Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

8 Alasan Kenapa Double Submission dalam Publikasi Dihindari


Pernahkah Anda mencoba mengirimkan atau submit artikel ilmiah ke dalam dua jurnal atau bahkan lebih sekaligus? Jika hal ini terjadi dan dilakukan, maka artinya Anda melakukan tindakan double submission. 

Dalam ruang lingkup publikasi ilmiah, submit ganda ke sejumlah jurnal secara bersamaan adalah  salah satu pelanggaran etika. Hal ini bisa memicu berbagai masalah serius, yang tidak hanya dirasakan penulis. Tetapi juga institusi atau lembaga riset yang menaungi. 

Kondisi ini bisa terjadi karena ketidaksengajaan, dan biasanya rentan dilakukan oleh peneliti muda. Baik itu dosen, mahasiswa, maupun peneliti pemula di lembaga penelitian. Jika sudah terlanjur, apa yang seharusnya dilakukan peneliti? Berikut informasinya.

Double Submission

Double submission adalah kondisi dimana seorang penulis atau peneliti melakukan pengiriman artikel yang sama ke lebih dari satu jurnal atau konferensi secara bersamaan. 

Hal ini terjadi bisa karena penulis ingin mempercepat proses publikasi sehingga ingin mencari peruntungan dengan menyebar artikel ilmiah ke beberapa jurnal. Kemudian memilih jurnal yang paling cepat memberi respon dan menerima artikel ilmiah tersebut.

Melakukan publikasi ilmiah dalam durasi singkat memang menggoda sebab proses publikasi ke jurnal ilmiah memang sering memakan waktu lama. Jarak antara submit artikel dengan penetapan status diterima oleh pihak jurnal bisa berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. 

Namun, dalam proses publikasi di jurnal ilmiah ada beberapa aturan yang harus dipahami, salah satu aturan tersebut adalah hanya mengirimkan satu artikel ilmiah ke satu jurnal saja. Jika jurnal ini menolak, barulah diupayakan di submit ke jurnal lain dengan harapan mendapat kabar baik. Bukan dikirim secara bersamaan. 

Jika dikirim bersamaan, dan ternyata semua jurnal yang dipilih menerima artikel ilmiah tersebut. Maka artikel ini akan terpublikasi di dua jurnal dan bahkan lebih secara bersamaan. Hal ini menjadi kondisi yang disebut duplicate publication yang tentunya dilarang. 

Kenapa Double Submission Harus Dihindari?

Melalui penjelasan sebelumnya, tentunya bisa sedikit dipahami kenapa tindakan double submission dilarang dan harus dihindari oleh para peneliti. Berikut beberapa alasannya: 

1. Bentuk Pelanggaran Etika Publikasi Ilmiah 

Dikutip melalui Erickunto.com, melakukan submit artikel ilmiah ke beberapa jurnal dalam waktu bersamaan adalah bentuk pelanggaran etika publikasi ilmiah. Secara umum, setiap jurnal mencantumkan informasi larangan hal ini dilakukan. 

Biasanya akan termuat di salah satu halaman pada website resmi jurnal tersebut. Hal ini berlaku untuk jurnal nasional sampai jurnal internasional. Jadi, luangkan waktu membaca informasi di setiap halaman website resmi jurnal sebelum submit. 

Bahkan ketika menyusun cover letter untuk jurnal tujuan. Para peneliti akan melengkapinya dengan pernyataan bahwa artikel ilmiah yang di submit tidak di submit ke jurnal lain. Jika hal ini dilanggar, maka peneliti sudah melakukan pelanggaran etika. 

2. Terjadi Duplicate Publication dan Menjadi Self Plagiarism 

Dikutip melalui salah satu artikel ilmiah yang terbit di jurnal Legalitas: Jurnal Hukum yang dikelola oleh Universitas Batanghari (UNBARI). Tindakan double submission dan kemudian ada lebih dari satu jurnal menerima satu artikel ilmiah yang sama. Maka terjadi duplicate publication. 

Dijelaskan lebih lanjut, duplicate publication adalah saat seorang penulis mempublikasikan suatu tulisan yang sama di beberapa tempat yang berbeda tanpa memberitahukan kepada pihak penerbit.

Duplicate publication lantas berdampak pada adanya dugaan self plagiarism. Sebab karya tulis yang dibuat bisa terbit di banyak tempat. Kemudian ada indikasi, masing-masing hasil plagiarisme dari karya sendiri yang terbit sebelumnya di jurnal lain. 

Oleh sebab itu, submit satu artikel ke beberapa jurnal secara bersamaan sangat dilarang. Sebab ada kemungkinan semua jurnal yang menerima artikel akan mempublikasikan artikel tersebut. Sehingga menjadi duplicate publication dan self plagiarism. Dimana semuanya adalah pelanggaran etika publikasi. 

3. Memicu Kemarahan Editor Jurnal Ilmiah 

Alasan yang kedua kenapa double submission sebaiknya dihindari penulis adalah karena bisa memicu kemarahan editor jurnal. Editor biasanya akan rutin memeriksa artikel ilmiah yang diterima sebelum dikirim ke reviewer. 

Pada saat pemeriksaan ini, editor melakukan beberapa bentuk pengecekan termasuk cek plagiarisme. Jika artikel yang sama terbit di jurnal lain dalam volume terbaru. Maka editor sudah pasti terkejut dengan kondisi tersebut. 

Editor pun bisa saja marah, karena menerima artikel ilmiah yang juga dikirim ke jurnal lain. Hal ini bisa dianggap sebagai bentuk tidak menghormati dan menghargai jurnal tempat editor tersebut bertugas. 

Sulit menembus jurnal terindeks Scopus? Yuk, ikuti sesi bersama ahli untuk dapat trik agar artikel di terima di jurnal internasional bereputasi. Paper diterima, tanggung jawab publikasi terpenuhi segera. Klik Webinar Eksklusif Dunia Dosen dan daftar sekarang!

4. Menyebabkan Kerugian bagi Reviewer Jurnal 

Reviewer jurnal ilmiah adalah para pakar di bidangnya yang didominasi kalangan dosen maupun peneliti senior. Setiap reviewer bisa saja menjadi reviewer di dua jurnal berbeda dan bahkan lebih. 

Selain itu, ditambah dengan kesibukan lain dari profesi yang selama ini ditekuni. Reviewer yang memeriksa artikel ilmiah biasanya ada dua orang. Jika ada submit jamak, maka ada lebih dari 2 reviewer mengecek artikel ilmiah tersebut. 

Hal ini tentunya merugikan waktu berharga milik para reviewer, sebab memeriksa artikel yang sama. Kemudian, ada kemungkinan penulis apes dimana artikelnya dikirim ke dua jurnal dan bertemu reviewer yang sama. Jika terjadi maka akan dilaporkan ke pihak jurnal dan penulis bisa mendapat sanksi. 

5. Mencoreng Nama Baik Institusi atau Lembaga Penelitian 

Pengelola jurnal yang menerima laporan ada double submission dari salah satu penulis. Maka akan segera mengambil tindakan, karena termasuk pelanggaran etika publikasi ilmiah. 

Biasanya diawali dengan memberi teguran kepada penulis. Jika tidak ada respon atau respon yang diberikan dinilai tidak tepat, pihak jurnal akan menghubungi institusi atau lembaga penelitian yang menaungi penulis. 

Jika nama institusi atau lembaga penelitian sampai terdampak, maka masalah ini semakin besar dan runyam. Saksi yang diterima oleh penulis bukan sekedar sanksi dari pengelola jurnal. Akan tetapi juga dari institusi atau lembaga penelitian tempatnya mengabdi. 

6. Masuk ke Greylist atau Blacklist 

Alasan keenam kenapa double submission sebaiknya dihindari adalah karena bisa masuk ke greylist atau blacklist. Dalam dunia publikasi ilmiah, blacklist adalah salah satu bentuk sanksi dari pihak pengelola jurnal yang melarang seorang penulis atau institusi tertentu submit artikel dalam kurun waktu tertentu. Misalnya 2 tahun. 

Sementara greylist adalah kondisi dimana nama penulis atau nama sebuah institusi yang dicatat dan diawasi lebih ketat oleh pengelola jurnal karena ada indikasi atau sudah terbukti melakukan pelanggaran ringan. Misalnya salah submit artikel ilmiah. 

Masuk ke dalam salah satunya tentu merugikan penulis dan institusi yang menaungi. Apalagi jika sampai masuk blacklist, maka produktivitas dalam publikasi ilmiah tersendat. Hal ini tentu berdampak pada kinerja akademik dan profesionalitas. 

7. Terjadi Retraksi Artikel Ilmiah 

Alasan berikutnya kenapa double submission adalah tindakan terlarang dalam dunia publikasi ilmiah adalah karena ada resiko mengalami retraksi artikel ilmiah. Retraksi adalah kondisi dimana artikel ilmiah di-retract (ditarik) dari semua jurnal dan penulis dikenai sanksi. 

Umumnya daftar judul artikel ilmiah yang mengalami sanksi ini akan diumumkan ke publik. Sehingga berpotensi mencoreng nama baik penulis dan institusi yang menaungi. Sekaligus merusak reputasi akademik yang sudah dibangun selama meniti karir.

8. Reputasi Akademik Menjadi Buruk 

Baik sengaja maupun tidak sengaja, submit artikel secara jamak ke berbagai jurnal adalah pelanggaran etika. Sehingga nama penulis dan institusi yang menaungi bisa menjadi taruhan. Jika terjadi, maka reputasi akademik dosen akan rusak begitu saja. 

Cara Menghindari Double Submission

Memahami bahwa double submission adalah tindakan haram bagi para peneliti dan akademisi. Maka penting untuk menghindari resiko menjadi pelaku. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan: 

1. Membaca Informasi yang Disampaikan Pihak Jurnal 

Cara yang pertama adalah selalu membaca seluruh informasi yang disampaikan pihak pengelola jurnal ilmiah sebelum submit. Seluruh informasi penting, termasuk etika publikasi dicantumkan dengan rinci di website resmi sebuah jurnal ilmiah. 

Jadi, hindari memilih jurnal secara buru-buru, apalagi untuk pengalaman pertama. Sebab rawan melewatkan informasi penting, termasuk larangan submit jamak. Oleh sebab itu, mengurus publikasi butuh ketelitian dan kesabaran. 

2. Hanya Submit ke Satu Jurnal Saja 

Cara yang kedua, adalah selalu submit artikel ilmiah di satu jurnal saja. Jika jurnal pertama mendapat penolakan. Baru di submit ke jurnal lainnya. Sehingga tidak terjadi submit jamak. 

Bagaimana jika mengejar deadline laporan BKD? Bagi dosen yang dikejar deadline laporan BKD karena jadwal yang ditentukan Dikti, silakan bertanya ke editor jurnal mengenai kapan kepastian nasib naskah diumumkan setelah submit. 

Jika pihak editor menyanggupi akan memberi kepastian dalam satu bulan misalnya. Kemudian sesuai dengan jadwal pelaporan BKD. Maka jurnal tersebut bisa dipilih, begitu juga sebaliknya. 

Jika pihak editor tidak bisa menyanggupi kepastian naskah diumumkan nasibnya kapan. Maka bisa pindah ke jurnal lain yang sanggup memberi kepastian. Sebab jika artikel statusnya sudah In Editing, maka LoA jurnal akan terbit dan bisa menjadi bukti dalam laporan BKD. 

3. Memiliki Mentor atau Aktif Ikut Kelas Publikasi Ilmiah 

Cara ketiga untuk menghindari double submission adalah memiliki mentor. Sehingga selalu mendapat arahan dan bimbingan, termasuk memberi penjelasan mengenai submit jamak. Sehingga bisa dihindari lebih dini. 

Opsional lain, bisa aktif mengikuti kelas terkait publikasi ilmiah. Baik itu seminar, webinar, sampai workshop. Sebab akan ada mater berkaitan submit jamak ke jurnal ilmiah. Semakin banyak sumber informasi, semakin paham etika publikasi ilmiah. Sehingga bisa terhindar dari pelanggaran submit jamak. 

4. Melakukan Manajemen Naskah 

Cara keempat untuk menghindari submit jamak ke beberapa jurnal sekaligus adalah melakukan manajemen naskah. Artinya, para dosen dan peneliti perlu mengatur dan memiliki catatan terkait tindakan submit naskah artikel ilmiah. 

Menggunakan aplikasi manajemen pekerjaan seperti Quire dan semacamnya bisadipertimbangkan. Sehingga para dosen memiliki catatan progres setiap naskah. Mana yang masih proses penulisan, sudah submit, dan mana yang sudah terbit. Hal ini mencegah submit ke beberapa jurnal sekaligus karena lupa. 

Cara Membatalkan Artikel yang Sudah di Submit

Jika tanpa sengaja sudah melakukan double submission, apa yang sebaiknya dilakukan penulis? Jawabannya adalah segera menghubungi editor jurnal dimana artikel di submit jamak. 

Kemudian menjelaskan kondisi sejujur-jujurnya, menyampaikan permintaan maaf, meminta penarikan (withdraw) artikel yang di submit dan menyampaikan pernyataan tidak akan mengulangi tindakan tersebut. Hal ini bisa disampaikan melalui email, contoh email pembatalan submit artikel di jurnal: 

“I sincerely apologize for the mistake, but I recently realized that I have submitted the same manuscript to your journal and another journal simultaneously, which violates the submission policies. I would like to respectfully withdraw my submission and deeply regret this oversight.”

Lebih lanjut, penulis tinggal menunggu respon dari editor. Umumnya, editor akan memberi balasan segera. Mengenai ada tidaknya sanksi, hal ini disesuaikan dengan kebijakan masing-masing pengelola jurnal.