Gaji seorang dosen mungkin belum cukup banyak untuk membiayai kuliah S3 yang mahal. Apalagi untuk kamu yang bercita-cita meneruskan pendidikan Doktoral ke luar negeri. Bekerja keras mungkin bisa jadi jalan keluar. Namun rutinitas kerja yang berat dan beban kuliah yang tak kalah hebat mungkin membuat semangatmu memudar, beasiswa dosen muda.
Lantas, jika gaji mu tak cukup untuk membayar SPP, living cost, biaya buku, dan riset, haruskah mimpi besarmu tergantung begitu saja? Cobalah beberapa peluang ini, siapa tahu salah satunya adalah jalan rejekimu.
1. Beasiswa BPP DN
Beasiswa ini disediakan oleh Dikti bagi dosen tetap yang memiliki NIDN dan dosen spesialis yang memiliki latar belakang ilmu kedokteran. Beasiswa ini ditawarkan untuk kamu yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 / S3 di perguruan tinggi negeri.
Ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan nih sebelum mendaftar beasiswa BPPDN yaitu, saat mendaftar ke program beasiswa ini, kamu tidak boleh memiliki jabatan struktural di tempat mengajar. Jangan lupa untuk mengurus SK Tugas Belajar, agar kamu tidak dikejar kewajiban mengajar selama menjalankan kuliah.
Dalam memilih jurusan pascasarjana pun, kamu perlu mempertimbangkan beberapa hal. Misalnya, keterkaitan program yang akan kamu ambil dengan program di jenjang sebelumnya. Jadi, jika kamu adalah lulusan S1 dari bidang pendidikan, akan lebih baik dan meyakinkan bila kamu memilih program pascasarjana di bidang pendidikan pula.
Hal ini sangat beralasan karena pihak pemberi beasiswa akan mempertimbangkan kemungkinan bisa atau tidaknya kamu menyelesaikan pendidikan di waktu yang tepat. Lazimnya, pendidikan S2 bisa diselesaikan dalam kurun waktu 2 tahun/ 24 bulan.
Nah, jika kamu bisa lulus lebih cepat maka dana yang belum terpakai harus dikembalikan pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dana tersebut nantinya dapat digunakan kembali oleh orang lain setelah kamu. Beasiswa ini, menawarkan pembiayaan dana pendidikan (SPP), biaya hidup, transportasi dan lain sebagainya.
Kamu yang mendapatkan beasiswa ini pokoknya hanya tinggal belajar dengan rajin kemudian berkarya setelah lulus untuk memajukan bangsa dan negara. Beasiswa ini biasanya membuka pendaftaran pada bulan april setiap tahunnya. Kamu harus rajin mengecek ke situs beasiswa milik dikti agar tidak ketinggalan informasi mengenai syarat dan tenggat waktu pendaftaran.
2. Beasiswa PMDSU (Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul)
Panjang ya singkatannya. Beasiswa ini menawarkan kesempatan untukmu yang ingin jadi dosen bergelar doktor tapi bingung harus mulai darimana karena belum ada tempat magang sebagai asisten dosen atau posisi semacam itu.
Dengan mengikuti beasiswa ini, kamu akan dibiayai untuk melanjutkan studi ke jenjang s2 dan S3 selama 4 tahun. What? 4 tahun? Gimana bisaa?
Waktu yang wajar untuk menyelesaikan kedua jenjang ini biasanya 5-6 tahun. Namun, dalam program beasiswa ini kamu bisa menyelesaikan kedua jenjang dalam kurun waktu yang lebih singkat. Hal ini sangat beralasan karena kondisi Indonesia yang sangat kekurangan Doktor.
Dengan memangkas waktu kuliah hingga lebih dari 1 tahun, diharapkan Doktor-doktor muda ini dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dengan cara berperan langsung memajukan pendidikan di Indonesia. Pemangkasan waktu kuliah memang rasanya membuat hati ini tidak tenang ya.
Pertanyaan akan kemampuanmu untuk berjuang dan menepiskan segala kesulitan mungkin akan menghantui sepanjang waktu. Namun tak perlu kuatir, karena kamu akan dibimbing oleh promotor yang bisa kamu pilih sendiri sejak proses pendaftaran.
Pemilihan promotor harus kamu perhatikan lebih ya. Kenali betul fokus penelitian dan jurnal-jurnal dosen sasaranmu. Cocokkan rekam jejak dosen promotor, dan pilih sesuai minat yang mungkin akan kamu gunakan sebagai tesis dan disertasimu. Promotor inilah yang akan memutuskan apakah kamu diterima atau ditolak sebagai mahasiswa yang akan dibimbing.
Jika sejak awal kamu sudah fokus meneliti sesuatu, maka selama kuliah kamu akan tahu apa yang harus kamu kejar dan pelajari lebih dari obyek penelitian lain. Jika rencana awal mu matang, kamu juga tak akan kesulitan menempuh SKS demi SKS hingga akhirnya tesis dan disertasi bisa kamu pertanggungjawabkan dengan baik.
Sayangnya, tidak semua universitas masuk ke dalam daftar penyelenggara PMDSU ini. Bagi kamu yang berkeinginan melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknoligi Bandung (ITB), Universitas Airlangga, Universitas Andalas, Universitas Diponegoro, Universitas Sriwijaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, serta Universitas Sumatera Utara, segera siapkan diri dan lengkapi syarat yang diperlukan untuk mendaftar program beasiswa ini.
Nah untuk kamu yang ingin ikut PMDSU tapi belum tahu akan melanjutkan kemana, segera cek website masing-masing universitas untuk mendapatkan informasi mengenai jurusan yang ditawarkan terkait beasiswa ini. Penerimaan mahasiswa penerima beasiswa Batch III akan dilaksanakan tahun 2017, jadi siapkan dirimu mulai sekarang ya.
3. Beasiswa LPDP
Beasiswa ini sedang trend di kalangan fresh graduate maupun para pencari beasiswa di Indonesia. Beasiswa ini hampir sama dengan beasiswa lain, namun lebih menarik karena membuka pendaftaran sepanjang tahun. Dalam kurun 1 tahun, terdapat 4 batch yang dibuka dengan berbagai program.
Beasiswa ini menawarkan program Magister Dalam Negeri, Magister Luar Negeri, Doktoral Dalam Negeri, Doktoral Luar Negeri, Beasiswa Tesis, Disertasi serta Afirmasi. Untuk kamu yang punya prestasi khusus atau berasal dari daerah Terluar, Terpencil dan Tertinggal (3T) kamu bisa mengikuti beasiswa ini dari program afirmasi.
Menurut Dirut LPDP, Eko Prasetyo, LPDP bahkan memberikan jatah khusus untuk para dosen yang akan melakukan riset atau melanjutkan studi baik di luar maupun di dalam negeri. Jalur yang digunakan khusus untuk para dosen adalah melalui Kemristek Dikti, kemudian proses seleksinya akan dilaksanakan oleh pihak LPDP.
Syarat dan ketentuan mengikuti beasiswa ini memang cukup ketat. Misalnya kamu harus punya skor TOEFL ITP minimal 500 jika ingin kuliah di dalam negeri, atau 550 untuk yang berita-cita belajar ke luar negeri. Jika kamu berencana untuk kuliah di luar negeri, ada baiknya kamu mengikuti seleksi universitas tujuan terlebih dahulu agar mendapatkan LOA yang mana akan memberikan nilai plus pada saat pendaftaran beasiswa ini.
Proses seleksi LPDP ini lumayan unik dan memiliki sedikit perbedaan dengan seleksi beasiswa lain. Dalam seleksi LPDP, terdapat 2 tahap yaitu seleksi administrasi serta seleksi substantif. Seleksi administrasi mengharuskan kamu mengupload syarat-syarat dan formulir ke website LPDP.
Jika sudah lolos seleksi administrasi, kamu akan dipanggil untuk mengikuti tes substansi yang berisi 3 seleksi yaitu wawancara, Essay on the spot, serta Leaderless Group Disscussion. Lumayan ketat ya? Namun untuk kamu yang berhasil, akan mendapatkan seluruh pembiayaan hingga lulus kuliah termasuk dana riset dan living cost.
Oiya LPDP juga mewajibkan para awardee untuk lulus tepat waktu. Jadi jika kamu adalah tipe orang yang tak suka menunda pekerjaan, siap bekerja keras dan rela mengabdi pada negara segera daftarkan dirimu di program beasiswa ini.
Sudah cukup terangkah jalanmu calon pemimpin bangsa? Jangan terburu-buru patah semangat saat kamu ingin belajar namun kesulitan melanda. Begitulah kehidupan, kadang diatas dan kadang pula di bawah. Nah dosen muda, tegakkan kembali semangatmu, raih cita-cita dan belajarlah demi kemajuan bangsa. Semangat!
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…