Yogyakarta – Salah satu langkah Prodi HI UMY (Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) untuk mempersiapkan mahasiswanya mampu menghadapi era teknologi 4.0, yaitu dengan menggelar kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kali ini HI UMY melaksanakan KKL-nya di Singapura 19-23 Agustus 2019.
Era Teknologi 4.0 menampilkan tantangan serius bagi generasi muda untuk menyiapkan diri sebagai pemain dalam dunia kerja. Diperlukan kesiapan untuk dapat menjadi bagian dalam era tersebut. Hal itu menjadi perhatian khusus bagi HI UMY. Mereka seolah menjadi ujung tombak menciptakan generasi yang siap menghadapi dunia kerja. Sehingga diperlukan pembekalan yang matang dari pihak kampus.
Dilansir dari laman umy.ac.id, Dosen Pendamping KKL Prodi HI UMY, Ratih Herningtyas, S.IP., MA mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 44 orang mahasiswa dan 2 orang dosen pendamping yakni Ratih Herningtyas, Ph.D (Cand) dan Siti Muslikhati, S.IP., M.Si ini bertujuan untuk memberikan pengenalan tentang konsentrasi studi hubungan internasional, serta potensi dunia kerja dari masing-masing konsentrasi.
“Pengenalan ini kami lakukan melalui kunjungan ke lembaga atau institusi internasional yang ada di Singapura, yaitu UN Women, WWF, Newater, KBRI, dan National University of Singapore. Dalam kurikulum HI, terdapat tiga konsentrasi studi yaitu kajian diplomasi, NGO dan bisnis internasional. Dalam kegiatan ini, mahasiswa dapat melihat langsung kerja diplomatik, NGO dan bisnis internasional dalam mengelola isu-isu strategis dan tantangan era teknologi 4.0,” jelas Ratih dikutip umy.ac.id Kamis (22/8).
Di NeWater misalnya, lanjut Ratih, mahasiswa mendapatkan penjelasan sekaligus melihat langsung bagaimana pemerintah Singapura mengelola dan memproduksi air bersih berbasis teknologi canggih.
“Air menjadi salah satu isu penting dan strategis bagi Pemerintah Singapura, mengingat arti penting air bagi kehidupan manusia dan wilayah daratan Singapura yang terbatas untuk dapat menyimpan air di dalam tanah. Dengan menggunakan teknologi canggih, pemerintah berhasil menyiapkan cadangan air yang cukup bagi masyarakat, bahkan menyiapkan cadangan untuk kemungkinan potensi kelangkaan air masa depan,” paparnya.
Sementara di KBRI, mahasiswa belajar bahwa era kemajuan teknologi juga menampilkan tantangan baru bagi kerja diplomatik. Dalam isu perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI), pemanfaatan teknologi informasi dapat memberikan kemudahan bagi pendataan maupun komunikasi dengan PMI.
“Namun di sisi lain juga menimbulkan persoalan seperti efektifitas kerja dan kejahatan cyber. Dari kegiatan ini, kami berharap mahasiswa bisa memiliki gambaran dari realitas Hubungan Internasional dan memudahkan mereka memilih konsentrasi studi di semester selanjutnya,” imbuh dosen HI UMY tersebut.
Redaksi