Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada (UGM) berencana membuat portal Program Manajemen Etik dan Penguatan Integritas (MEPI) dalam waktu dekat ini. Portal berbasis website dibuat agar mahasiswa mudah dalam mengakses. Pada portal tersebut terdapat etika penelitian yang berhubungan dengan manusia. Sehingga diperlukan adanya sharing dan diskusi bersama dosen dan mahasiswa terkait penelitian sosial atau yang berhubungan dengan manusia.
Fakultas Filsafat UGM pun menyelenggarakan diskusi terkait hal tersebut, dengan mengusung tema “Etika Penggunaan Subjek Manusia Pada Penelitian Sosial Humaniora”. Dengan menghadirkan dua pembicara berkompeten di bidangnya yaitu, Prof. Dra. RA Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D., dan Agus Wahyudi, MA., Ph.D selaku Direktur Institute for Ethics and Applied Philosophy, Fakultas Filsafat UGM. Diskusi dilaksanakan di Ruang Sidang Persatuan Gedung Notonagora Lantai 3, Gedung Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), pada Rabu, (13/03/2019).
”Saya dan Pak Agus masuk dalam anggota MEPI. Dan MEPI akan memiliki portal yang di dalamnya ada etika penelitian yang berhubungan dengan manusia yang untuk medis, yang untuk hewan, etika yang berhubungan dengan manusia juga yang non medis. Nanti juga ada kemudian tentang pelecehan seksual, jadi ada berbagai macam modul. Ini Pak Agus karena beliau dari filsafat dan saya kebetulan yang mengembangkan etika penelitian yang human subjek, sehingga pihaknya meminta saya untuk sharing,” jelas Yayi kepada duniadosen.com.
Yayi mengatakan, MEPI merupakan usaha UGM untuk menjaga, mengembangkan, dan melembagakan standar etik dan integritas di lingkungan UGM. Sehingga Yayi merasa perlu menyampaikan point penting sebelum melakukan penelitian, terlebih yang menggunakan subjek manusia.
”Point penting itu diantaranya, setiap penelitian yang terutama melibatkan manusia kita harus benar-benar menjamin bahwa manusianya terlindungi dengan baik. Maksudnya, terproteksi dari apapun, baik secara fisik, psikologis, hukum dan sosial,” terang dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM tersebut.
Yayi melanjutkan, jadi sebenarnya aturan penelitian dengan subjek manusia itu juga sekaligus melindungi para peneliti. Karena jaminan anonimitas juga sebagai perlindungan terhadap peneliti. Sehingga hasil penelitiannya objektif.
”Tentu saja saya juga mengenalkan apa yang sebetulnya di etika penelitian itu. Kita memang mengadopsi dari bioetika yang terdapat 4 prinsip. Yaitu, otonomi, memberikan manfaat, benar-benar meminimalisir risiko, dan keadilan. Dan sebetulnya hal tersebut adalah bagian proteksi pada manusia,” paparnya.
Yayi menambahkan, meskipun orang sosial yang kelihatannya penelitiannya tidak mengganggu orang lain, tapi harus dipastikan benar menjamin tidak mengganggu. Sebaiknya, menayakan dahulu atau dengan membaca buku. Evaluasi kembali apakah penelitian akan mengganngu atau tidak. Hal tersebut dilakukan ketika belum diwajibkan untuk mengurus etika penelitian.
”Kalau di fakultas kedokteran kami memang semua mahasiswa yang ingin melakukan penelitian, mengurus etika penelitian itu hal yang wajib. Perkara nanti masuk yang di exemp atau langsung dapat, nanti yang memutuskan kan komisi etiknya,” imbuhnya.
Agus Wahyudi, MA., Ph.D selaku Direktur Institute for Ethics and Applied Philosophy (IEAP), Fakultas Filsafat UGM menambahkan, program ini didesain di UGM dengan nama MEPI. Karena program ini lebih fokus dengan memproduksi program pembelajaran melalui media berupa portal website, yang rencananya akan launching tahun depan.
”Semua kandidat sarjana di UGM, yang mau peneltian terkait human subjek, mengambil modul tentang medis misalnya bisa mengakses portal MEPI untuk mengetahui etika penelitiannya. Tetapi lembaga ini support dalam segi memperkuat ide-ide dan gagasan para peneliti,” terang Agus saat diskusi. (duniadosen.com/ta)