Tahukah Anda bahwa H-Indeks menjadi tolak ukur manfaat riset dalam sosialisasi hibah DRTM 2023 ini. Setiap dosen di Indonesia dan juga di dunia tentu memiliki harapan punya h-indeks yang tinggi. Angka H-indeks tinggi menunjukan pengaruh tulisan ilmiah yang telah diterbitkan.
Sehingga penelitian dan publikasi yang menjadi luaran penelitian dosen bisa diketahui punya dampak (impact) yang besar atau luas. Lalu, apa itu h-indeks dan bagaimana cara mengetahuinya? Simak penjelasan berikut ini.
Dikutip dari laman penelitian.ugm.ac.id, h-indeks adalah ukuran yang digunakan untuk menilai pengaruh hasil penelitian ilmuwan yang dipublikasikan sesuai bidang keahliannya. Sehingga indeks satu ini berbentuk angka yang bisa diketahui pasti tinggi rendahnya.
H-Indeks disebutkan memiliki dua faktor, yaitu (1) dari jumlah atau kuantitas publikasi ilmiah yang dilakukan seorang dosen dan (2) dari kualitas publikasi tersebut yang dilihat dari jumlah sitasinya.
Semakin banyak publikasi ilmiah dilakukan dosen dan sejalan dengan jumlah sitasi yang tinggi, maka h-indeks akan semakin tinggi. Sehingga H-Index juga sering menjadi alat ukur untuk mengetahui kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah para dosen maupun peneliti.
Secara umum, kualitas suatu publikasi tidak bisa hanya mengacu dari jumlah sitasi, sebab ada juga publikasi ilmiah berkualitas akan tetapi kurang populer karena beberapa sebab.
Hanya saja, sitasi yang tinggi memberi gambaran jelas jika publikasi ilmiah tersebut bagus dan berdampak. Mengapa demikian? Karena banyak peneliti lain yang menjadikan publikasi ilmiah tersebut jadi referensi. Sehingga H-index bisa menjadi salah satu acuan untuk melihat kualitas publikasi disamping acuan lainnya.
Hal ini tentu terbilang logis karena suatu tulisan akan ada banyak dijadikan referensi ketika tulisan tersebut dirasa bermanfaat dan dibutuhkan banyak orang.
Sehingga, semakin tinggi sitasi maka semakin besar manfaat atau dampak dari karya ilmiah tersebut. Inilah alasan kenapa h-indeks menjadi salah satu alat untuk mengukur manfaat dari penelitian dan publikasi hasil penelitian tersebut.
Jika sudah mengetahui definisinya, lalu bagaimana cara mengetahui h-indeks? Semua dosen yang sudah melakukan publikasi ilmiah, khususnya dalam bentuk jurnal ilmiah akan penasaran mengenai h-indeks yang didapatkan.
Adapun cara mengetahui atau mengeceknya ternyata sangat mudah, lo. Anda bisa mengecek h-index dari dua database, yaitu dari Scopus dan Google Scholar. Simak langkah-langkah untuk melihat H-index:
Cara pertama adalah mengecek h-indeks di Scopus. Perlu dicatat, pengecekan ini baru bisa dilakukan jika Anda sudah melakukan publikasi ke jurnal yang terindeks Scopus. Berikut cara mengetahui H-Indeks Scopus:
Cara lain mengetahui h-indeks yang diperoleh seorang dosen adalah melalui Google Scholar. Syaratnya pun sama, pastikan sudah memiliki publikasi ilmiah yang terindeks di Google Scholar.
Syarat yang kedua adalah sudah memiliki akun di Google Scholar yang otomatis punya ID GS. Jadi, jika belum terpenuhi maka dosen belum memiliki h-indeks di database milik Google ini.
Berikut cara mengecek h-indeks Google Scholar:
Berhubung ada 2 faktor yang menentukan h-indeks, yakni jumlah publikasi dan jumlah sitasi. Maka ada beberapa cara bisa dilakukan dosen sebagai upaya meningkatkan h-indeks tersebut.
Berikut berbagai cara menaikkan H-Indeks:
H-indeks akan terus naik jika Anda rajin menulis dan melakukan publikasi. Semakin sering publikasi dilakukan semakin besar jumlah sitasi atas karya Anda. Sehingga akan mempengaruhi h-indeks yang dimiliki.
Pada saat melakukan penelitian dan menerbitkan karya tulis ilmiah, pastikan memilih topik trending. Topik yang tengah naik daun biasanya banyak dicari, sehingga bisa mendorong kenaikan jumlah sitasi yang mendongkrak h-indeks Anda.
Cara ketiga adalah dengan berkolaborasi, khususnya dengan dosen senior yang sudah menjadi profesor. Kenapa? Sebab bisa meningkatkan kualitas penelitian, hasil penelitian, dan luaran. Sehingga lebih banyak orang tertarik membaca dan melakukan sitasi pada publikasi ilmiah hasil kolaborasi ini.
H-indeks jadi tolak ukur pengaruh publikasi dari setiap dosen. H-indeks tinggi tentu jadi prestasi karena tulisan banyak dijadikan acuan oleh peneliti/ilmuan lain. Ternyata, ada tips untuk menaikkannya. Simak Tips Menaikkan Sitasi di Google Scholar agar H Indeks Maksimal.
Cara keempat adalah aktif mengikuti program hibah penelitian. Kenapa? Sebab disini, Anda bisa menerima fasilitas pendanaan untuk melaksanakan penelitian sampai publikasi ilmiah.
Anda bisa dengan mudah menembus jurnal internasional bereputasi yang dikenal membebankan biaya publikasi yang tinggi. Selain itu, program hibah juga menunjukan jika topik penelitian Anda bagus. Publikasinya akan lebih mudah mendapat perhatian dan bisa mendorong jumlah sitasi.
Cara yang kelima adalah melakukan publikasi ilmiah ke jurnal internasional bereputasi. Sebab h-indeks hanya bisa dicek di Scopus langsung dan di Google Scholar.
Ketika publikasi Anda tidak terindeks Scopus maka tidak akan mempengaruhi h-indeks. Begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, saat publikasi dilakukan usahakan selalu masuk ke jurnal internasional bereputasi.
Cara yang terakhir adalah selalu mempromosikan publikasi ilmiah yang dimiliki. Mulai dari mempromosikan ke mahasiswa sendiri, ke rekan sesama dosen, membagikannya di media sosial seperti Researchgate.
Mempromosikan publikasi saja tak cukup, Anda juga perlu mengedukasi cara sitasi yang benar agar sitasi terdeteksi sehingga bisa menaikkan h-indeks Anda. Bagikan saja artikel Menaikkan Sitasi di Google Scholar dengan Cara Sitasi yang Benar agar lebih mudah.
Itulah penjelasan mengenai H-index dan cara untuk meningkatkannya. Silakan Bapak/Ibu Terapkan agar dampak penelitian Anda lebih optimal.
Jika ada pertanyaan terkait topik ini, silakan tulis di kolom komentar. Jangan lupa klik tombol Share agar manfaat artikel ini sampai ke kolega Anda.
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…