Dosen dipandang sebagai sosok pendidik yang profesional. Dalam tugasnya, dosen berprestasi mengemban tanggung jawab memberikan ilmu yang telah dipelajarinya bertahun-tahun, kepada calon penerus bangsa. Di antaranya, bisa saja menjadi ilmuwan baru yang sama seperti dosennya atau malah melebihi.
Indonesia, sebagai negara berkembang, masih mengatur bagaimana agar sistem pendidikan tidak tertinggal dari negara maju. Namun, di antara peliknya sistem pendidikan, ternyata ada pelaku pendidik yang berhasil mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Mereka bahkan mendidik mahasiswa internasional di negara maju.
Ya, mereka adalah dosen asal Indonesia yang berhasil menembus dinding universitas luar negeri. Tak hanya negara tetangga, namun juga menjadi pendidik bagi mahasiswa Eropa dan Amerika. Dengan ilmu yang mereka miliki, dosen-dosen tersebut mengajarkan kuliah di universitas terkenal di luar negeri. Penasaran siapa dosen muda tersebut?
1. Salah Satu Dosen Berprestasi, Hadi Susanto
Hadi Susanto merupakan salah satu staf dosen di Faculty of Matemathical Science di University of Essex, United Kingdom. Dosen berprestasi ini berasal dari Lumajang, Jawa Timur. Dulunya Hadi Susanto bukan termasuk orang yang mampu, bahkan hampir menyerah mengikuti UMPTN untuk masuk ITB karena kurangnya biaya.
Namun, karena dukungan keluarga yang kuat, akhirnya Hadi Susanto tetap mengikuti UMPTN dan lolos di ITB jurusan Matematika. Hadi Susanto melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Universitas Twente, Belanda dengan beasiswa hingga selesai.
Dalam website pribadinya, Hadi Susanto sudah menulis 65 jurnal internasional. Papernya sudah dikutip lebih dari 540 citation oleh peneliti lain. Saat ini Hadi masih bertempat tinggal di Essex, Inggris.
2. Ken Sutanto
Lengkapnya adalah Prof. Dr. Ken Kawan Soetanto, adalah seorang profesor di School of International Liberal Studies, Waseda, Jepang. Sebelumnya, Ken Sutanto menjabat sebagai Dekan Divisi Urusan Internasional Universitas Waseda, Jepang. Di saat yang sama, Ken juga direktur dari Clinical Education and Science Research Institue (CLEDSI)
Dalam website pribadinya tertulis bahwa sejak tahun 2005, Ken Sutanto menjadi profesor di Venice International University, Italia. Sebelumnya juga menjabat posisi fakultas di Drexel University dan Fakultas Kedokteran Thomas Jefferson University, Amerika Serikat.
Ken Sutanto mengaku bahwa ia seorang polymath (orang yang menguasai banyak bidang ilmu) di bidang Teknik, Kedokteran, Pendidikan, dan Farmasi Sains. Metode perkuliahan yang dibawakan Ken Sutanto terbilang unik, sehingga orang-orang menyebutnya sebagai Sutanto Effect.
3. Nelson Tansu
Prof. Nelson Tansu adalah salah satu generasi Indonesia yang juga berhasil menjadi pendidik di kancah internasional. Nelson merupakan Professor of Electrical and Computer Engineering di Leehigh University, Pennsylvania, USA. Sebelumnya, Nelson Tansu merupakan lulusan terbaik dari Yayasan Perguran Sutomo 1 Medan, yang kemudian melanjutkan studi S1 hingga S3 di Universitas Wisconsin, Madison, Amerika Serikat.
Berdasarkan website resminya, Nelson Tansu telah membuat publikasi jurnal internasional lebih dari 150 jurnal, 190 paper internasional, dan memegang lebih dari 14 paten di Amerika Serikat. Sebelumnya, Nelson Tansu pernah mengajarkan mata kuliah lebih dari 80 universitas yang tersebar di Amerika, Kanada, Eropa, dan Asia.
Namun sayangnya, Nelson Tansu pernah dicap sebagai akademia yang terobsesi dengan citranya sendiri. Hal ini pernah diulas bahwa Nelson memasukkan artikel sendiri secara berlebihan (contoh: 34 jurnal karangan sendiri dalam 41 referensi dalam satu publikasi), yang menyebabkannya menjadi contoh yang memalukan.
4. Taufik
Namanya sangat singkat. Bahkan di website resmi hanya tertulis Prof. Taufik. Pria lulusan SMAN 13 Jakarta ini merupakan profesor dan Director of Electric Power Institute di California Polytechnic State University, California.
Taufik mengaku tertarik dengan bidang rekayasa (engineering) sejak di SMA. Hal tersebut mengantarkannya meraih beasiswa S1 pemerintah Indonesia di Northern Arizona University bidang Computer Science jurusan Electrical Engineering. Pada tahun 1993 berhasil meraih peringkat Cum Laude.
Merasa sudah terlanjur berada di Amerika Serikat, akhirnya Taufik mengambil S2 dan S3 melalui program beasiswa. Pada tahun 1995 berhasil meraih gelar Master di University Illinois of Chicago bidang Electrical Engineering. Kemudian meraih gelar Doktor pada tahun 1999 di Cleveland State University.
Taufik telah membuat publikasi lebih dari 100 paper dan 18 jurnal internasional. Selain itu, Taufik juga memberikan seminar di berbagai universitas dan cukup sering mengisi di Indonesia. Menurut website resmi CalPoly, Taufik memiliki 1 hak paten di Amerika Serikat.
5. Yanuar Nugroho
Saat ini Yanuar Nugroho memang bukan dosen aktif di luar negeri, namun pernah menjadi dosen di Manchaster University, Inggris. Yanuar merupakan lulusan Teknik Industri ITB kemudian mendapat beasiswa British Council Chevening.
Yanuar melanjutkan studinya dan meraih gelar MSc di bidang Sistem Teknik Informatika di UMIST (University of Manchaster Institute of Science).
Pada tahun 2004, Yanuar mengambil program doktoral di Manchaster University. Tahun 2007 akhirnya menyelesaikan program PhD di bidang inovasi dan sosial perubahan sebagai lulusan tercepat. Yanuar ditawari untuk menjadi peneliti sekaligus pengajar di Manchaster University.
Di tahun 2012, Yanuar meninggalkan Inggris dan bergabung dengan Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan & Pengendalian Pembangunan (UKP4) sebagai Asisten Ahli Kepala UKP4. Yanuar bertanggung jawab melakukan perencanaan pembangunan Indonesia masa depan dan beberapa inisiatif strategis internasional.
Kini ia bertanggung jawab sebagai Deputi II Kepala Staf Kepresidenan yang menangani kajian dan pengelolaan program prioritas. Meskipun sebagai staf kepresidenan, ia masih tercatat sebagai Research Fellow di bidang inovasi dan perubahan sosial di Manchester Institute of Innovation Research, University of Manchester.
Itulah beberapa orang yang pernah dan masih menjadi dosen sekaligus peneliti di luar negeri. Tentunya masih banyak lagi yang berkontribusi hal sama di kancah internasional, namun yang di atas hanyalah sebagian kecil contoh.
Ada beberapa anggapan bahwa sebagai generasi Indonesia, sebaiknya mereka kembali ke tanah air untuk memajukan bangsa sendiri seperti yang dilakukan Yanuar Nugroho. Namun, ada juga pendapat untuk membiarkan mereka secara tak langsung menjadi duta Indonesia. Ketika karya mereka mendunia, nama Indonesia akan harum di dunia.
Kalau kamu berhasil menjadi dosen berprestasi atau ilmuwan di luar negeri, apa yang bakal kamu lakukan? Menjadi duta Indonesia atau pulang mengabdi di tanah air?