Ada banyak upaya dilakukan berbagai pihak untuk mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah, terutama pada jurnal ilmiah. Salah satu program yang diakui efektif memberikan dukungan penuh atas tujuan tersebut adalah penyediaan insentif publikasi jurnal.
Secara umum, insentif publikasi ini disediakan oleh institusi atau perguruan tinggi yang ditujukan untuk mendanai publikasi ke jurnal ilmiah. Insentif ditujukan untuk dosen dan mahasiswa di bawah naungan institusi tersebut.
Namun, setiap institusi tentu memberikan insentif yang terbatas sehingga ada proses pengajuan dan kewajiban bagi pengusul untuk memenuhi sejumlah syarat. Lalu, seperti apa proses pengajuan insentif publikasi tersebut?
Bagi akademisi, baik itu dosen maupun mahasiswa tentu tidak asing dengan program insentif publikasi jurnal. Secara umum insentif publikasi adalah pendanaan yang disediakan sebuah perguruan tinggi untuk mendukung akademisi mengurus publikasi ilmiah.
Publikasi ilmiah sendiri memiliki jenis yang beragam, biasanya program insentif dibuat spesifik. Misalnya hanya untuk mendanai publikasi ke jurnal ilmiah saja, baik itu hanya jurnal nasional atau hanya jurnal internasional.
Lewat program ini, akademisi yang memiliki kebutuhan dan kewajiban melakukan publikasi bisa mendapatkan keringanan biaya. Besaran insentif antara satu institusi dengan institusi lainnya berbeda-beda, disesuaikan dengan kebijakan internal masing-masing.
Kenapa ada program insentif publikasi jurnal? Seperti yang diketahui, mengurus publikasi ke jurnal ilmiah tidak selalu gratis. Kebanyakan jurnal menetapkan biaya publikasi yang ditanggung oleh peneliti yang ingin mengirimkan (submit) artikel ilmiah.
Kisaran biaya publikasi bervariasi, dikutip dari berbagai sumber, biaya untuk jurnal nasional di SINTA berkisar antara Rp500 ribu sampai Rp7 jutaan. Besaran biaya disesuaikan dengan kebijakan internal pengelola jurnal tersebut.
Semakin kredibel dan semakin tinggi peringkat jurnal tersebut, biaya yang dibebankan akan semakin tinggi. Kondisi ini tentu menjadi sandungan bagi akademisi yang terbentur dengan anggaran minim.
Sehingga institusi berinisiatif memberi fasilitas untuk mengatasi sandungan tersebut lewat program insentif. Harapannya semakin banyak akademisi yang bisa mengurus proses publikasi tanpa ada kendala dari segi keuangan.
Ketahui juga insentif dosen yang lain dalam Jenis Program Insentif Dosen dan Besar Nominalnya.
Keberadaan program insentif publikasi jurnal tentu disyukuri oleh semua akademisi. Lewat program ini, ada banyak manfaat bisa didapatkan. Berikut manfaat program insentif publikasi ilmiah untuk dosen:
Sebagaimana definisi program insentif publikasi yang sudah dijelaskan, Anda bisa memahami bahwa program ini bermanfaat untuk meringankan beban finansial para akademisi. Khususnya dosen yang wajib mengurus publikasi secara kontinyu selama masa pengabdian.
Biaya publikasi ilmiah tidak selalu murah, meskipun ada beberapa jurnal yang tidak membebankan biaya publikasi alias gratis. Namun, banyak jurnal menetapkan biaya publikasi yang semakin tinggi peringkat jurnal di sebuah database bereputasi maka semakin tinggi pula biayanya.
Mendukung dosen atau bahkan mahasiswa bisa menembus jurnal bereputasi tersebut, program insentif sangat membantu karena bisa meringankan beban finansial sehingga bisa segera submit dan mengikuti tahapan berikutnya sesuai kebijakan pengelola jurnal.
Manfaat yang kedua dari kehadiran program insentif publikasi jurnal adalah mempercepat proses publikasi ilmiah itu sendiri. Seperti yang diketahui para akademisi, proses publikasi tidak sekedar submit artikel lalu selesai.
Dalam proses submit tersebut kemudian akan diikuti proses revisi yang bisa berjalan beberapa kali. Sangat mungkin jarak waktu dari submit artikel sampai statusnya terpublikasi di jurnal tujuan sampai tahunan, bahkan tidak sedikit dosen butuh waktu 2 tahun.
Lama waktu mengurus publikasi akan semakin panjang jika dosen terbentur dengan masalah anggaran. Maka dengan adanya insentif, setidaknya bisa segera submit dan masuk ke tahap berikutnya yang membuat proses publikasi lebih cepat.
Manfaat ketiga dari program insentif publikasi jurnal yang disediakan sebuah institusi adalah meningkatkan mutu publikasi. Baik yang dilakukan dosen maupun mahasiswa, karena bisa menyasar jurnal dengan rangking tinggi.
Tidak semua jurnal nasional dengan peringkat SINTA tinggi maupun jurnal internasional dengan Q1 di Scopus membebankan biaya publikasi tinggi. Beberapa bahkan menggratiskan layanannya.
Namun, tidak sedikit pula yang justru memberikan beban biaya sangat lumayan. Apabila jurnal tersebut sudah sesuai dengan bidang keilmuan dan scope tentu akan disayangkan jika dilewatkan.
Membantu tetap bisa submit di jurnal dengan reputasi baik dan kredibilitas tinggi tersebut, dosen dan mahasiswa bisa mengandalkan dana dari insentif publikasi sehingga mutu publikasi tersebut terjamin baik dan mendongkrak reputasi peneliti maupun institusi yang menaunginya.
Tingginya biaya untuk mempublikasikan artikel di jurnal ilmiah dengan kredibilitas tinggi, harus diakui sering menjadi faktor penyebab dosen kehilangan motivasi. Ada kalanya harus mencari jurnal lain dengan biaya lebih terjangkau meski dari segi mutu di bawah jurnal sebelumnya.
Kondisi ini tentu sangat disayangkan. Mengapa demikian? Jika ada dana yang mendukung, dosen berkesempatan submit ke jurnal dengan mutu lebih baik. Dengan demikian, hadirnya insentif publikasi jurnal tentu menjadi solusi terbaik.
Insentif ini akan membantu meningkatkan motivasi dosen maupun mahasiswa untuk mengejar jurnal dengan mutu tinggi. Sebab sudah memiliki dana yang memadai dan bisa submit kapan saja sesuai prosedur maupun kebijakan pengelola jurnal.
Manfaat berikutnya dari program insentif publikasi jurnal maupun insentif lain yang diselenggarakan sebuah institusi atau perguruan tinggi adalah mendorong produktivitas tri dharma.
Aktivitas tri dharma dari pendidikan, penelitian, sampai pengabdian kepada masyarakat perlu diakui membutuhkan dana tidak sedikit. Kebutuhan dana juga cukup signifikan dari aspek publikasi ilmiah.
Adanya insentif membantu dosen maupun mahasiswa untuk fokus berkarya dan menjalankan aktivitas tri dharma. Sebab tidak perlu mencemaskan masalah biaya publikasi karena akan ditanggung oleh dana insentif yang berhasil diajukan.
Adanya insentif ini juga meningkatkan kesadaran dosen dan mahasiswa, bahwa aktivitas akademik yang dilakukan mendapat dukungan penuh dari institusi. Sehingga memotivasi mereka untuk lebih produktif melaksanakan tri dharma dan memaksimalkan publikasi ilmiah.
Lalu, bagaimana cara mendapatkan insentif publikasi jurnal ilmiah? Seperti yang dijelaskan di awal, setiap institusi yang menyelenggarakan program ini akan menetapkan beberapa kebijakan.
Mulai dari persyaratan yang harus dipenuhi dosen maupun mahasiswa yang akan mengajukan insentif. Sampai kebijakan mengenai tata cara atau prosedur pengajuan. Jadi, usahakan mengecek buku panduan yang disediakan pihak institusi.
Pahami dulu apa saja syarat yang harus dipenuhi dan jika bisa memenuhinya baru masuk ke proses persiapan pengajuan usulan. Proses pengajuan usulan disesuaikan dengan sistem yang sudah disediakan institusi.
Beberapa institusi diketahui menyediakan sistem pengajuan insentif secara online, baik melalui website maupun aplikasi. Beberapa lagi yang lainnya menyediakan sistem manual, dimana akademisi pengusul bisa mendatangi bagian yang melayani pengajuan insentif.
Pendaftar tinggal mengisi formulir, melampirkan beberapa dokumen yang menjadi syarat administrasi, dan seterusnya sesuai ketentuan. Tahap akhir tinggal menunggu pengumuman lolos tidaknya menjadi penerima insentif publikasi artikel jurnal.
Lebih detailnya, silakan membaca buku panduan yang disediakan institusi yang menaungi Anda. Anda juga bisa berkonsultasi dengan operator khusus yang ditunjuk institusi untuk mengurus dan memberi dampingan bagi akademisi yang ingin mengajukan insentif.
Lalu, berapa kira-kira dana insentif yang akan diterima akademisi yang dinyatakan lolos sebagai penerima? Seperti penjelasan di awal, mengenai besaran dana insentif juga disesuaikan dengan kebijakan internal institusi.
Satu institusi dengan yang lainnya berbeda-beda. Sebagai contoh, seperti dikutip dari buku panduan pengajuan insentif publikasi jurnal LPPM Universitas Negeri Jakarta di tahun 2022, besaran dana insentif publikasi adalah sebagai berikut:
Melalui penjelasan di atas maka bisa dipahami jika program insentif publikasi jurnal sifatnya kompetitif karena mayoritas institusi menetapkan persyaratan yang wajib dipenuhi pengusul dan memiliki kriteria kualitas jurnal tujuan publikasi.
Oleh sebab itu, meskipun sudah mengajukan insentif tetap ada kemungkinan pengajuan tidak disetujui. Lalu, bagaimana agar insentif publikasi ini tetap didapatkan? Anda bisa mencoba melakukan beberapa tips berikut agar mendapat insentif publikasi:
Tips yang pertama tentu saja mengecek ketersediaan program insentif publikasi ilmiah dari institusi. Anda bisa bertanya langsung dengan bagian yang mengurus kegiatan akademik dosen atau operator yang ditunjuk institusi.
Tujuannya untuk memastikan memang ada program insentif dan bisa mempersiapkan diri untuk mengurus pengajuan. Jangan sampai sudah repot mempersiapkan diri, ternyata program insentif tidak disediakan oleh institusi.
Tips yang kedua adalah membaca buku panduan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, setiap institusi yang menyediakan program insentif pasti merilis buku panduan karena akan ditetapkan syarat, prosedur pengajuan, dan sebagainya.
Mencegah para dosen dan mahasiswa ketinggalan informasi maupun melakukan kesalahan saat pengajuan, buku panduan disusun dan dirilis untuk dipelajari lebih dini oleh akademisi.
Jadi, silakan mencari atau meminta secara langsung buku panduan pengajuan insentif publikasi jurnal. Lalu, silakan dipelajari dan dipahami karena ada informasi rinci yang penting untuk diperhatikan demi kelancaran proses pengajuan insentif.
Tips berikutnya adalah memahami dan memenuhi seluruh persyaratan menjadi penerima insentif publikasi jurnal. Sebagai program yang disediakan institusi dan umumnya bersifat kompetitif, ada sejumlah syarat yang ditetapkan.
Syarat ini wajib atau mutlak untuk dipenuhi sehingga penting untuk dipahami sejak dini. Jika masih ada waktu maka bisa memenuhi beberapa syarat yang belum terpenuhi. Sebab sebaik apapun proposal usulan yang diajukan, jika tidak memenuhi syarat maka akan ditolak juga.
Tips yang keempat untuk bisa mendapatkan insentif publikasi ilmiah adalah mengajukan usulan sesuai prosedur yang berlaku. Seperti penjelasan sebelumnya, setiap institusi menyediakan sistem pengajuan usulan insentif.
Ada yang menggunakan website, aplikasi, dan sistem online lainnya meskipun ada juga yang masih menyediakan sistem manual. Apapun bentuk sistemnya, pastikan dipahami dan kemudian diikuti.
Jika prosedurnya saja keliru, proposal usulan insentif tidak akan sampai di pihak yang tepat sehingga tidak bisa diproses. Jadi, penting untuk mempelajari, memahami, dan mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan.
Tips kelima adalah memperhatikan jadwal pengajuan insentif publikasi jurnal. Kenapa? Sebab program insentif ini biasanya tidak dibuka usulannya sepanjang tahun atau setiap waktu, melainkan pada jadwal yang sudah ditetapkan institusi.
Beberapa institusi membuka program insentif per 6 bulan sekali dan ada juga yang lebih sering, silakan cek kembali jadwal pembukaan pengajuan usulan insentif agar bisa mengajukan usulan tepat waktu dan segera diproses.
Tips berikutnya adalah memastikan jurnal yang dituju sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan institusi. Dalam program insentif, umumnya institusi juga menetapkan kriteria jurnal tujuan, bukan hanya menetapkan syarat pengusul.
Misalnya jurnal tersebut harus terindeks Scopus dan minimal masuk peringkat Q2 maka jurnal yang diusulkan sudah tentu harus memenuhi kriteria ini agar usulan diproses dan setujui. Jadi, silakan pelajari ada tidaknya kriteria jurnal yang dituju. Jika ada, pastikan jurnal tersebut sudah memenuhi kriteria.
Tips berikutnya adalah berusaha rapi secara administrasi. Meskipun usulan insentif publikasi jurnal sudah online, biasanya ada kewajiban melampirkan beberapa dokumen, termasuk screenshot laman resmi jurnal tujuan.
Jadi, untuk memastikan proposal usulan insentif lengkap sesuai ketentuan pastikan untuk terbit dan rapi secara administrasi. Pelajari buku panduan, pahami apa saja dokumen yang perlu disiapkan, dan pastikan dirapikan atau disimpan di folder tersendiri agar mudah ditemukan saat proses pengajuan.
Tips berikutnya untuk sukses mendapatkan insentif publikasi adalah menjaga kualitas dan etika publikasi ilmiah. Artinya, Anda perlu memastikan kualitas artikel ilmiah yang akan dipublikasikan cukup baik.
Selain itu juga tidak melanggar etika penelitian maupun etika publikasi ilmiah. Misalnya tidak ada pencatutan nama, nitip nama, plagiarisme, dan lain sebagainya. Sebab akan menurunkan kredibilitas dan dipandang kurang layak menerima insentif.
Tips selanjutnya adalah sering berkonsultasi, misalnya dengan dosen lain yang lebih senior dan pernah mendapatkan insentif publikasi jurnal. Tujuannya agar memiliki gambaran mengenai proses pengajuan sampai mendapatkan tips agar usulan diterima.
Lewat beberapa tips tersebut, maka akan mempermudah proses pengajuan dan mendapatkan insentif publikasi jurnal. Selain insentif untuk publikasi, seringnya institusi juga menyediakan insentif untuk kebutuhan akademisi lainnya.
Misalnya insentif untuk pengurusan HAKI, pengajuan paten, insentif penyelenggaraan maupun ikut serta dalam konferensi ilmiah, dan lain sebagainya. Setiap program insentif tentu tepat untuk dimanfaatkan agar dosen bisa terus produktif menjalankan kewajiban akademiknya.
Apakah kampus Anda memiliki program insentif seperti di atas? Berapa nominal insentif yang diberikan?
Yuk, bagian informasi dan tips ini ke dosen lain agar bisa mendapatkan insentif bersama agar memiliki biaya untuk submit artikel ilmiah ke jurnal yang lebih bagus dari sebelumnya. Semoga bermanfaat!
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikbudristek) diketahui menerbitkan surat edaran baru, yaitu SE Nomor…
Pengumuman hasil klasterisasi perguruan tinggi di tahun 2025 resmi diterbitkan. Daftar perguruan tinggi di masing-masing…
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…