena terbuka untuk umum.
Mengenal jenis TOEFL membantu menyiapkan diri dengan baik sekaligus bisa memilih tempat tes yang sesuai. Sehingga bisa mengikuti tes atau ujian dengan nyaman dan penuh persiapan, pada akhirnya bisa mendapat skor yang memuaskan.
Artikel Terkait:
Perbedaan TOEFL dan IELTS yang Perlu Diketahui
Cara Menghitung Skor TOEFL, Mudah Banget!
10 Tips Membaca Buku Bahasa Inggris agar Mudah Dipahami
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…