Surabaya – Sudah menjadi rahasia umum bahwa salah satu ancaman terbesar bagi kelestarian lingkungan ialah sampah plastik. Menyadari hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, pun kini memulai langkah baru untuk mengurangi penggunaan plastik di lingkungan kampus guna membantu mengurangi tingginya sampah plastik.
Langkah tersebut juga sesuai dengan program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), serta ditunjang adanya Instruksi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) yang dikeluarkan 25 Juni 2019 lalu mengenai Larangan Penggunaan Kemasan Air Minum Berbahan Plastik dan/atau kantong Plastik di Lingkungan Kemenristekdikti.
Sekretaris Institut ITS Dr., Dra., Agnes Tuti Rumiati M.Sc., mengatakan, pasca diterimanya instruksi Menristekdikti tersebut, ITS pun makin gencar mengimbau seluruh sivitas akademika ITS untuk mengurangi konsumsi air minum dalam kemasan plastik sekali pakai dan kantong plastik di lingkungan kampus.
“Kami mensosialisasikan kepada para dekan, kepala departemen, dan pimpinan-pimpinan unit yang ada di ITS. Saat ini juga sedang disiapkan surat yang akan diedarkan untuk setiap unit yang ada di ITS,” beber perempuan yang akrab disapa Tuti ini seperti dilansir ritekdikti.go.id.
Tuti mengakui jika selama ini penggunaan air minum kemasan plastik masih sangat banyak di lingkungan ITS, terlebih lagi pada Februari lalu ITS juga telah meluncurkan produk air mineral kemasan botol plastik dengan merek ITS Mine. Sungguh hal yang sangat dilematis menurutnya, karena produk ini juga salah satu program bisnis, namun di sisi lain juga untuk menjaga lingkungan harus dikurangi peredarannya.
“Kebetulan saat ini sudah ada surat edaran instruksi dari menteri, jujur saya malah senang karena dengan ini (Instruksi Menristekdikti red.) dilema antara bisnis dan kelestarian lingkungan dapat terpecahkan,” tutur dosen berkacamata ini.
Dosen Departemen Statistika tersebut juga mengungkapkan, sebagai solusi dari persoalan tersebut, telah didiskusikan oleh para pimpinan ITS dan menghasilkan solusi yakni peredaran air minum di lingkungan ITS dimaksimalkan dalam bentuk galon. Selama ini pun sebenarnya seluruh unit di ITS diwajibkan untuk menggunakan galon ITS Mine untuk persediaan kantor meskipun belum maksimal.
“Sebelumnya di setiap unit sudah ada galon, tetapi masih menyediakan juga yang dalam kemasan botol plastik,” ujarnya.
Tuti melanjutkan, guna menghilangkan kebiasaan tersebut, ITS akan mewajibkan setiap unit untuk menyediakan gelas. Sampai saat ini, dibeberapa unit sudah terlaksana, misalnya seluruh unit yang berkantor di Gedung Rektorat ITS. Sedangkan, untuk unit-unit lain akan segera diimbau untuk menyediakan gelas sendiri nantinya.
Ia juga mengungkapkan, penyediaan gelas khusus untuk minum di Gedung Rektorat tersebut sebenarnya sudah disiapkan jauh sebelum munculnya Instruksi Menristekdikti tersebut. Sebab, sebenarnya gerakan-gerakan semacam ini sudah sejak lama dirintis dan diinisiasi melalui program ITS Smart Eco Campus yang dilaksanakan mulai tahun 2011 lalu.
“Untuk beberapa saat ini mungkin kami tidak akan memberatkan unit-unit untuk menyediakan gelas yang seragam. Tapi ke depannya akan diusahakan gelas yang disediakan dapat diseragam, karena nantinya merupakan ciri dari ITS,” imbuh Agnes sambil menunjukkan contoh mug bergambar ITS Smart Eco Campus.
Selain itu, ITS juga akan berusaha agar setiap sivitas akademikanya untuk menggunakan tumbler juga agar bisa dibawa kemana-mana. Tuti mengakui bahwa hal ini memang sulit jika harus langsung diterapkan saat ini juga. “Memang harus mulai dibenahi sedikit demi sedikit, ini kan bukan hanya gerakan sehari atau dua hari, tapi gerakan jangka panjang,” tegasnya.
Ia juga menuturkan, untuk persoalan tumbler, setiap mahasiswa baru tahun 2018 sudah memilikinya karena tahun lalu ketika penerimaan mahasiswa baru sudah diberi tumbler satu persatu. Kemudian, bersama dengan gerakan untuk membawa tumbler ini, ITS juga kebetulan sudah memiliki tempat untuk isi ulang air siap minum di setiap departemen. Oleh karena itu, untuk mengisi tumbler ketika habis diminum menjadi lebih mudah.
Dengan berbagai langkah-langkah tersebut, dosen yang juga merupakan alumni ITS tersebut berharap penggunaan plastik di lingkungan ITS dapat terus berkurang. Meski demikian, ia tetap mengakui memang penggunaan air minum dalam kemasan plastik tidak akan menghilang seutuhnya, mungkin masih akan digunakan untuk keperluan tertentu seperti menjamu tamu dalam jumlah banyak. “Akan tetapi, jika seandainya kita (ITS, red) masih menggunakan sedikit plastik, kita pun siap untuk mencari solusinya,” ujarnya.
Dosen yang meraih gelar doktornya di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menuturkan, ITS memiliki Departemen Teknik Lingkungan yang akan diajak untuk melaksanakan pengolahan limbah plastik, terutama yang dihasilkan ITS. “Dengan kata lain, meskipun kita masih menggunakan plastik untuk beberapa keperluan khusus, kita akan tetap bertanggung jawab dengan mengolah limbah yang dihasilkan tersebut,” tandas Tuti percaya diri.
Menutup pernyataannya, dosen berusia 62 tahun ini menyimpulkan bahwa yang perlu dilakukan saat ini untuk mengurangi penggunaan plastik di lingkungan ITS ialah dengan mengubah perilaku yang merasa biasa saja menjadi merasa risih ketika menggunakan plastik serta bertanggung jawab jika memang masih menggunakannya.
“Dengan kata lain, jika kita (ITS, red.) menggunakan plastik di dalam kampus, tidak kemudian kita membuangnya ke luar kampus, dengan begitu setidaknya kita memberi contoh kepada masyarakat,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Subunit Pengelolaan Program Khusus yang membawahi program ITS Smart Eco Campus, Dr. Dra. Dian Saptarini M.Sc., juga menambahkan, program ITS Smart Eco Campus ini sebenarnya tidak hanya menyoroti limbah plastik, tapi juga memperhatikan hal lain seperti limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). “Limbah ini juga perlu diperhatikan, karena ITS memiliki potensi limbah B3 yang banyak karena banyaknya aktivitas praktikum di departemen-departemen,” pungkasnya.
Redaksi