Dosen harus linier. Kamu punya impian atau cita-cita menjadi dosen? Maka wajib memahami dulu mengenai fakta dosen harus linier. Lalu apa itu linier? Istilah linier berkaitan dengan program studi yang diambil selama masa perkuliahan.
Seperti diketahui bersama, untuk menjadi dosen memang dituntut untuk lulus minimal S2 atau Magister. Otomatis sebelum menempuh S2 sudah lebih dulu menyelesaikan S1. Supaya lebih paham detail mengenai linieritas tersebut, bisa menyimak informasi di bawah ini.
Linieritas adalah mengambil program studi di jenjang perkuliahan yang masih satu bidang ilmu, bisa pula dikatakan serumpun dan masih dalam satu rumpun ilmu. Sebagai contoh, seseorang mengambil jurusan S1 Psikologi kemudian ketika mengambil S2 juga mengambil jurusan Psikologi.
Tindakan tersebut sudah termasuk ke dalam proses linieritas, yakni mengambil program studi yang sama atau masih dalam satu rumpun ilmu. Meskipun istilah linieritas sangat kental dengan aparatur sipil dan juga kalangan dosen.
Namun, tidak sedikit orang yang memiliki gelar berbeda di belakang nama lengkapnya. Misalnya saja ada gelar S.T (Sarjana Teknik) dan disusul gelar M.M (Magister Manajemen). Keduanya merupakan program studi yang tidak linier.
Bisa jadi orang tersebut ketika mengambil studi S1 tertarik atau bercita-cita untuk menjadi seorang insinyur. Namun karena nasib atau alasan lain, kemudian orang tersebut memutuskan untuk menjadi pengusaha sehingga mengambil jurusan manajemen saat kuliah S2.
Bagi sebagian orang mengambil jurusan yang tidak linier bukanlah masalah, namun akan berbeda bagi kalangan dosen. Sebab selalu ada informasi yang menyebutkan dosen harus linier. Sehingga jurusan S1 dengan S2 sampai S3 diharapkan linier.
Pada dasarnya setiap orang bebas memilih jurusan pendidikan, sesuai dengan keinginan dan kemampuan. Hanya saja pemilihan ini sebaiknya dilakukan sejak awal menempuh pendidikan tinggi di jenjang S1.
Sebab dengan mengambil program studi yang linier ada lebih banyak keuntungan bisa didapatkan. Apalagi tidak semua orang siap untuk belajar lagi dari nol setelah empat tahun berkutat dengan satu jurusan, lalu dua tahun kedepan berkutat dengan jurusan baru.
Baca Juga: Inilah 10 PTN Terbaik 2021 Versi Webometrics
Memilih mengambil jurusan yang linier secara umum memberi banyak sekali keuntungan, seperti:
Linieritas saat menempuh pendidikan sangat dibutuhkan oleh kamu dan siapa saja yang kebetulan tertarik menjadi dosen. Mengapa? Sebab meskipun aturan dosen harus linier sudah tidak begitu kaku.
Namun perlu diakui dengan menjadi dosen yang pendidikannya linier jauh lebih menguntungkan. Seperti:
Melalui penjelasan di atas tentu bisa diketahui, bahwa dosen harus linier masih tetap perlu diutamakan. Sebab bisa memberi kemudahan saat menekuni karir sebagai dosen.
Mengambil jurusan yang linier juga memberi kemudahan untuk proses belajar, dan mengembangkan diri lewat kegiatan belajar tersebut. Dikatakan demikian karena ketika S1 mengambil jurusan A dan kemudian S2 juga di jurusan A.
Maka akan melanjutkan materi yang dipelajari di S1, istilahnya adalah tinggal mendalami materi tersebut. Sehingga bisa benar-benar belajar hal atau materi baru sebagai pengembangan terhadap ilmu pengetahuan yang sudah didapatkan.
Hal ini penting untuk membantu meningkatkan prestasi akademik, karena tidak mengalami kesulitan untuk memahami materi di jenjang S2. Sebab dasar-dasar ilmunya sudah dipelajari dan dikuasai selama menempuh S1.
Berbeda jika mengambil jurusan yang tidak linier, maka perlu mempelajari materi kuliah dari awal. Bahkan ada kemungkinan tidak paham dengan materi yang disampaikan dosen S2 di depan kelas, sebab dasar ilmunya sendiri belum pernah didapatkan atau dipelajari.
Baca Juga: Ingin Disertasi Cepat Selesai? Lakukan 5 Persiapan Penting Ini
Tidak keliru rasanya jika di awal tahun 2014 ada tuntutan dosen harus linier untuk membantu melakukan penelitian yang fokus di satu bidang. Sehingga kepakaran dari dosen tersebut bisa diasah.
Meskipun adanya aturan tersebut kemudian membuat jumlah dosen semakin menurun, karena syarat menjadi dosen terasa lebih sulit untuk dipenuhi. Maka perlahan aturan tersebut menjadi lebih fleksibel.
Artinya, ketika kamu memutuskan untuk mengambil jurusan yang linier maka akan memberi kemudahan saat melakukan penelitian. Sebab bisa melanjutkan penelitian yang dijadikan topik skripsi untuk lulus S1.
Ketika menyusun tesis, maka saat pertama kali masuk di jenjang S2 sudah bisa menyiapkan tesis tersebut. Sebab tinggal melanjutkan penelitian dari S1 yang tentu lebih efisien dari segi waktu, biaya, dan juga tenaga.
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, yakni bisa melanjutkan penelitian antara S1 ke S2. Maka bisa dipastikan saat kamu mengambil jurusan yang linier proses untuk lulus S2 maupun S3 akan lebih cepat.
Sebab sejak awal diterima sebagai mahasiswa S2 dijamin sudah mulai mempersiapkan penyusunan tesis. Begitu pula di S3 untuk penyusunan disertasi, karena memilih topik penelitian yang sudah dilakukan di jenjang pendidikan sebelumnya.
Kuliah S2 rata-rata membutuhkan waktu 2 tahun saja, dan termasuk masa perkuliahan yang sangat singkat. Supaya bisa lulus tepat waktu maka tesis perlu disiapkan sejak dini.
Inilah alasan kenapa lebih banyak pihak yang menganjurkan mengambil jurusan linier. Supaya tidak membuang waktu terlalu banyak saat menempuh studi S2. Sekali[un aturan tentang dosen harus linier sudah lebih fleksibel.
Memutuskan untuk mengambil jurusan yang linier memang menarik, karena bisa memberi kesempatan untuk kamu menjadi seorang ahli di satu bidang. Bisa disebut sebagai pakar, yang memahami suatu bidang ilmu secara mendalam.
Lewat kondisi ini kamu berpeluang untuk sukses meniti karir karena berkesempatan meraih jenjang karir tertinggi. Selain itu akan sering dimintai pendapat ketika ada suatu isu atau masalah yang mencuat ke permukaan.
Sebab pendapat dari seorang pakar akan sangat dibutuhkan untuk meredam isu tersebut. Inilah alasan kenapa ada lebih banyak orang yang memutuskan untuk mengambil jurusan linier, apalagi jika jurusan yang diambil memang sudah sesuai.
Baca Juga: Yuk Simak Kupas Tuntas Tahapan Sertifikasi Dosen
Seperti yang disinggung di awal, bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih jurusan kuliah yang linier maupun tidak. Meskipun mengambil jurusan linier memberi banyak keuntungan, kamu tetap bisa mencoba memilih program studi yang berbeda.
Supaya lebih yakin dengan keputusan yang diambil, maka sebelum memutuskan mengambil program studi linier atau sebaliknya. Bisa mempertimbangkan hal-hal penting berikut ini:
Pertimbangan pertama untuk menentukan apakah ingin mengambil jurusan linier atau tidak adalah mengenai peta jalan karir. Maksudnya disini adalah, sejak awal kamu sudah menyusun peta jalan karir tersebut.
Bisa juga membiarkannya berjalan dengan sendirinya dan membentuk peta jalan karir. Jadi, misalnya saja di awal masuk kuliah S1 kamu sudah memilih jurusan dengan teliti dan kemudian mengambil jurusan A.
Ketika peta jalan karir yang disusun adalah profesi X dan tidak ada tuntutan untuk linier. Maka bisa bebas mengambil S2 yang linier atau tidak, namun dijamin akan membutuhkan jurusan S2 yang sesuai atau dibutuhkan di profesi X tersebut.
Begitu juga sebaliknya, jika profesi X tadi ada tuntutan untuk linier sebagaimana dosen harus linier. Maka saat mengambil S2 mau tidak mau harus mengambil jurusan yang linier dengan S1.
Pertimbangan kedua adalah mengenai pilihan karir atau profesi yang diinginkan. Hal ini berlaku untuk kamu yang kebetulan sejak kecil atau sudah sejak lama memiliki pilihan karir yang tetap.
Artinya kamu memang sangat memimpikan profesi tersebut, dan jika profesi ini adalah ASN dan dosen. Maka kamu wajib atau perlu memilih jurusan yang linier dari sarjana ke pascasarjana.
Mengapa? Meskipun dosen harus linier sudah tidak sekaku di tahun 2014 lalu, namun dengan tetap mengambil jurusan linier akan memuluskan jalan menjadi dosen. Termasuk untuk memilih kampus manapun, karena didukung oleh linieritas tadi.
Pertimbangan berikutnya adalah mengenai dukungan yang didapatkan dari orang sekitar, khususnya keluarga. Yakni orang tua dan juga saudara di rumah. Sebab dukungan mereka sangat kamu perlukan untuk bisa menikmati proses kuliah yang panjang.
Jika orang-orang terdekat tidak mempermasalahkan pilihan kamu yang tidak linier. Maka kamu bisa tancap gas untuk menjalani pilihan tersebut. Namun jika sebaliknya, maka dengarkan dulu alasan kenapa orang sekitar tidak memberi dukungan.
Jika memang alasan mereka logis dan memang sangat mempengaruhi masa depan kamu. Maka tidak ada salahnya mencoba mengikuti arahan dan saran dari mereka yang tentu lebih berpengalaman, karena lebih dulu kuliah dan mencicipi dunia kerja.
Baca Juga: Apa Saja Portofolio untuk Ajukan Serdos? Dosen Harus Tahu!
Melalui penjelasan panjang di atas, tentu masih mempertanyakan apakah dosen harus linier? Jawabannya sendiri sebenarnya masih bisa menjadi dosen, namun akan memiliki beberapa batasan dibandingkan dengan mereka yang linier.
Jadi, mengacu pada peraturan dari Kemendikbud di tahun 2014 lalu memang dosen dituntut untuk linier. Khususnya untuk dosen yang berencana mengikuti CPNS dosen di sejumlah PTN di tanah air.
Hanya saja seiring berjalannya waktu peraturan atau kebijakan tersebut mendapatkan banyak kritikan. Sehingga aturan tersebut kemudian terus diperbaharui, misalnya dengan adanya kebijakan linieritas tidak dipandang secara kaku.
Hal ini membantu setiap orang untuk bisa tetap menjadi dosen meskipun program studi S1 dan S2 tidak linier. Sebab dikembalikan ke mata kuliah yang diampu di kampus tempat dosen tersebut mengajar.
Misalnya saja, seorang dosen ketika kuliah S1 mengambil jurusan desain dan untuk S2 mengambil jurusan manajemen atau M.M. Ketika di kampus, dosen tersebut bisa masuk ke fakultas desain namun mengajar ke mata kuliah kewirausahaan.
Sehingga yang linier disini adalah mata kuliah yang diampu dengan jurusan pendidikan terakhir dosen tersebut. Sebab di fakultas desain tadi juga ada mata kuliah kewirausahaan yang tentu lebih ideal diampu oleh dosen yang punya ilmu kewirausahaan sekaligus desain.
Jadi, apakah dosen harus linier? Jawabannya memang tidak harus, namun tetap ada kesesuaian dengan setiap program studi yang diambil sekaligus dengan mata kuliah. Selain itu, kebijakan internal kampus juga cenderung berbeda-beda.
Tidak sedikit dosen PNS yang S1 maupun S2 tidak linier namun masih bisa mengajar sebagai dosen bahkan dosen PNS. Namun ada beberapa kampus yang meminta semua dosen di dalam institusinya memiliki pendidikan yang linier.
Sehingga, semua orang yang bercita-cita menjadi dosen lebih aman jika mengambil jurusan yang linier. Supaya bisa menjadi dosen di lebih banyak kampus dibanding mengambil jurusan tidak linier tadi.
Selain itu, dosen harus linier atau dosen yang bisa mengambil pendidikan linier juga lebih mudah untuk mengurus jabatan akademik. Misalnya saja lebih mudah memenuhi syarat untuk mengajukan diri menjadi Guru Besar atau Profesor.
Oleh sebab itu, jika memang sejak awal sudah tertarik menjadi dosen dan ingin menekuninya secara profesional. Usahakan untuk mengambil jurusan pendidikan yang linier karena ada lebih banyak kemudahan bisa didapatkan selama berkarir.
Baca Juga: Tips Lolos Serdos Menggunakan SISTER Ala Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti
Memahami bahwa aturan dosen harus linier meskipun sudah tidak begitu kaku, namun aturan ini tetaplah ada. Mengingat linieritas sangat bermanfaat bagi dosen maupun institusi tempatnya mengajar.
Berhubung linieritas ini memberi kemudahan untuk menjadi dosen sekaligus memberi banyak keuntungan seperti yang dipaparkan di atas. Maka penting sekali untuk memilih jurusan dengan teliti.
Sebab salah dalam memilih jurusan akan membuat masa kuliah S1 sepanjang 4 tahun terasa menyiksa. Lebih-lebih jika siksaan ini harus berlanjut sampai S2 atau S3. Jadi, sudahkah kamu memilih jurusan dengan tepat?
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk bisa memilih jurusan dengan baik dan benar:
Pemilihan jurusan yang tepat akan membantu kamu untuk mengambil jurusan yang linier saat mengambil pascasarjana. Sehingga tidak merasa terbebani dengan kebijakan dosen harus linier.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
View Comments
Apakah jika S1 dan S2 Psikologi, kemudian S3 mengambil jurusan kesehatan masyarakat/promosi kesehatan, masih bisa dikatakan linier?