Inspirasi

Ilmuwan Cantik Asal Indonesia Berkarir di Australia

Australia – Melissa Weckert (21) merupakan perempuan asal Indonesia lulusan Universitas Australia Selatan yang bergelar PhD di bidang nanoteknologi. Ia baru saja terpilih menjadi wajah I Choose SA for Careers of the Future (Karir Masa Depan) di Australia Selatan.

Melissa atau yang akrab disapa Icha ini terpilih menjadi duta merek dari I Choose SA, kampanye di Australia Selatan yang mendorong warganya untuk mendukung produk dan perekonomian lokal negara bagian tersebut.

Dilansir dari ABC Indonesia, Brand South Australia, organisasi non-profit yang sedang diambil alih pemerintah setempat, memberikan duta merek ini kepada Icha karena jejak sejarah karir dan pendidikannya di Australia Selatan.

”Perjalanan karir dan pendidikan saya berawal di Jakarta, belajar S1 di Malaysia, melanjutkan S3 di Uni SA Adelaide dan setelah itu melanjutkan karir dan menetap di Adelaide,” kata Icha, nama panggilan untuk Melissa yang sebelum menikah dikenal dengan nama Melissa Dewi.

”Inilah mengapa saya cocok sekali untuk dijadikan duta merek I Choose SA (Saya Memilih Australia Selatan),”. Dengan predikat tersebut, Icha memiliki tanggungjawab mempromosikan Australia Selatan sebagai negara bagian yang “inovatif, maju dan berpotensi unggul untuk karir”.

”Ini adalah bagian dari usaha pemerintah Australia Selatan untuk menjadi negara bagian yang sukses dan maju,” katanya. Berbagai negara bagian di Australia secara teratur berusaha mempromosikan diri untuk menarik warga untuk mau tinggal di sana.

Dibandingkan dengan Sydney dan Melbourne, Adelaide ibukota negara bagian Australia Selatan belum menjadi pilihan utama bagi migran maupun warga dari negara lain di Australia untuk tinggal.

Melissa adalah satu-satunya ilmuwan yang dipilih menjadi duta untuk Australia Selatan, dengan yang lainnya diambil dari kalangan yaitu bisnis, petani, pemilik restoran ataupun koki.

Jadi Peneliti di ZEISS

Karir dari anak bangsa yang pernah bercita-cita untuk menjadi dokter, pilot atau astronot ini pun memang tidak main-main. Kini, Icha sedang bekerja di perusahaan Carl Zeiss AG, lebih dikenal sebagai ZEISS Australia, produsen lensa optik ternama di dunia, sejak tahun 2015.

Sebagai salah satu peneliti dalam tim Teknologi dan Inovasi (T&I) dari perusahaan Jerman itu, ia baru saja terlibat dalam peluncuran produk inovasi terbaru bernama ZEISS UVProtect. ”Produk ini adalah kacamata biasa (transparan) yang mempunyai level proteksi sama dengan kacamata hitam,” kata Icha kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.

Pekerjaan ini telah membuka kesempatan bagi Icha untuk mengunjungi perusahaan pusat dan museum ZEISS di Jerman. Di sana, ia bertemu dengan ahli optik beserta pemimpin dan pembimbing dari perusahaan itu serta berkesempatan untuk melihat replika kamera Hasselblad dengan lensa ZEISS. ”Kamera dan lensa ini digunakan untuk mengambil gambar astronot terkenal Neil Armstrong ketika mendarat di bulan untuk pertama kalinya,” katanya.

Ia merasa bersyukur dapat bekerja di perusahaan berskala internasional yang sudah membuatnya terkesima sejak kecil. ”Saya merasa bangga dan bersyukur untuk bisa menjadi bagian dari tim peneliti di ZEISS Vision Care yang sering melakukan terobosan,” ujarnya.

Cinta Lingkungan dan Panjat Tebing

Di luar kesibukan dalam dunia penelitian, anak pertama dari dua bersaudara ini juga punya hobi lain seperti panjat tebing dan melakukan kegiatan pencinta alam. Bersama suaminya, Sam Weckert, Icha sedang berusaha menerapkan “gaya hidup berkelanjutan” yang ia lakukan dengan menanam sayuran di kebun belakang rumah di tengah kegiatan lainnya.

”Kita menanam berbagai macam sayuran. Selain itu kita juga punya pohon buah-buahan, memelihara ayam petelur. Semuanya untuk dikonsumsi pribadi demi meminimalkan pembelian dari supermarket,” cerita Icha.

Mellisa menanam sayur dan buah-buahan di belakang rumahnya untuk meminimalisir pembelian di supermarket. (dok. ABC Indonesia)

Usaha ramah lingkungan lainnya meliputi penggunaan panel surya untuk menghasilkan listrik sendiri selama 24 jam dan penampungan air hujan untuk menyiram kebun. Warga negara Australia ini juga menggunakan mobil ramah lingkungan yang bisa diisi ulang dengan tenaga listrik. Menurut Icha, usaha kecil ini ia lakukan untuk mengurangi polusi dan memerangi perubahan iklim.

”Kita berusaha untuk hidup ramah dengan lingkungan. Ini hanyalah usaha-usaha kecil namun kita harap dapat membuat dunia berubah jadi lebih baik,” harapnya.

Hobi panjat tebing ia lakukan karena menurutnya aktivitas tersebut bersifat unik dan selalu melibatkan pemecahan masalah. Untuk memanjat rute tertentu yang belum pernah dipanjat membutuhkan analisa dan pemecahan masalah. Kegiatan itu juga melatih untuk selalu pantang menyerah.

Sains di Indonesia Berpotensi Besar

Menurut Icha penelitian bidang Sains di Australia memberikan kesempatan bertemu dengan banyak ahli mancanegara melalui konferensi sains dan sangat didukung pemerintah setempat. ”Melakukan riset atau bekerja di bidang sains di Australia sangat didukung pemerintah, bila dilihat dari penyediaan beasiswa dan lingkungan yang kondusif,” jelas Icha.

Perempuan yang sudah tertarik dengan Fisika sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini melihat potensi besar dunia sains di Indonesia. Sayangnya, Icha tidak mengetahui banyak tentang fasilitas untuk sains di Indonesia, karena seja lulus SMA ia langsung pindah ke Malaysia.

”Jadi saya belum pernah merasakan fasilitas riset di Indonesia lebih detil. Menurut saya, melakukan riset atau bekerja di bidang sains di Australia sangat didukung pemerintah. Saya tidak bisa berkomentar jauh karena saya belum pernah bekerja di Indonesia. Melihat dari teman-teman yang sekarang kerja di Indonesia, saya yakin kalau riset di Indonesia didukung banyak pihak dan juga pemerintah Indonesia,” paparnya.

Melissa dan suaminya Sam Weckert. (dok. treehut.co)

Bagaimana pandangan Melissa mengenai apakah Indonesia memiliki potensi besar dalam dunia sains?

”Negara Indonesia punya sumber daya alam yang melimpah. Anak bangsa Indonesia sendiri pun sangat berpotensi dan kreatif,” kata Sarjana Teknik Universitas Curtin di Sarawak Malaysia tahun 2010 tersebut.

”Rasa ingin tahu anak Indonesia sangat tinggi. Selain itu Indonesia juga merupakan jembatan negara Asia Pasifik,” tambah Melissa yang menyelesaikan pendidikan di SMA BPK Penabur 7 di Jakarta itu.

Redaksi

Redaksi

Recent Posts

Cara Menyusun Artikel Jurnal dengan Prinsip Piramida Terbalik

Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…

4 days ago

Time Table dan Manfaatnya dalam Melancarkan Penelitian

Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…

4 days ago

Syarat dan Prosedur Pengajuan Pindah Homebase Dosen

Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…

4 days ago

Scope Jurnal & Cek Dulu Agar Naskah Sesuai Jurnal Tujuan

Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…

4 days ago

6 Cara Mengecek DOI Jurnal, Pahami untuk Isian Publikasi

Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…

4 days ago

Cara Mengecek Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi, Pahami Sebelum Publikasi

Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…

5 days ago