fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Dosen UNNES Ini Jadi Salah Satu Pengembang Startup Travination

startup Travination
Sandy Arief, S.Pd., M.Sc., dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) bersama dua rekannya Julian dan Kisman mengembangkan Travination yang bergerak pada bidang usaha pencarian pemandu wisata (tourmate), akomodasi, sampai tiket liburan di seluruh dunia. (Foto: dok. Sandy Arief)

Semarang – Geliat startup atau perusahaan rintisan yang mayoritas berbasis digital di Indonesia kian besar. Salah satunya, Sandy Arief, S.Pd., M.Sc., dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) bersama dua rekannya mengembangkan startup Travination. Sebuah startup yang bergerak pada bidang usaha pencarian pemandu wisata (tourmate), akomodasi, sampai tiket liburan di seluruh dunia.

Berdasar data Startup Ranking, Indonesia disebut sebagai salah satu negara pencetak startup terbanyak di dunia. Indonesia berada di peringkat lima pencetak startup terbanyak di dunia dengan jumlah 2.074 startup per Maret 2019 setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada.

Pun, pelaku startup tak hanya dari kalangan profesional saja, namun ada dari kalangan akademik seperti mahasiswa dan dosen. Salah satu dosen yang turut mengembangkan startup di Indoenesia adalah Sandy, dosen UNNES yang saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di Macquarie University, Australia.

Travination merupakan nama startup yang ia kembangkan bersama dua rekannya, Julian dan Kisman yang lebih dulu membentuk sebelum mengajak Sandy. Startup Travination bergerak pada bidang usaha pencarian pemandu wisata (tourmate), akomodasi, sampai tiket liburan di seluruh dunia. Dengan tagline ‘one stop budget traveler solution’, Sandy ingin startup Travination dapat menjadi solusi kebutuhan para traveler di dunia.

startup travination
Tampilan depan website Travination. (Foto: duniadosen.com/az)

Sebenarnya, Travination tak muncul serta merta sebagai startup. Ide pembuatan Travination berawal dari sebuah komunitas traveler pelajar dan mahasiswa seluruh dunia (PI Travelers) yang dirikan pada 30 Nopember 2017.

Karena banyak pertanyaan dan permintaan ihwal tourmate, penginapan, sampai tiket liburan baik dalam dan luar negeri dari kalangan anggota PI Travelers, maka Sandy dan rekannya memutuskan untuk membentuk Travination yang resmi berdiri pada 21 Mei 2018.

Sejak awal, Sandy dan rekannya memang fokus untuk menggaet pelajar dan mahasiswa untuk bergabung menjadi tourmate di Travination. Karena banyak klien menganggap mahasiswa memiliki banyak informasi yang bisa dibagikan. Selain itu, Sandy dan rekan juga ingin membantu para mahasiswa untuk mendapat penghasilan tambahan.

”Sehingga konsep bisnis yang kami usung terbilang menarik karena tidak hanya fokus pada keuntungan, melainkan ada sisi sosial untuk ikut membantu para mahasiswa dan pelajar di seluruh dunia untuk mendapatkan pengahasilan tambahan disela-sela studi mereka,” jelasnya kepada tim duniadosen.com.

Dosen Akuntansi di UNNES tersebut menuturkan, saat ini Travination sudah memiliki ratusan jejaring tourmates yang tersebar di 300 kota, 40 negara, dan 5 benua. Angka tersebut, lanjut Sandy, masih akan terus bertambah seiring perkembangan bisnis yang ia ampu.

Sandy optimistis startup Travination yang ia kembangkan memiliki prospek bagus dalam persaingan bisnis di Indonesia, bahkan dunia. Tak hanya itu, tapi sangat potensial untuk berkembang lebih besar lagi di masa depan.

”Kami melihat semakin banyak masyarakat menganggap piknik tidak lagi sebagai kebutuhan yang mewah. Namun sudah menjadi kebutuhan mendasar karena konsep work-life balance yang berkembang,” ujarnya optimistis.

Selain itu, Sandy juga melihat kebutuhan terkait tourmate tidak pernah habis. Karena ia percaya selalu ada mahasiswa atau pelajar yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan sekaligus pengalaman liburan di berbagai negara.

”Dari pengalaman kami, banyak klien yang merasa sangat puas apabila dalam pikniknya didampingi orang Indonesia yang paham budaya setempat. Karena mahasiswa atau pelajar paling tidak, sudah berada di tempat tersebut untuk waktu yang cukup lama, minimal 1 tahun,” cerita Sandy.

Prospek positif tersebut nampaknya tak hanya dilihat oleh tim internal, namun juga oleh pihak luar. Sandy bercerita, Travination pernah dilirik oleh Macquarie Incubator, salah satu inkubator bisnis yang berbasis di Macquarie University, Australia untuk dikembangkan. Namun, berdasar beberapa pertimbangan, ia dan rekan urung untuk mengambilnya.

”Setelah melalui proses assessment, presentasi, dan lainnya, sampai kami sudah berada pada fase untuk tanda tangan kontrak dengan mereka menjadi salah satu start up binaan inkubator. Namun, pada saat yang hampir bersamaan, kami mendapatkan tawaran dari investor dari Indonesia untuk menyepakati sebuah kontrak eksklusif,” jelas HDR mentor di Macquarie University tersebut.

Sandy Arief, S.Pd., M.Sc., (kanan) bersama Direktur Inkubator Macquarie University. (Foto: dok. Sandy Arief)

Sebelum dilirik oleh Macquarie University Incubator, ia dan rekannya di Travination juga sempat melakukan komunikasi bisnis dengan salah satu perusahaan yang juga startup di Swedia. Namun, karena merasa memiliki visi dan pandangan yang berbeda, kerja sama tersebut urung terjadi.

Dalam rangka mengembangkan startup Travination, Sandy dan rekan masih terbuka dengan pinangan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk investor. Selain itu, ia dan tim akan terus mengembangkan strategi bisnis terbaik, termasuk memahami kebutuhan pasar dan pesaing, serta memiliki unique selling point (USP) yang kuat.

”Risiko pasti ada. Sehingga kami sebagai pelaku startup dituntut untuk siap dan terus belajar dengan perubahan pasar yang sangat dinamis dan mengeluarkan ide bisnis strategis yang baik. Sehingga startup kami dapat terus bertahan di tengah gencarnya persaingan,” tegasnya.

Saat ini, Travination sudah memiliki situs website dan aplikasi bernama ‘Piknik’ yang bisa diunduh melalui Google Play dan akan segera dirilis di Apple Store.

Pemilihan nama ‘Piknik’ untuk aplikasi tersebut bukan tanpa alasan. Sandy berharap dengan adanya penamaan “Piknik” bisa terdengar lebih akrab ditelinga masyarakat luas. Sehingga mudah dikenali dan digunakan oleh khalayak ramai.

Ke depannya, ada beberapa proyek yang dipelajari oleh Sandy dan rekannya. Pihaknya ingin startup yang dirintisya tersebut dapat memiliki mitra bisnis yang baik dan saling melengkapi. Sehingga dapat memberikan nilai tambah bersama. Kami juga ingin terus meningkatkan sistem kami sehingga semakin dapat memberikan pelayanan unggul,” pungkasnya. (duniadosen.com/az)