Dosen muda Dani Sukma Agus Setiawan, M.Pd., yang juga penggiat sastra ini mengajak para dosen menulis buku antologi. Buku tersebut berisi kisah inspiratif perjalanan mereka menjadi abdi cendekia, ya yang tak lain berprofesi sebagai dosen. Sebanyak 47 dosen yang tersebar di seluruh nusantara turut menulis buku antologi yang berisi kisah nyata mereka.
Dani Ajak Dosen Menulis Kisahnya
Dani Sukma yang memiliki nama pena Arief Siddiq Razaan ini merupakan dosen program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Universitas Prima Indonesia, Medan Sumatera Utara. Kepiawaiannya menulis, sangat ingin ia tularkan kepada dosen yang lain dengan menerbitkan buku antologi. Tak lain, karena sebagai dosen harus terus mengasah kemampuan menulis terlebih menulis buku.
Setelah terkumpul cerita dari 47 dosen menulis tersebut, kemudian Dani melibatkan Yulaika Ranu Sastra yang merupakan penulis, pengajar, dan juga editor yang aktif di Komunitas Bisa Menulis (KBM), Komunitas Dosen Penulis dan Peneliti Indonesia (KODEPENA) sebagai editor buku yang awalnya diberi judul “Curahan Hati Seorang Dosen”. Namun, setelah masuk ke sebuah penerbitan di Yogyakarta, diubah menjadi “Andai Bukan karena Cinta (ABKC)” yang diambil dari salah satu judul tulisan penulis di buku tersebut.
Proses penerbitan buku ABKC dengan tebal 370 halaman ini membutuhkan waktu hampir satu tahun karena beberapa kendala, termasuk munculnya pandemi Covid-19. Meski begitu, tidak menyurutkan tim dosen untuk melanjutkan perjuangan melahirkan sebuah karya fenomenal dan apik yang berisi memoar penuh intrik dan haru. Berbagai aral melintang pun terlewati hingga saat ini sedang masa pracetak.
Kisah Nyata Perjalanan dari 47 Dosen
Sebaga editor buku ABKC Aika menjelaskan, sebelum sampai pada tahap pracetak, wacana penggarapan naskah tersebut disambut hangat oleh para dosen yang mengajar di dalam dan luar negeri. Hal itu terbukti dari sebanyak 47 dosen menulis yang antusias turut mengirimkan tulisan.
Ke 47 kontributor atau penulis buku yang terdiri dari para dosen tersebut berlatar belakang bidang keilmuan berbeda-beda dan tersebar dari Aceh hinga Papua, bahkan negeri Tiongkok. “Bahkan ada yang baru pertama kali mengikuti antologi, ada pula yang sudah lihai atau sering menerbitkan karya,” kata Aika kepada duniadosen.com.
Ia melanjutkan, 47 dosen menulis tersebut menulis kisah yang sangat beragam. Dosen menulis kisahnya, mulai dari gagal menjadi PNS, susahnya mengejar NIDN, perjuangan merintis kampus, menempuh perjalanan laut menuju kampus, mempertahankan idealisme, meninggalkan pekerjaan lama, hingga menjadi kaprodi saat usia 25 tahun. Tentunya masih banyak kisah apik dan nyentrik lainnya yang tidak kalah menggugah emosi dan imaji pembaca.
Andai Bukan karena Cinta
Dani mengatakan, menjadi dosen tidak hanya sebatas profesi yang terhormat, sejahtera, indah, menyenangkan, dan dipandang tinggi berdasarkan status sosialnya, tetapi juga memperjuangan nilai-nilai luhur dan moral para tenaga pendidik agar pendidikan di negeri ini kian maju seiring berkembangnya teknologi.
Selain itu, menjadi dosen juga penuh tantangan, terlebih saat gaji pertama tidak sesuai harapan atau banyaknya faktor internal atau eksternal lainnya. Dengan demikian, para dosen termasuk pejuang tangguh di garda terdepan, selain tenaga medis atau pelaku ekonomi yang berdedikasi menyelamatkan bangsa ini.
“Andai bukan karena cinta, pasti huru-hara terjadi di mana-mana. Andai bukan karena cinta, pasti kita sudah menyerah menjalani drama kehidupan ini. Andai bukan karena cinta, pasti memoar penuh haru ini tidak akan tercipta dari ide-ide cemerlang mereka,” ungkapnya.
Ya, begitulah tujuan dari Dani Sukma, sosok dosen muda yang mengajak penulis Aika Ranu Sastra sebagai editor untuk turut mensupport terwujudnya buku antologi dari 47 dosen nusantara ini. Dani berharap, buku tersebut nantinya mampu memberi kontemplasi bagi pembaca baik kalangan akademisi maupun siapa saja, agar mengetahui suka duka berprofesi sebagai dosen. Terkhususm bagi yang bercita-cita menjadi dosen.
Menuliskan Jejak Abadi Para Dosen
Selaksa kisah sedih, kecewa, bahagia, dan haru yang melebur menjadi satu dikemas apik dalam buku karya para dosen Indonesia ini. Menuliskan jejak abdi menjadi salah satu bukti bahwa para cendekia ada dan hidup mendedikasikan dirinya untuk kemajuan bangsa ini. Tidak sekadar datang memperlihatkan rupa, lalu mengajar di kampus, tetapi juga menuliskan kisah yang barangkali akan abadi sepanjang zaman atau sebagai warisan untuk generasi.
Tulisan berisi 47 kisah inspiratif dari dosen ini begitu sarat akan nilai-nilai perjuangan dan spiritual yang pantas diteladani dan dijadikan inspirasi para pembaca, tidak hanya kalangan akademisi, tetapi juga semua yang ingin mengapresiasi. Karena cinta kita lahir, dengan cinta pula kita hidup, dan demi cinta jua kita meraih masa depan. Andai bukan karena cinta, lantas seperti apa hidup ini?.
Semoga artikel tentang dosen nusantara menulis buku antologi ini menginspirasi bagi Anda khususnya para dosen atau pendidik. Sekaligus mengingatkan bahwa berprofesi sebagai dosen harus bisa menulis. Karena dosen dituntut untuk melaksanakan tridharma perguruan tinggi, yang luarannya berupa karya ilmiah baik artikel maupun buku. (aikaranusastra/titisayuw-duniadosen.com)