Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali meraih pencapaian gemilang dalam peringkat perguruan tinggi di tingkat internasional yang dirilis oleh Times Higher Education (THE). Majalah mingguan asal London yang melaporkan berita dan isu terkait pendidikan tinggi dunia ini merilis daftar University Impact Ranking 2019 pada Kamis (4/4/2019) lalu.
Daftar university impact rangking tersebut berisi peringkat universitas di dunia didasarkan atas dampaknya kepada masyarakat luas. Standar yang dipakai oleh THE dalam menyusun pemeringkatan tadi berbasis pada 11 dari 17 indikator SDGs oleh Persatuan Bangsa-bangsa (PBB).
Dalam daftar university impact rangking tersebut, UGM masuk peringkat 50 besar dunia untuk indikator SDGs Decent Work and Economic Growth. UGM juga masuk peringkat 70 besar untuk indikator SDGs Gender Equality. Lalu, untuk keseluruhan indikator UGM mendapati peringkat antara 101-200. Hal itu sama seperti raihan Universitas Diponegoro.
Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) UGM, menyambut kabar tersebut dengan antusias. Ia merupakan salah seorang dari tim yang mengawal pendaftaran dalam survei yang dilakukan THE tadi. Menurutnya, hasil ini merupakan gambaran utuh dari performa UGM sepanjang tahun 2018 lalu.
Pria yang akrab disapa Mayong ini menyebut, survei yang dilakukan THE ini berbeda dengan survei dari lembaga lainnya. Hal itu karena jika lembaga lain hanya menilai dari sebanyak apa kerja yang universitas lakukan dalam setahun, maka THE menilai dampak dari kerja tersebut.
Mayong memaparkan survei THE ini dilakukan secara acak, tidak seperti survei lainnya. THE melakukan survei dengan melihat siapa saja yang ada kaitannya dengan UGM, baik langsung maupun tidak langsung. Hal itu berarti, terang Mayong, sampel yang diambil tidak hanya dari sivitas akademika yang aktif, melainkan dari mitra dan alumni yang berdampak pula. ”Bisa dibilang proses tersebut lebih fair,” tuturnya seperti dilansir dari laman ugm.ac.id.
Atas raihan University Impact Rangking tersebut, Mayong mengungkapkan rasa syukurnya. Ia menyebut peringkat tadi merupakan pengakuan dunia atas kualitas dari UGM. ”Pengakuan dunia itu penting bagi sebuah universitas. Sebab, dengan pengakuan tadi, sebuah universitas akan lebih tampak eksistensinya di mata dunia. Jika mendapat peringkat yang baik, maka akan banyak mendatangkan mitra strategis untuk semakin meningkatkan kualitas universitas,” ungkapnya.
Akan tetapi, Mayong berpesan untuk tidak berpuas diri dahulu atas raihan university impact rangking 2019 ini. Menurutnya, peringkat tersebut belum hasil maksimal yang diraih UGM. Ia menyebut, selama persiapan pendaftaran masih banyak kekurangan, terutama dalam pengumpulan informasi yang akan disetorkan.
Oleh karena itu, Mayong meminta bantuan kepada berbagai pihak di UGM, utamanya para stakeholder, alumni, serta para mitra untuk berkolaborasi mempersiapkan diri dalam survei yang akan datang. Ia mengajak kepada seluruh sivitas akademika di UGM untuk berkolaborasi dalam dua hal.
”Pertama, saya berharap integrasi data dari berbagai unit di UGM, baik di tingkat universitas maupun fakultas lebih ditingkatkan agar pengumpulan lebih mudah. Kedua, saya berharap seluruh sivitas UGM untuk bersama mendorong peningkatkan performa tiap indikator. Peningkatan tersebut tidak hanya pada kerjanya saja, namun juga mengingat dampaknya pula,” ajaknya.
Menurut Mayong, tanpa adanya kolaborasi ini maka raihan yang lebih baik lagi tidak diperoleh UGM. Apalagi, lanjutnya, untuk pemeringkatan tahun ini, THE menggunakan keseluruhan indikator yang terdapat dalam SDGs, yakni berjumlah 17. Dengan demikian, persiapan yang dibutuhkan lebih banyak dari sebelumnya.
Redaksi