fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Ini Perbedaan Buku Monograf dan Buku Referensi

buku monograf buku referensi
Membahas tentang profesi dosen, salah satunya tidak jauh-jauh dari kenaikan jabatan akademik dengan cara menulis buku monograf. (Sumber: Helloquence on Unsplash)

Apakah Anda sudah pernah menulis buku monograf atau buku referensi? Jika Anda terjun di dunia pendidikan tinggi, tentu tak asing dengan kegiatan menulis buku monograf atau buku referensi. Bisa jadi Anda juga menulis karya ilmiah bentuk lainnnya. Jadi apakah itu buku monograf? Apakah perbedaannya dengan buku referensi?

Membahas tentang profesi dosen, salah satunya tidak jauh-jauh dari kenaikan jabatan akademik. Berdasarkan Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan Pangkat/Jabatan Akademik Tahun 2019, kenaikan jabatan akademik dosen adalah bentuk pemberian penghargaan pemerintah atas prestasi kerja dosen. Sehingga dosen yang mempunyai prestasi kerja sesuai peraturan perundang-undangan maka berhak mendapatkan kenaikan jabatan.

Kenaikan jabatan akademik ini bagian dari pengembangan karir dosen. Proses mendapatkan kenaikan jabatan dosen melalui mekanisme penilaian tertentu dengan menghitung angka kredit yang telah dikumpulkan oleh dosen. Komponen penilaiannya meliputi capaian dosen dalam hal pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Dalam pedoman yang dikeluarkan Kemenristekdikti (sebelum akhirnya terpisah menjadi Kemenristek/BRIN dan Pendidikan Tinggi di bawah Kemendikbud), dijelaskan mengenai prestasi atau capaian dosen apa saja yang bernilai angka kredit. Nah, dua karya ilmiah yang memiliki angka penilaian tertinggi adalah menulis buku monograf dan menulis buku referensi. Untuk dosen yang menulis buku monograf mendapatkan angka kredit sebanyak 20.

Sementara menulis buku referensi bernilai angka kredit sebanyak 40. Hasil penelitian yang dijadikan buku monograf dan buku referensi ini harus diterbitkan dan dipublikasikan agar bisa diakumulasikan menjadi angka kredit untuk kenaikan jabatan.

Dilansir republika.co.id, dalam sebuah artikel berjudul `Unissula Dorong Dosen Buat Monograf` yang tayang pada 9 Januari 2019 tersebut, dosen Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) didorong untuk menulis buku monograf dan buku referensi. Menurut Guru Besar Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Rifda Naufal, penelitian dosen seharusnya tidak hanya tersimpan di perpustakaan.

Dalam pelatihan menulis buku monograf dan buku referensi di Unissula tersebut, ia mencoba mendorong dosen untuk berani menerbitkan dan mempublikasikan karyanya dalam bentuk buku monograf dan buku referensi.

Sebelum menulis buku monograf dan buku referensi, perlu memahami terlebih dahulu definisi buku monograf dan buku referensi sebab keduanya berbeda. Jadi buku monograf adalah tulisan ilmiah yang berbentuk buku baik ber-ISSN atau ber-ISBN yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam bidang Ilmu kompetensi si penulis.

Penulisannya pun harus memenuhi syarat sebagai sebuah karya ilmiah utuh yaitu di dalamnya terdapat ruusan masalah dengan nilai kebaruan, metodologi pemecahan masalah, dukungan data atau teori terbaru yang lengkap dan jelas, kesimpulan, dan daftar pustaka. Sementara itu, buku referensi adalah karya berbentuk buku bers-ISBN dengan substansi pembahasan yang menjadikompetensi penulis. Sama seperti menulis buku monograf, menulis buku refensi pun juga harus memenuhi syarat karya ilmiah.

perbedaan buku monograf dan buku referensi
Buku monograf dan Buku referensi merupakan penulisan karya ilmiah yang memeiliki angka kenaikan jabatan tinggi. (Sumber: Noemi Macavei-Katocz on Unsplash)

Dikutip dari see.telkomuniversity.ac.id, berikut ini adalah karakteristik yang membedakan buku monograf dan buku referensi.

Buku Monograf

  1. Sumber pembuatan buku dari hasil penelitian
  2. Isi buku disusun sesuai alur logika atau urutan kelimuan. Terdapat peta kelimuan
  3. Gaya penyajian formal
  4. Diterbitkan (disebarluaskan) dan ber-ISBN
  5. Substansi pembahasan hanya satu hal dalam bidang keilmuan
  6. Proses pembelajaran terbimbing
  7. Lingkup penggunaan untuk penelitian dan pengajaran
  8. Dapat dibuat sitasi dan ditulis dalam daftar referensi karya ilmiah

Buku Referensi

  1. Sumber pembuatan buku dari hasil penelitian
  2. Isi buku disusun sesuai alur logika atau urutan kelimuan. Terdapat peta kelimuan. Terdapat studi kasus dan ilustrasi
  3. Gaya penyajian formal
  4. Diterbitkan (disebarluaskan) dan ber-ISBN
  5. Substansi pembahasan hanya satu bidang ilmu
  6. Proses pembelajaran terbimbing
  7. Lingkup penggunaan untuk penelitian dan pengajaran
  8. Dapat dibuat sitasi dan ditulis dalam daftar referensi karya ilmiah

Sehingga dalam menulis buku monograf ataupun buku referensi perlu untuk memahami perbedaan keduanya agar tidak salah dalam penulisan. Setelah memahami perbedaannya, mulai menyusun tulisan ilmiah dari hasil penelitian untuk dijadikan sebagai buku monograf atau buku referensi. Satu hal penting yang diperhatikan adalah hasil penelitian tesis atu disertasi tidak bisa digunakan untuk menulis buku monograf dan buku referensi. Jadi sudahkah Anda menulis buku monograf maupun buku referensi?

Sedang menyusun Buku Hasil Penelitian buat naik jenjang karir tapi tidak yakin format dan aturan isinya? Ebook ini bisa jadi pedoman
MASIH GRATIS! Ebook Panduan Ringkas Menulis Buku Monograf
Menulis jadi mudah, angka kredit bertambah