fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Inspiratif! Para Peraih Gelar Doktor di Usia Muda

gelar doktor
Nastiti merupakan salah satu peraih gelar doktor di usia muda. Ia memperoleh beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). (Sumber foto: ristekdikti.go.id)

Lazimnya, gelar doktor diperoleh seseorang di atas umur 30 tahun. Namun kisah-kisah menginspirasi ini menunjukkan para peraih gelar doktor di usia muda. Mereka masih berada di rentang usia 25 tahun dan telah mengantongi gelar doktor. Penasaran bagaimana kisah mereka? Simak ulasan berikut yang  duniadosen.com rangkum dari berbagai sumber.

Pertengahan tahun 2019 lalu, Nastiti Intan Permata Sari meraih gelar doktor. Saat itu usinya baru menginjak 26 tahun. Nastiti, begitu ia kerap disapa, adalah mahasiswa Universitas Airlangga. Ia menempuh pendidikan sarjana tahun 2011 dan menyelsaikan pendidikan doktoral pada tahun 2019. Tak tanggung-tanggung, ia menamatkan pendidikan doktoral dengan IPK 4.00.

Dilansir ristekbrin.go.id, Nastiti merupakan salah satu peraih gelar doktor di usia muda. Ia memperoleh beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Usai menyelesaikan pendidikan S1 bidang Biologi, perempuan kelahiran Madiun ini mengambil program Magister Kedokteran Tropis.

Sebelumnya, di awal tahun 2019, mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil meraih gelar doktor di suia 24 tahun. Mahasiswa tersebut adalah Rendra Panca Anugraha. Pada tanggal 16 Maret 2019, ia mengikuti wisuda kelulusan di Graha Sepuluh Nopember, ITS.

Berdasarkan laporan its.ac.id, Rendra Panca dinobatkan sebagai doktor termuda di Indonesia pada waktu itu. Tahun 2017 silam, terdapat Grandprix Thomryes Marth Kadja yang mengantongi sebutan doktor termuda. Sama seperti Rendra, ia juga lulus dari ITB pada usia 24 tahun.

Sama seperti Nastiti, Rendra juga mengikuti beasiswa PMDSU. Ia mengikuti usulan dosen pembimbingnya. Akhirnya ia mengikuti serangkaian proses program yang mewadahi sarjana unggulan untuk menyambung studi hingga tingkat doktoral dalam waktu empat tahun. Tak disangka, Rendra justru menyelesaikan program tsersebut dalam waktu 3,5 tahun.

Lelaki kelahiran Bondowoso, 25 November 1994 ini mengambil disertai tentang pemanfaatan Dimethyl Carbonate (DMC) dan Diethyl Carbonate (DEC) sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin. Alasannya ia memilih topik ini karena Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil (terutama bensin atau gasoline), padahal sumber daya tersebut sangat terbatas. Ia menawarkan gagasan untuk mengurangi ketergantungan ini dengan menambahkan DMC dan DEC yang dapat diproduksi dari sumber biomassa.

Rendra terinspirasi oleh tokoh Paman Ben dalam film Spiderman. Salah satu kutipan favoritnya dalam film tersebut adalah with great power, comes great responsibility.  Power dalam konteks ini diartikan sebagai tingkat kecerdasan. Seorang doktor adalah manusia yang dikaruniai intelektualitas tinggi.

gelar doktor
Rendra juga mengikuti beasiswa PMDSU. Ia meraih glear doktor di usia 25 tahun. (Sumber foto: Facebook Rendra Panca Anugraha)

Dengan segala keterbatasan yang ada, mestinya mampu mencari peluang di mana bisa berkontribusi kepada masyarakat melalui kapasitas intelektualnya ini. Banyak masalah di masyarakat yang perlu dicari solusinya dengan tingkat kompleksititas yang beragam. Bisa jadi kompleksititasnya rendah, bisa juga tinggo. Seorang doktor memiliki bekal dasar untuk menangani hal semacam ini.

Rendra berpendapat, doktor adalah orang yang berdiri di ujung horison perkembangan ilmu pengetahuan di bidangnya. Berada di tip of the edge sehingga tugas seorang doktor setelah menyelesaikan studi doktoralnya adalah melanjutkan pengembangan ilmu di bidang tersebut.

Kisah lain di akhir bulan Desember tahun 2019, Satria Arief Wibowo mendapatkan gelar doktor termuda versi Rekor MURI. Ia berhasil menyandang gelar doktor di usia 25 tahun. Dikutip dari tempo.co, ia mengaku hobi belajar. Ia mampu menyelesaikan studi S3 dalam bidang Ilmu Kedokteran.

Sejak kecil, Satria memang dikenal anak yang rajin dan gemar belajar. Hal ini terbukti dari semangatnya menempuh pendidikan. Ia sering datang ke sekolah pukul enam pagi. Begitu ungkapnya saat diwawancarai awak tempo.co. Satria juga diketahui memiliki IQ yang mengagumkan. Hasil tes IQ dan konsultasi psikologi menunjukkan ia memiliki IQ 150.

Satria disebut anak dengan gifted oleh Psikolog Evy Tjahjono. Ia dinilai sebagai anak dnegan minat yang tinggi dalam bidang tertentu. Untuk itu ia diarahkan untuk mengukti kegiatan-kegiatan yang ia senangi. Saat akan memasuki bangku perkuliahan, ia memilih bidang kedokteran sebagai ilmu yang ditekuninya. Ia mengukuti pendidikand okter di Universitas Airlangga pada usia 15 tahun. Kemudian yang lulus dari bangku kuliah dengan IPK 3,79 saat itu.

Hal ini menjadikannya lulusan terbaik sekaligus mahasiswa berprestasi. Kemudian ia mengikuti program Clincal and Research Training di Groningen Belanda. Lantas seorang profesor merekomdasikannya untuk mengambil studi doktoral tanpa mengambil pendidikan magister.

Di tag :