Hybrid Learning. Situasi pandemi membuat pemanfaatan teknologi semakin maksimal di dunia pendidikan. Baik untuk pembelajaran daring maupun hybrid learning atau blended learning yang rencananya akan diterapkan di tahun akademik 2021/2022 dan sudah mulai berjalan. Blended learning mulai diterapkan ketika kasus Covid-19 sudah menurun di Indonesia.
Kabar terbaru, saat artikel ini ditulis kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah berada di bawah 1%. Kabar ini tentu menjadi kabar bagus, dan sejalan dengan program vaksinasi yang digelar oleh pemerintah yang melibatkan sejumlah pihak.
Berkat kondisi di lapangan yang semakin membaik, kegiatan pembelajaran daring atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) diharapkan mulai dikurangi atau bahkan dihapus. DIhapus sepenuhnya tentu belum memungkinkan, karena pandemi belum selesai. Maka diterapkan blended learning sebagai solusi terbaik.
Lalu, apa itu hybrid learning yang juga dikenal dengan istilah blended learning?
Daftar Isi
TogglePengertian Hybrid Learning
Hybrid learning adalah metode pembelajaran yang menggabungkan atau mengkombinasikan antara pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka (PTM). Sehingga dalam pelaksanaannya, ada kalanya peserta didik dan tenaga pendidik bertatap muka langsung di kelas. Ada kalanya melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Peserta didik kemudian akan ditata atau diatur jadwal untuk masuk ke kelas dan sebaliknya, yakni belajar dari rumah secara online. Tetap mengikuti kelas, namun dengan menggunakan metode pembelajaran daring. Kemudian akan bergantian dengan peserta didik lain, sehingga semua mendapat kesempatan sama untuk mengikuti PJJ dan PTM.
Lewat blended learning ini, maka diharapkan bisa mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring. Sebab ada kalanya terjadi interaksi sosial ketika peserta didik bertatap muka langsung dengan tenaga pendidik. Misal, mahasiswa bertemu dosen di kelas di tengah pandemi.
Pembelajaran daring yang dipaksa diterapkan sejak pandemi masuk ke Indonesia, memang panen masalah. MInimnya interaksi sosial antar mahasiswa atau antara mahasiswa dengan dosen menyisakan masalah psikis. Stres menjadi salah satu efek yang ditimbulkan oleh sistem pembelajaran tersebut.
Sehingga banyak pihak yang menginginkan agar pembelajaran daring ini disudahi. Apalagi dengan ketergantungannya pada perangkat untuk online dan jaringan internet. Sehingga selama mengikuti pembelajaran, masalah lebih mudah muncul dibanding saat pembelajaran tatap muka langsung.
Sayangnya, karena pandemi belum selesai maka tidak atau belum memungkinkan dilakukan PTM secara penuh. Oleh pemerintah bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kemudian diputuskan untuk menerapkan PTM terbatas. Yakni hybrid learning itu sendiri, yang menggabungkan PTM dengan PJJ.
Disebut PTM terbatas karena jumlah mahasiswa di kelas dibatasi hanya 50%, dan kemudian ada kewajiban untuk melaksanakan protokol kesehatan secara ketat. Selain itu, ditetapkan pula PTM bisa dihentikan jika terjadi kasus positif di sekolah atau kampus yang bersangkutan. Selain itu, PTM terbatas baru bisa dilaksanakan di wilayah dengan PPKM level 1-3 saja.
Kelebihan Hybrid Learning
Adanya kebijakan untuk menerapkan hybrid learning kemudian mendapatkan sambutan yang beragam, ada yang pro dan kontra. Hal ini tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran campuran tersebut. DIlihat dari sisi kelebihan, blended learning punya beberapa poin berikut ini:
1. Membuka Kesempatan Bersosialisasi
Kelebihan pertama dari metode pembelajaran campuran ini adalah bisa membuka kesempatan untuk bersosialisasi. Sebab ada kegiatan pembelajaran tatap muka secara langsung meskipun tidak penuh dalam satu minggu. Hanya beberapa hari saja, misalnya pada Sekolah Dasar rata-rata masuk sekolah sekali seminggu.
Saat masuk ke kelas dan bertemu dosen atau guru secara langsung, maka akan membuka kesempatan untuk bersosialisasi. Bertemu langsung, berinteraksi secara langsung, dan kemudian bisa melakukan lebih banyak hal selain dengan orang di rumah. Bersosialisasi mengasah keterampilan hidup bersosial dan bagus untuk psikis.
2. Pemahaman Materi Lebih Baik
Pembelajaran daring memang tetap membuka kesempatan untuk bisa memahami materi pembelajaran. Namun, tidak seefektif saat mengalami pembelajaran tatap muka. Sehingga dengan hybrid learning peserta didik memiliki kesempatan untuk memahami materi pembelajaran dengan lebih baik.
3. Tetap Memanfaatkan Teknologi
Blended learning tetap memanfaatkan teknologi, dimana Indonesia sendiri memang masih ketinggalan dengan negara lain dalam pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan. Namun, sejak pandemi pemanfaatan teknologi semakin mudah dan terlaksana dengan baik. Blended learning kemudian tidak menutup pemanfaatan tersebut.
4. Memberi Penyegaran
Setelah nyaris 2 tahun penuh menjalani pembelajaran daring, yang tidak hanya panen keluhan namun juga mulai terasa jenuh. Adanya kebijakan baru yakni diterapkannya pembelajaran tatap muka terbatas atau blended learning tentu menjadi kabar baik.
Metode pembelajaran ini bisa menjadi penyegaran, agar peserta didik dan tenaga pendidik bisa menjalani rutinitas normal datang dan pulang dari sekolah atau kampus.
5. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Fisik dan Mental
Blended learning juga bisa membantu meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan mental. Sebab tidak hanya duduk di rumah selama mengikuti kelas, namun juga sesekali ke kampus dan aktif bergerak menuju ke kelas-kelas.
Bertemu dengan teman sekelas dan tenaga pengajar memberi sensasi normal, dan hal ini bagus untuk kesehatan mental agar tidak mudah stres dan tertekan.
Kekurangan Hybrid Learning
Selain memiliki sederet kelebihan, hybrid learning juga punya sejumlah kekurangan atau kelemahan. Seperti:
1. Tuntutan Lebih pada Peran Orangtua
Meskipun tetap melaksanakan PTM dalam beberapa hari selama satu minggu. Tetap ada masa peserta didik belajar di rumah mengikuti pembelajaran daring. Sehingga selama belajar dari rumah peran orangtua tetap dibutuhkan. Terutama untuk siswa Sekolah Dasar.
2. Mengalami Kesulitan dalam Mengatur Jadwal Belajar Harian
Kegiatan pembelajaran secara blended kemudian berubah sesuai dengan shift masuk ke sekolah atau kampus. Model pembelajaran ini kemudian bisa menciptakan kesulitan dalam mengatur jadwal belajar harian. Sehingga perlu disiplin tinggi dan fokus yang tinggi juga agar bisa mengatur jadwal belajar dengan baik.
3. Masih Bergantung Perangkat dan Jaringan Internet
Saat belajar di sekolah atau kampus, maka tidak perlu bergantung pada kondisi perangkat seperti komputer dan jaringan internet. Namun, jika sudah waktunya belajar dari rumah maka masih sangat bergantung dengan dua aspek tersebut.
Maka ada kalanya pembelajaran menjadi kurang efektif dan bahkan susah diakses, terutama oleh peserta didik yang jaringan internetnya masih sangat buruk.
4. Kesulitan Menyusun Metode Pembelajaran
Kekurangan lainnya dialami oleh tenaga pendidik, yang tentu mengalami kesulitan dalam menyusun metode pembelajaran. Supaya materi bisa disampaikan dengan baik, menarik, dan bisa diakses secara merata oleh seluruh peserta didik. Sehingga menuntut semua pihak untuk bisa beradaptasi dengan baik lewat metode pembelajaran baru ini.
Kelebihan dan kekurangan di dalam hybrid learning tentunya perlu disikapi dengan bijak. Segala kekurangan di dalam metode pembelajaran ini perlu segera dicari solusinya. Sebab sesulit-sulitnya blended learning tentu lebih sulit menghadapi pembelajar daring secara penuh. Maka kesempatan ini perlu dimanfaatkan dengan baik agar bisa sukses mengakses layanan pendidikan.
Artikel Terkait: