Dosen Stikes Indonesia Maju, Jakarta sekaligus CEO dan Founder Peduli TORCH Isti Anindya, S.Si., M.Sc., berbagi tips dosen tetap produktif menjalankan tridharma perguruan tinggi dimasa pandemic Coronavirus dan tetap sehat selama menjalankan ibadah puasa Ramadan. Diprediksi pandemic ini akan berlangsung hingga akhir tahun, sehingga dosen masih akan terus memperpanjang masa work from home (WFH)-nya. Meski WFH, berikut tips untuk dosen agar tetap sehat selama di rumah.
Isti yang juga tengah menjalani WFH ini mengungkapkan, memindahkan kelas ke dalam layar digital bukanlah hal yang menyenangkan, baik untuk pengajar dan yang diajar. Sebagai pengajar tentu ini bukan perkara mudah, semudah bercuap-cuap dalam ruang maya tanpa dapat memastikan yang diajar paham.
Salah satu pekerjaan sebagai pengajar yang dituntut produktif selama pandemic COVID-19 ini adalah pengajar di sekolah dan perguruan tinggi yang kita kenal sebagai dosen.
Jika pengajar di sekolah menengah hanya memikirkan rancangan pembelajaran semester dan harian, beda hal dengan dosen yang harus mencapai tridharma perguruan tinggi. Tidak hanya membuka kelas online di aplikasi daring, tapi juga harus mengejar target penelitian dan pengabdian masyarakat yang memiliki kredit setara dengan proses pengajaran di kelas.
Meski Isti tidak memperoleh mata kuliah pada semester ini, ia juga tengah disibukkan dengan penelitian dan sebagai dosen pembimbing skripsi. Isti juga merasakan, dalam kondisi normal saja, beban kerja dosen sudah lumayan, apalagi ditambah kondisi tidak normal seperti saat ini. Tidak cukup itu, besok sudah memasuki bulan suci Ramadan. Tentu kondisi ini akan menambah tekanan para dosen dalam menghadapi aktivitas pekerjaan mereka (bagi yang menunaikan ibadah puasa).
Berat dipikirkan, tapi harus dijalani. Begitu Isti menghibur diri untuk menuntaskan pekerjaan sebagai dosen. Hal yang cukup menchallenge-nya saat ini adalah tantangan melakukan banyak penelitian seputar COVID-19, karena kebetulan Isti adalah dosen dari rumpun kesehatan. Terbukanya kesempatan meneliti terkait COVID-19 di masa pandemi ini seperti surga bagi para dosen dan peneliti.
Diketahui, Isti belum lama ini berhasil menyelesaikan penelitiannya tentang “Risiko Gejala Somatik Pada Pengguna Media Sosial yang Terpapar Informasi Seputar COVID-19”. Saat ini pun ia kembali akan melakukan penelitian selanjutnya, yang juga masih seputar COVID-19.
Namun perlu digaris bawahi, bahwa kesempatan ini perlu tekad dan kesungguhan level dewa. Bekerja cepat, tuntas, dan cermat harus disikat dalam waktu yang singkat. Selain penelitian, aktivitas bimbingan tugas akhir mahasiswa tetap berjalan seperti biasa. Kegiatan yang juga cukup sulit dijalani para dosen.
Apalagi Isti sebagai dosen pengampu kelas karyawan, yang mana mahasiswa mereka adalah tenaga kesehatan yang masih aktif memberikan pelayanan. Bahkan Isti membimbing mahasiswa yang menjadi petugas kesehatan COVID-19 di Rumah Sakit tempat mahasiswanya bekerja. Tentu perlu memberikan fleksibilitas yang harapannya meringankan mereka, tapi ada bayang-bayang target sebagai dosen yang harus terpenuhi. Lalu, bagaimana Isti berusaha bertahan?
Berikut sedikit tips untuk teman-teman dosen yang semoga bermanfaat dan dapat dilakukan bersama-sama secara optimal di masa pandemi COVID-19 ini :
Tidak ada salahnya untuk rekan-rekan menyiapkan satu buku agenda khusus untuk menulis to do list harian. Mungkin ini terlihat simpel, tapi dengan ini semua akan terinventaris dengan baik. Tulislah jadwal kegiatan dari bangun tidur sampai tidur lagi. Beri kolom untuk membubuhi tanda centang sebagai tanda tuntas diselesaikan.
“Menyimpan agenda di dalam ponsel mungkin adalah alternatif yang lebih simpel, tapi bagi saya cara ini risiko kelupaannya lebih tinggi dibanding kita mencatan di agenda, atau mencatat di papan tulis khusus di depan meja kerja,” katanya.
Ibu dari Ayya dan Noona ini mengungkapkan, tentu menjadi beban berlapis, jika seorang dosen juga mengampu tugas sebagai ibu rumah tangga. Tidak hanya beban pekerjaan, tapi juga ada tanggung jawab besar sebagai ibu. Hal ini dapat diselaraskan hanya dengan komunikasi yang tepat dengan suami dan anak-anak. Bagaimana dapat membagi waktu dan saling menghargai pekerjaan masing-masing.
Jika anak perlu didampingi Study From Home, maka perlu mencari waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas tridharma lainnya di waktu yang aman dari gangguan. Sulit memang jika jadwal mengajar padat, tapi dengan komunikasi yang baik dan kerjasama yang hebat, tentu semua akan terlewati dengan baik dan sesuai harapan.
Kelelahan adalah faktor utama yang akan menghambat dosen tetap produktif di tengah menjalani WFH. Memilih apa yang akan dimasukkan ke dalam perut adalah salah satu upaya untuk tetap sehat dan dapat bekerja seoptimal mungkin. Hindari terlalu banyak cemilan di atas meja kerja.
“Jika nanti ikut berpuasa, maka apa yang kita makan saat sahur dan berbuka harus diperhatikan agar tidak overdosis karbohidrat yang membuat malam kita tidak produktif. Baik untuk beribadah dan mengejar target pekerjaan yang belum tercapai di siang hari,” terang Isti yang mengisi waktu luangnya membaca berbagai jurnal untuk risetnya.
Tips terakhir ini sangatlah penting. Untuk dosen tetap produktif, jangan sampai memaksakan diri untuk sempurna dan bekerja dengan paripurna. Karena kebahagiaan adalah kunci jiwa dan fisik yang kuat. Luangkan waktu untuk melakukan me time dengan melakukan kegiatan yang kita gemari.
Misalnya yang Isti lakukan bersama putrinya Ayya yang tumbuh dengan spectrum autism, yaitu dengan meluangkan waktu membuat vlog yang ia kemudian dipublish di kanal Youtube: ceritayya #autismstory. Youtube tersebut memuat informasi tentang autisme, penanganan, dan informasi bermanfaat lainnya. Membuat vlog ini salah satu sarana untuk menghibur diri dan merasa positif ketika penat melanda Isti.
Selain membuat vlog, Isti juga menghibur diri selama WFH dengan membuat proyek totebag bersama putri sulungnya Ayya yang juga hobi menggambar tersebut. Intinya bagi Isti harus bisa mencari hiburan yang produktif dan bermanfaat, jadi tak hanya sekadar menghibur diri yang sia-sia.
Isti menjelaskan, beri sedikit ruang untuk kita menikmati gelak tawa dan mengisi cawan bahagia. Apalagi Ramadan adalah bulan suci, yang mana beribadah terasa nikmat. Jadikan itu sebagai pelipur lara dan lelah. Bahwa sejatinya semua tugas mulia ini akan diganjar pahala oleh Allah yang Maha Baik.
Nah, mungkin itu tips yang dapat Isti bagikan untuk teman-teman dosen yang tengah berjuang dengan beban yang berbeda di luar sana. Tidak ada beban yang tak sanggup dipikul oleh pundak. Tetap semangat dan optimistis menjalani hari-hari. Jangan memaksakan keadaan, tapi jangan pula menyerah pasa keadaan. Tetap harus seimbang dan mementingkan kesehatan jiwa dan kewarasan.
Isti juga menyampaikan, selamat menunaikan ibadah di bulan suci Ramadan bagi yang menunaikan. Semoga Ramadan kali ini menjadi momen untuk kita merefleksi diri. Sebagai tenaga pengajar, patut kita renungi bersama, apakah ilmu yang bermanfaat inikah yang akan benar-benar menolong kita kelak, atau malah sebaliknya?.
“Karena ilmu yang baik akan sampai dan membawa manfaat bagi penerimanya, jika kita sampaikan dengan baik. Dan sebaik-baik manusia adalah yang memudahkan urusan manusia lainnya. Tetaplah berusaha tangguh, meskipun kita semua sedang berada dalam titik terapuh,” imbuh Isti. (duniadosen.com)
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…