Menjadi seorang dosen memang merupakan pilihan menarik dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Hal tersebut kemudian menjadi pilihan oleh Iwan Aprianto, S.Pd.I., M.Pd., yang memutuskan menjadi seorang dosen untuk bidang ilmu Manajemen Pendidikan Islam. Berikut profilnya.
Saat ini Iwan Aprianto yang akrab disapa Pak Iwan ini mengajar di Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari yang dulunya merupakan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muara Bulian. Pak Iwan menjadi dosen disini sejak tahun 2014 dan masih aktif sampai sekarang.
Memiliki motto “Dimana ada Kemauan akan ada Kemampuan”, menjadikan sosok Pak Iwan sebagai orang yang gigih dalam berjuang. Beliau mengaku tidak terlahir dari keluarga dengan latar belakang di dunia pendidikan.
Kedua orang tuanya merupakan buruh tani yang memperjuangkan 6 orang anak, salah satunya adalah Pak Iwan yang merupakan putra bungsu. Dibanding dengan saudara yang lainnya, Pak Iwan mengaku dirinya cukup beruntung karena bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Keterbatasan ekonomi membuat kedua orang tuanya hanya mampu lulus dari SR (Sekolah Rakyat) setingkat SD di masa sekarang. Sedangkan kakak-kakaknya hanya sampai di tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas).
Perjuangan selama menempuh pendidikan tinggi pun diakuinya tidak mudah. Selain sibuk kuliah, demi memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah. Pak Iwan memutuskan untuk kerja sambilan. Mulai dari menjadi marbot, mengajar di MI (Madrasah Ibtidaiyah) saat sore, dan mengajar mengaji secara privat di malam harinya.
Berkat kegigihannya dan doa kedua orang tua, Pak Iwan sukses menyelesaikan pendidikan S1, dan saat ini sedang dalam proses menyelesaikan pendidikan S3. Tahun 2014 Pak Iwan lulus dari S2 dan mencoba melamar ke banyak perguruan tinggi sebagai dosen.
Namun belum juga beruntung, baru di tahun 2014 ketika dirinya mengajukan lamaran di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muara Bulian karena membuka lowongan dosen, yang ia dapatkan informasinya dari koran. Dirinya dinyatakan lulus dan mulai mengajar disana sampai sekarang.
Pak Iwan mengaku menjadi dosen bukanlah cita-citanya saat masih kecil, baru ketika berada di jenjang pendidikan S1 dirinya mulai memikirkan untuk menjadi dosen. Diakuinya, kesan positif selama menjadi dosen sangat banyak dan mendominasi.
Sebab di mata beliau, menekuni profesi dosen bisa terus mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Bisa berdiskusi dengan para dosen serta dosen-dosen yang lebih senior, dimana menjadi tempat untuk memperluas wawasan dan pengalaman.
Kesan lain yang didapatkan Pak Iwan selama menjadi dosen adalah sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya ketika berhadapan dengan mahasiswa yang semakin kritis yang nantinya menjadi pembawa perubahan ke arah lebih baik di Indonesia.
Tantangan lain yang dihadapi oleh beliau sekaligus dosen lain di Indonesia adalah menjunjung profesionalitas dalam menerapkan isi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Yaitu mengajar, melakukan penelitian, dan juga melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Menurutnya, agar semua dosen di tanah air bisa menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah dengan mempersiapkan penelitian terbaik. Yakni dengan memberikan kontribusi dan inovasi melalui hasil penelitian untuk mengembangkan dunia pendidikan Indonesia.
Pak Iwan menuturkan dirinya konsen di bidang ilmu Manajemen Pendidikan Islam, alasan utama menjadikannya pilihan. Adalah karena beliau ingin memperdalam ilmu mengenai perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan dalam dunia pendidikan.
Alasan lainnya adalah karena sejak awal (sejak S1) Pak Iwan sudah mengambil rumpun ilmu bidang pendidikan. Kemudian memutuskan untuk menekuni bidang ilmu dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam hingga ke jenjang S3.
Selain itu, Pak Iwan juga sudah menyelesaikan penelitian terkait bidang ilmu tersebut. Yaitu “Manajemen Pembiayaan dalam Mensejahterakan Pendidikan Tinggi”. Penelitian tersebut berbentuk mini riset dan Pak Iwan juga sudah menerbitkan sejumlah buku.
Baca juga : Dosen Hubungan Internasional Dan Penulis Buku Politik Aviasi Dan Tantangan Negara Kepulauan
Selama menjadi dosen, Pak Iwan sudah menulis belasan karya ilmiah baik dalam bentuk buku referensi dan jurnal yang sudah terpublikasi. Beliau menyebut total sudah ada 11 judul dan kedepan jumlah judul ini akan bertambah, karena beliau memiliki target bisa menghasilkan 5 judul jurnal dan buku setiap tahunnya.
Alasan Pak Iwan aktif menulis buku adalah karena ingin memperdalam konsentrasi dari ilmu pendidikan yang ditekuni. Selain itu juga untuk memberikan dan menyalurkan ide maupun gagasan kepada para pembaca, baik itu buku maupun jurnal terpublikasi tadi.
Sejak pandemi, melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: 657/03/2020 tanggal 16 Maret 2020. Tempat pak Iwan mengajar memutuskan melakukan kegiatan pembelajaran daring terhitung sejak Maret 2020 sampai sekarang.
Tools untuk mengajar daring yang dipilih Pak Iwan adalah Zoom dan juga WhatsApp Group melalui fitur Voice Note untuk melakukan diskusi dengan mahasiswa. Respon mahasiswa sejauh ini masih bagus, dan menurutnya pembelajaran daring memang tidak seefektif pembelajaran tatap muka. Namun demi keamanan dan keselamatan bersama, sistem ini harus dipatuhi semua pihak.
Penulis : duniadosen.com/Pujiati
Editor : Wahyudha Wibisono
Publikasi terhadap hasil penelitian menjadi kebutuhan dan kewajiban para peneliti maupun akademisi. Namun, dalam mengurus…
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikbudristek) diketahui menerbitkan surat edaran baru, yaitu SE Nomor…
Pengumuman hasil klasterisasi perguruan tinggi di tahun 2025 resmi diterbitkan. Daftar perguruan tinggi di masing-masing…
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…