Surakarta – Penanaman Bone Graft (cangkok tulang) seringkali dilakukan sebagai solusi untuk patah tulang yang tidak menyambung (non union) atau lambat menyambung (delayed union). Selama ini Bone Graft yang digunakan di rumah sakit di Indonesia merupakan buatan luar negeri dan harganya sangat mahal. Atas dasar itulah Dr. Joko Triyono menciptakan material tiruannya.
Dosen Program Studi (Prodi) Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Joko Triyono S.T., M.T., bersama tim berhasil menciptakan material tiruan yang digunakan untuk menggantikan atau memperbaiki tulang yang rusak yang disebut Bone Graft atau Bone Filler. Bone Graft ini memiliki fungsi sebagai material pengisi tulang. Hasil karya Joko dan tim ini diberi nama Semar Bone Graft.
Joko mengatakan dalam melakukan penelitian hingga menghasilkan produk tersebut, ia melibatkan beberapa dosen dari berbagai disiplin ilmu. Diantaranya dengan dr. Suyatmi M. BiomedSc dari Fakultas Kedokteran (FK) UNS dan dr. I Dewa Nyoman Suci Anindya Murdiyantara Sp.OT dari RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten.
Joko mengatakan, UNS mengembangkan produk tersebut ini karena Bone Graft yang digunakan di rumah sakit merupakan buatan luar negeri. Hingga saat ini belum ada produk lokal yang masuk dalam e-catalog.lkpp.go.id sebagai syarat produk bisa diklaimkan BPJS. Selain itu, banyak kasus operasi patah tulang yang memerlukannya.
“Survey di tahun 2010 terdapat 4.537 pasien patah tulang di RS Orthopedi Prof. Soeharso Surakarta,” ujar Joko di sela-sela acara Roadshow LPPM UNS, Kamis (12/9/2019) dikutip uns.ac.id.
Kembangkan Bone Graft dari Bahan Tulang Sapi
Untuk itu, Joko dan tim ingin mengembangkan Bone Graft yang terbuat dari bahan xenograft atau dari tulang sapi. Tulang sapi diambil dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Jagalan, Solo.
Cara membuatnya yaitu dengan pemilihan bahan berupa tulang sapi yang masih segar. Kemudian proses demineralisasi dan deproteinisasi yaitu proses menghilangkan kandungan mineral dan protein. Ini dilakukan dengan cara tulang dijemur matahari kemudian direbus dengan air mendidih sebanyak 3 kali. Kemudian tulang dipotong menjadi bagian kecil-kecil dengan ukuran 10 x 10 x 10 mm. Lalu dipanaskan pada oven hingga suhu 1.200 derajat celcius ditahan selama 2 jam serta dilakukan proses sterilisasi bahan.
“Kita memilih tulang sapi karena kita ingin memanfaatkan produk lokal dan tulang sapi ini biasanya belum dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga kami berusaha untuk bisa memaksimalkan manfaat dari tulang sapi ini, dan tentunya harganya juga murah,” katanya.
Sedangkan untuk Bone Graft impor terbuat dari bahan sintetis atau dari bahan-bahan kimia.
“Material yang biasa digunakan di RS masih impor (sebagai contoh produk impor Bio-oss, Bongros dari Korea. Harga produk impor ini sangat mahal yaitu Rp 1,7 juta per 5 cc dan produk ini sudah masuk e-catalog.lkpp.go.id. Sedangkan kalau kita pakai Semar Bone Graft ini harganya jauh lebih murah yaitu Rp 400.000 per 10 cc,” terang Joko.
Joko berharap hasil temuannya bersama tim ini nantinya bisa dikembangkan dan ada kerjasama dengan industri.
“Sudah kami lakukn uji coba dengan tikus putih kerjasama dengan Fakultas Peternakan UGM, hasilnya tidak ada peradangan, tidak ada infeksi dan ada tulang yang tumbuh,” jelasnya.
Diketahui, Joko dan tim melakukan penelitian tersebut sejak tahun 2016. Bahkan berkat temuannya ini, ia memperoleh hibah Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) dari Kemenristekdikti senilai Rp 200 juta.
Redaksi
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…