Dosen adalah pendidik dan pengajar untuk mahasiswa yang duduk di bangku perkuliahan. Mahasiswa umumnya punya dosen-dosen favorit atau yang dinilai inspiratif bagi diri mereka. Dosen-dosen yang dinilai inspiratif ini biasanya adalah dosen-dosen yang bukan hanya “dosen biasa” tapi dosen berprestasi.
Dosen biasa mungkin bisa ditujukan kepada para dosen yang sekedar mengajar dan melakukan tugas dan kewajibannya sebagai seorang dosen. Beliau tidak berusaha melakukan lebih dari sekedar tugas dosen. Pernah merasa mengetahui dosen yang masuk dalam tipe ini?
Nah, kalau ada dosen biasa pasti ada dosen yang luar biasa dong. Ya, seperti kata pepatah bahwa ada baik ada buruk, ada rajin ada malas, segala sesuatu memang memiliki padanan atau lawan. Begitu pula halnya dengan seorang dosen. Jika ada dosen yang biasa saja, maka ada pula dosen yang luar biasa. Dosen yang tergolong luar biasa atau tidak biasa ini biasanya memiliki segudang prestasi yang bukan hanya sebagai “seorang dosen” lho guys.
Dosen yang tidak biasa atau luar biasa umumnya tidak hanya berusaha mengabdikan dirinya sebagai seorang dosen untuk dunia pendidikan. Beliau berusaha berbuat lebih daripada itu untuk dapat memberikan kontribusi dari sisi lain. Menjadi peneliti atau pembicara beliau lakukan sebagai bagian lain dari pengabdiannya. Jadi, bukan hanya sekedar mengerjakan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya sebagai seorang dosen.
Pernah menemukan dosen luar biasa ini guys? Mungkin kamu bahkan memiliki atau mengenal dosen yang tidak biasa tersebut? Berikut ini adalah beberapa dosen berprestasi Indonesia yang sudah sepatutnya kamu kenal guys.
Baca Juga: Dosen yang akan selalu diingat oleh mahasiswa, apakah termasuk Anda?
Dosen cantik yang satu ini adalah salah satu dosen yang mengabdikan diri di Institut Teknologi Sepuluh Nopember alias ITS. Beliau adalah salah satu dosen wanita di Fakultas MIPA ITS. Baru-baru ini beliau membanggakan ITS, bahkan Indonesia dengan kemenangannya di sebuah ajang internasional.
Ya, Sri Fatmawati dengan gelarnya yang panjang tersebut berhasil menjadi salah satu pemenang dari lima peneliti wanita terbaik. Beliau mendapatkan penghargaan The 2016 Elsevier Foundation Awards for Early Career Women Scientists in the Developing World. Penghargaan ini secara khusus diselenggarakan di Washington DC, Amerika Serikat.
Pentingnya prestasi tingkat internasional yang dipersembahkan Sri Fatmawati ini adalah pengakuan yang diberikan terhadap penelitian yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan tersebut dinilai memiliki potensi dalam memberikan keuntungan di dunia kesehatan dan ekonomi. Penghargaan tersebut diberikan pada tanggal 13 Februari 2016 yang lalu.
Kemenangan Sri Fatmawati ini diperolehnya bersama dengan empat peneliti lain yang juga meraih kemenangan. Mulai dari Sushila Maharjan, Ph. D yang berasal dari Nepal, Magaly Blas, Ph. D yang berasal dari Peru, Etheldrera Nakimuli Mpungu, Ph. D yang berasal dari Uganda, dan Ghanya Naji Mohammed Al-Naqeb, Ph. D yang berasal dari Yaman. Penghargaan bergensi ini doberikan pada acara the Gender & Minorities Networking Brealfast at the American Association for the Advancement of Science (AAAS) Annual Meeting yang berlokasi di Washington DC.
Prof. Dr. Ken Soetanto, mungkin ada banyak di antara kamu guys yang pernah melihat dosen berprestasi ini di televisi. Ya, beberapa waktu yang lalu beliau hadir sebagai salah seorang narasumber dalam acara talk show Kick Andy!. Penasaran dengan seorang Ken Soetanto?
Ken Soetanto, dengan gelarnya sebagai seorang profesor adalah asli Surabaya yang menjadi guru besar di Jepang dengan empat gelar doktor. Gelar doktor tersebt diperoleh Ken di usianya yang masih 37 tahun pada saat itu. Beliau juga adalah penerima tiga gelar fellow alias penghargaan dari academic society dari Amerika Serikat dan juga Jepang. Wow banget kan guys??
Seorang Ken Soetanto tidak berhenti pada menjadi seorang dosen dan guru besar. Beliau mendapatkan dana penelitian dari Pemerintah Jepang dan Amerika. Dana penelitian yang diperoleh sebesar 23 miliar dolar atau jika dalam kurs mata uang Indonesia saat itu sekitar 200 milyar rupiah. Profesor yang satu ini memang masih membuat kita berdecak kagum kan guys??
Walaupun awalnya sempat diremehkan saat berniat dan akan memulai berkuliah di negara sakura, Ken Soetanto tidak menyerah. Beliau tetap semangat dan bekerja keras hingga akhirnya di tahun 1985 beliau mendapatkan gelar doktor dari Tokyo Institute of Tecnology. Tiga gelar doktor lainnya diperoleh dari ilmu kedokteran Universitas Tohoku, ilmu farmasi Science University of Tokyo, dan ilmu pendidikan Universitas Waseda.
Berbagai penghargaan alias banyak penghargaan pernah diperoleh oleh Prof. Dr. Ken Soetanto. Satu di antaranya adalah Outstanding Achievement Award in Medicine and Academia. Penghargaan ini diperoleh tahun 1990 dari Pan Asian Association of Greater Philadelphia, Amerika Serikat. Beliau juga mendapatkan predikat sebagai profesor riset terbaik sekaligus profesor mengajar terbaik dari tahun 1994-2000 di Toin University of Yokohama.
Ken Soetanto juga seorang profesor dan doktor yang paling sering memohonkan hak paten di Jepang. Beliau adalah orang yang dalam 125 tahun terakhir adalah satu-satunya orang yang menduduki jabatan setingkat kepala divisi di Universitas Waseda. Hingga kini ada 1100 karya ilmiah Soetanto yang sudah dipublikasikan. Bagaimana menurutmu, menginspirasi banget kan guys??
Simak Pula: Dukungan dikti kepada para dosen muda nan pemula
Kalau dari namanya kamu pasti tahu dan sudah bisa menebak kalau dosen yang satu ini asalnya adalah dari Bali, Indonesia. I Made Arsana adalah dosen teknik geodesi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta guys. Menamatkan pendidikan sarja di UGM, beliau menamatkan pendidikan pasca sarjana di Universitas New South Wales dan menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Wollongong.
Penasaran dengan apa yang menjadi prestasi dosen yang satu ini? Nah, kamu perlu tahu guys, beliau ini sudah menerbitkan alias mempublikasikan sekitar 200 karya dalam berbagai bentuk, baik jurnal, makalah konferensi, artikel koran, kuliah umum, bahkan artikel majalah. Karya tulis seorang I Made Arsana pun sudah pernah dipresentasikan di berbagai konferensi di Asia, bahkan merambah Australias, Eropa, dan Amerika.
Tidak cukup dengan semua prestasi tersebut, I Made Arsana juga menggeluti berbagai aktivitas dan organisasi, bukan hanya dalam skala nasional namun juga dalam skala internasional. Seorang I Made Arsana juga sudah menerbitkan dua buah buku di konsentrasi bidang aspek teknis/ geodesi hukum laut dan satu buah buku di bidang teknologi informasi. Beliau juga menjadi penulis bersama dari beberapa buah buku yang diterbitkan di Jerman, Australia, Singapura, Belanda, bahkan Amerika Serikat.
Penasaran dengan penghargaan yang diperoleh? I Made Arsana pernah menjadi juara umum dalam perlombaan Karya Tulis Inovatif yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajara Indonesia di Perancis. Saat itu makalahnya bercerita tentang sengketa blok Ambalat. Dua puluh dua negara menjadi saksi bisu bagaimana I Made Arsana pernah memaparkan penelitiannya kepada dunia. TOP banget kan dosen yang satu ini guys???
Nah itu tadi adalah tiga dosen Indonesia yang prestasinya diakui bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Beliau selalu haus akan kesempatan yang terbuka lebar dan gemar menangkap peluang untuk terus melakukan yang terbaik sebagai seorang dosen. Bercita-cita menjadi seperti beliau guys???
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…