Iva Ariani. Dosen selama ini dianggap sebagai profesi yang menarik, beberapa menilai profesi ini mudah untuk ditekuni dan cocok untuk para ibu rumah tangga. Sebab kebutuhan untuk datang ke kantor (tempat mengajar) adalah di jam-jam mengajar. Selepas itu, seorang dosen bisa mengurus hal lain termasuk mengurus anak-anak di rumah.
Namun, siapa sangka profesi ini tidak semudah yang terlihat. Aktualnya, selepas mengajar pun seorang dosen dihadapkan pada banyak tugas sesuai yang tercantum di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Belum lagi ketika dosen disibukan dengan jabatan struktural di kampus tempatnya mengajar.
Hal ini juga dirasakan oleh Ibu Dr. Iva Ariani, S.S., M.Hum. yang tercatat sebagai salah satu dosen PNS di UGM (Universitas Gadjah Mada). Dr. Iva selain aktif mengajar sebagai dosen PNS, juga menjabat sebagai Kabag Humas di UGM. Di luar itu, Dr. Iva juga disibukkan dengan tanggung jawab sebagai seorang istri dan ibu bagi 2 anak.
Kira-kira, bagaimana cara Dr. Iva tetap bisa menjalankan Tri Dharma dengan segudang kesibukan lainnya?
Dr. Iva memulai karirnya sebagai dosen pada tahun 2002 setelah menyelesaikan studi S2. Awal mula mengajar dilakukan di beberapa PTS sekaligus di Yogyakarta, sembari mengajar beliau juga melanjutkan studinya ke jenjang S3 di UGM.
Setelah beberapa kali melamar sebagai dosen di UGM dan tidak kunjung diterima. Baru kemudian di tahun 2009, Dr. Iva lolos seleksi penerimaan dosen PNS di Fakultas Filsafat UGM.
Alasan kenapa Dr. Iva memilih menjadi dosen setelah lulus kuliah sebenarnya simpel. Selama menjadi mahasiswa, beliau melihat profesi dosen ini sangat nyaman dan memiliki waktu kerja yang fleksibel. Sehingga meskipun sibuk mengajar beliau juga bisa tetap mengurus hal lain, termasuk anak-anak di rumah.
Siapa sangka, setelah menjalani profesi ini ternyata anggapannya keliru. Dosen tetap akan selalu sibuk karena tugas pokok tidak hanya mengajar. Dalam Tri Dharma, dosen memiliki kewajiban untuk melakukan penelitian dan mengabdi kepada masyarakat.
Menurut Dr. Iva, Tri Dharma adalah suatu kewajiban bagi semua dosen di Indonesia. Sehingga mau tidak mau isi di dalamnya harus dilaksanakan untuk bisa menjadi seorang dosen seutuhnya.
Meskipun menjadi suatu kewajiban, menurut Dr. Iva pelaksanaan Tri Dharma sebaiknya tidak hanya bertujuan untuk menjalankan kewajiban tersebut. Namun, menjalankan isinya dengan sepenuh hati dan benar-benar dilakukan untuk menjawab berbagai persoalan di masyarakat.
Kemampuan, pengetahuan, dan juga dasar ilmu yang dimiliki para dosen harapannya bisa memberi kontribusi dalam menjawab berbagai persoalan di tengah masyarakat. Apalagi di UGM yang menjadi tempat Dr. Iva mengajar memiliki prinsip bahwa “Perguruan tinggi bukanlah Menara Gading yang sulit diraih oleh masyarakat. Namun, merupakan Menara Air yang selalu bermanfaat untuk masyarakat.”.
Misalnya saja saat dosen melakukan kegiatan penelitian, maka diharapkan mengusung tema penelitian yang memang merupakan masalah yang dihadapi masyarakat. Sehingga hasil penelitian ini mampu menghasilkan suatu solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Artinya, penelitian yang dilakukan dosen tidak hanya asal melakukan penelitian dan sekedar memenuhi tanggung jawab Tri Dharma saja. Melainkan, benar-benar memberikan manfaat dan kontribusi dalam menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat. Hal serupa juga berlaku untuk kewajiban lainnya.
Baca Juga: Prof. Andayani: Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai Kekuatan bagi Dosen
Dr. Iva adalah satu di antara ratusan ribu dosen di Indonesia yang dihadapkan pada tanggung jawab melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Selain itu, dosen juga cenderung punya lebih banyak kesibukan. Dr. Iva sendiri selain sibuk menjadi dosen juga diberi kepercayaan untuk menjadi Kepala Bagian Humas dan Protokol di UGM.
Beliau mengaku, menjadi Kabag kadang kala menyita seluruh waktu yang dimiliki. Tak hanya memberi tantangan dalam menjalankan Tri Dharma saja, namun juga memberi kendala untuk mengurus kenaikan jabatan akademik.
Kesibukan yang padat juga dirasakan di rumah, karena beliau sendiri memiliki 2 anak yang masih kecil-kecil. Selain itu juga harus menjadi istri yang baik, yang mampu mendampingi suami sebagaimana mestinya.
Kesibukan yang padat ini menuntut Dr. Iva untuk terus memperbaiki manajemen waktu sehingga setiap kegiatan bisa dilaksanakan dengan baik. Selain itu, Dr. Iva juga memilih untuk fokus pada satu hal saja. Misalnya saat menjalankan tugas mengajar, maka pikiran fokus kepada kegiatan mengajar saja. Saat melakukan penelitian, maka fokus ke penelitian.
Hal ini penting untuk menghindari pikiran yang bercabang, sebab bisa berdampak pada hasil kerja yang kurang maksimal. Oleh sebab itu, beliau menyampaikan untuk fokus pada satu hal dulu, setelah selesai baru beralih ke hal berikutnya. Maka akan membantu menjalankan tugas dengan maksimal dan tidak asal menjalankan kewajiban saja.
Dr. Iva juga mengaku, pada masa awal menjabat sebagai Kabag Humas di UGM sempat keteteran menjalankan penelitian dan pengabdian masyarakat. Namun, dengan seiring berjalannya waktu maka akan menjadi terbiasa dan kemudian semua kewajiban bisa dijalankan dengan baik. Hal ini juga diakui beliau sulit, dan perlu berlatih supaya bisa sesuai dengan harapan.
Baca Juga: Amin Sadiqin: Menjadi Dosen Itu Harus Selalu Upgrade Biar Up To Date
Dosen yang saat ini memiliki jabatan fungsional sebagai Lektor di Fakultas Filsafat UGM ini bahkan di tengah seabrek kesibukannya juga sempat membuat grup band. Bahkan lewat grup band tersebut, Dr. Iva dan rekan lainnya sudah berhasil menciptakan lagu sendiri.
Dr. Iva mengaku menyukai musik dan begitu pula dengan rekan-rekan dosen dari berbagai fakultas di UGM. Awal mulanya, kegiatan musik dilakukan untuk hiburan dan refreshing yang kemudian sempat diminta mengisi (tampil) berbagai acara di kampus. Kemudian mulai terpikirkan untuk menyanyikan lagu buatan sendiri.
Berawal dari hal itulah, grup band bernama dNextG (Dosen Next Generation) tersebut mampu menuliskan 2 lagu. Selain untuk hiburan dan refreshing, membentuk grup band juga didasari keinginan untuk lebih dekat dengan mahasiswa. Kedekatan hubungan ini sangat penting.
Menurut Dr. Iva saat dosen bisa menjalin hubungan yang dekat dengan mahasiswa maka bisa terjalin komunikasi yang baik. Sehingga dosen pun bisa menyampaikan hal-hal positif dengan lebih mudah kepada mahasiswa yang merupakan generasi penerus bangsa.
Dr. Iva kemudian menjadi bukti bahwa menekuni profesi dosen yang dihadapkan pada tugas kompleks di dalam Tri Dharma masih bisa menjalankan aktivitas lainnya. Beliau bahkan bisa tetap menjalankan kewajiban dosen saat dipercaya menjadi Kabag Humas di UGM.
Selain itu, masih juga aktif dengan grup band dan produktif menulis lagu untuk bisa menjalin hubungan lebih dekat dengan mahasiswa. Ditambah pula dengan kesibukan domestik beliau sebagai seorang ibu dari 2 anak dan seorang istri.
Jurus beliau yang memilih fokus melakukan satu kegiatan bisa dicontek. Sebab banyaknya tugas dan tanggung jawab seorang dosen kerap kali membuat pikiran bercabang. Susah untuk fokus dan kemudian apa yang dilakukan menjadi kurang total atau setengah-setengah. Selain itu, penting pula untuk mengatur waktu dengan baik agar semua kewajiban bisa dipenuhi.
Penulis: duniadosen.com/Pujiati
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…