Yogyakarta – Melalui Program Pendidikan Magister Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU), Dr. Ihsan Nurkomar, S.P sukses menyandang gelar doktor pada Agustus 2017 silam. Ia mendapatkan gelar tersebut di umur yang terbilang muda, yakni 26 tahun. Saat itu, ia dinobatkan sebagai doktor termuda yang diluluskan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB).
Lelaki kelahiran Purwakarta tersebut berusaha keras untuk mewujudkan minatnya di bidang biologi untuk menjadi ilmuwan sekaligus akademisi. Ia berhasil menempuh pendidikan doktoral dalam bidang Entomologi dengan disertasi berjudul “Tritrophic interaction between cucumber plant – Diaphania indica Saunders (Lepidoptera: Crambidae) – Apanteles taragamae Viereck (Hymenoptera: Braconidae). Meski banyak capaian yang telah diraih Ihsan. Namun hal tersebut tak lantas membuatnya jumawa.
“Apa yang saya raih merupakan konsekuensi dari pengalaman belajar yang terus dilanjutkannya secara terus-menerus, dari tahap satu ke tahap lainnya dan semua orang pun bisa mencapai apa yang diraihnya,” ujar Ihsan, dikutip dari Ristekdikti TV.
PMDSU sendiri merupakan program yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Program ini berjalan sejak tahun 2013. Program ini memberikan beasiswa untuk para sarjana unggul melanjutkan pendidikan doktoral. Sampai sekarang, banyak peserta yang ikut dan berhasil lulus program PMDSU, termasuk salah satunya adalah Ihsan.
Peserta beasiswa percepatan S-2 dan S-3 ini hanya diberikan kesempatan empat tahun untuk menyelesaikan pendidikan. Selain itu, peserta PMDSU diharuskan membuat minimal dua publikasi riset di Jurnal Internasional bereputasi.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Prof. Ali Ghufron Mukti menjelaskan, pendidikan tinggi maupun khususnya Program PMDSU merupakan ujung tombak. Baik dalam mencetak generasi hebat maupun menghasilkan temuan atau inovasi tepat guna bagi masyarakat. Para peneiliti yang berasal dari generasi millennial pun diharapkan bisa melakukan riset yang menarik sesuai perkembangan zaman.
“PMDSU ini merupakan sebuah terobosan yang kami lakukan guna menyediakan SDM masa depan Indonesia yang berkualitas dengan cara membangun role model pendidik dan peneliti yang ideal,” ucap Ghufron, dilansir dari krjogja.com.
PMDSU bertujuan meningkatkan jumlah dosen muda di Indonesia dan mengarahkan potensi dosen secara optimal terutama dari generasi millennial. Saat ini, jumlah dosen di Indonesia yang berumur di bawah 30 tahun ada sekitar 25.000 orang dari total 300 ribu dosen. Jika dipersentasekan berjumlah 8,6 persen.
“PMDSU menjadi salah satu solusi karena mereka lulus Doktor di usia di bawah 30 tahun. Melalui program ini kita akan memiliki dosen yang muda, berenergi, selalu penasaran dengan perkembangan ilmu yang baru, terbiasa meneliti, namun mumpuni dalam mengajar,” lanjut Ghufron.
Ihsan Nurkomar adalah salah satu contoh peraih PMDSU yang berprestasi dan berhasil meraih gelar doktor muda. Selain PMDSU, ia juga pernah meraih beasiswa Dikti, Tanoto Foundation serta beasiswa Universitas Tsukuba Jepang. Saat ini, Ihsan aktif sebagai dosen Agroteknologi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Redaksi
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, tentunya perlu memperhatikan scope jurnal tersebut. Kemudian…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…
Secara garis besar, kegiatan akademik dosen yang bersifat wajib ada tiga dan mengacu pada tri…