Penerimaan proposal penelitian eAsia Joint Research Program ke-12 resmi dibuka. Lewat program ini, para dosen dan peneliti di Indonesia bisa mendapatkan kemudahan melakukan penelitian kolaborasi.
Setidaknya ada 8 negara termasuk Indonesia di dalamnya yang ikut berpartisipasi dalam program penelitian kolaborasi tersebut. Sehingga menjadi kesempatan emas bagi dosen dan peneliti untuk memaksimalkan penelitian yang dilakukan. Lalu, seperti apa programnya?
Melalui surat edaran dengan nomor 0025/E5.4/DT.05.00/2023 tertanggal 23 Januari 2023, Kemendikbud Ristek melalui Ditjen Dikti Ristek resmi menyampaikan pengumuman penerimaan proposal penelitian eAsia Joint Research Program ke-12.
Pada program ke-12 kali ini, tema yang diusung sebagai dasar penelitian kolaborasi adalah Climate Change and Health dan Environment: Low Carbon Society.
Para dosen dan peneliti yang memenuhi kualifikasi atau persyaratan dari program penelitian kolaborasi ini diharapkan bisa ikut berpartisipasi dengan mengirimkan proposal penelitian sesuai ketentuan format maupun tenggat waktu.
Bagi proposal yang pengajuannya disetujui atau lulus seleksi maka berhak mendapatkan fasilitas pendanaan melaksanakan penelitian kolaborasi. Penelitian ini disebutkan nantinya akan mulai dilaksanakan penerima pendanaan program di tahun 2024 mendatang.
Baca juga pendanaan penelitian 2023 lainnya :
Pengumuman Grant Riset Sawit (GRS) 2023, Ajukan Segera!
Tema pertama yang disampaikan di dalam pengumuman penerimaan proposal penelitian eAsia Joint Research Program ke-12 adalah Climate Change and Health. Tema ini mendorong para dosen dan peneliti untuk melakukan penelitian seputar perubahan iklim dan dampaknya pada kesehatan.
Perubahan iklim yang disebabkan berbagai faktor diketahui memberi dampak bagi kesehatan umat manusia, baik kesehatan fisik maupun mental. Masalah ini merupakan masalah global dan menjadi perhatian dunia kesehatan seluruh dunia.
Melalui masalah global tersebut, eAsia Joint Research Program kemudian mendorong para peneliti di berbagai negara untuk mencari solusinya. Sehingga menjadi tema dalam program penelitian kolaborasi ke-12 yang menggandeng 8 negara, yaitu:
Adapun beberapa topik penelitian yang bisa diusung para dosen dan peneliti yang mengajukan proposal dalam eAsia Joint Research Program ini adalah sebagai berikut:
Bagi peneliti di Indonesia, program pendanaan penelitian kolaborasi ini ditujukan untuk dosen di bawah naungan Kemdikbud dengan syarat sebagai berikut:
Lalu, bagaimana cara mengirimkan proposal penelitian? Khusus untuk tema Climate Change and Health, proposal penelitian dikirimkan ke pihak sekretariat eAsia untuk selanjutnya ditinjau oleh pihak eAsia JRP.
Selanjutnya, jika aplikasi diterima dan pengirim proposal melaksanakan penelitian. Bahan tambahan bisa diajukan para dosen melalui akun Bima masing-masing. Batas waktu pengiriman proposal adalah 30 Maret 2023 mendatang.
Tema kedua di dalam program penelitian kolaborasi eAsia JRP ke-12 adalah Environment: Low Carbon Society. Lewat program ini, pihak penyelenggara ingin mendorong peneliti di berbagai negara untuk melakukan penelitian agar kegiatan perekonomian ramah lingkungan.
Kegiatan ekonomi masyarakat di dunia diketahui cenderung menggunakan sumber energi yang melepas karbondioksida. Pelepasan karbondioksida ini memiliki efek gas rumah kaca yang merusak atmosfer dan kemudian merusak lingkungan di bumi.
Penelitian diperlukan untuk menyediakan sumber energi pengganti maupun alternatif yang rendah karbon. Sehingga tidak menyebabkan kerusakan lingkungan dari kegiatan perekonomian yang dilakukan masyarakat dunia per harinya.
Atas latar belakang inilah, pihak eAsia JRP menggandeng 4 negara di kawasan Asia Pasifik melaksanakan penelitian kolaborasi dengan mengusung tema Environment: Low Carbon Society. Adapun lima negara yang dimaksud adalah:
Sedangkan untuk topik penelitian yang difasilitasi pendanaannya oleh eAsia JRP adalah sebagai berikut:
Solusi yang diharapkan bisa ditemukan para peneliti yang didanai oleh pihak eAsia JRP salah satunya adalah solusi berbasis teknologi. Artinya, para peneliti bisa menggunakan atau bahkan menemukan teknologi baru untuk menurunkan krisis karbon.
Misalnya teknologi Carbon Capture & Storage such as Solid absorbent, Porous carbon capture materials, Direct Air Carbon Capture Storage (DACCS) and Bio-Energy with Carbon Capture and Storage (BECCS).
Solusi kedua adalah berbasis alam, artinya solusi krisis karbon yang diteliti para dosen dan peneliti memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam). MIsalnya meneliti kemampuan tanaman di hutan bakau dalam menyerap emisi karbon secara alami.
Selain topik tersebut, masih ada beberapa topik dan sub topik yang diharapkan dipilih para peserta program pendanaan penelitian kolaborasi ini. Sehingga bisa didapatkan solusi agar bisa menerapkan pola rendah karbon dalam aktivitas harian masyarakat.
Sama seperti tema sebelumnya, pada tema Environment: Low Carbon Society hanya ditujukan untuk dosen yang mengabdi di perguruan tinggi yang dinaungi Kemendikbud dengan syarat sebagai berikut;
Proposal penelitian diajukan dengan dikirimkan ke sekretariat eAsia untuk kemudian diseleksi oleh pihak eAsia JRP. Adapun daftar penerima bantuan pendanaan bisa mengakses kegiatannya di aplikasi Bima. Batas waktu pengiriman proposal adalah 28 April 2023. Lihat program ini selengkapnya di laman eAsia JRP.
Ingin mendapatkan pendanaan? Pelajari tips lolos dan cara pembuatan proposalnya.
11 Tips Membuat Proposal Hibah Penelitian agar Lolos Seleksi
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…