Tuntutan perguruan tinggi makin hari makin banyak. Imbauan untuk memperbaiki mutu pendidikan dan kinerja dosen hingga meningkatkan jumlah penelitian menjadi warna dalam kancah pendidikan tinggi.
Terlebih saat ini, penelitian dan riset yang lebih sesuai kebutuhan masyarakat, aplikatif, dan sebisa mungkin komersil menjadi agenda besar yang gencar digalakan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa hal ini masih menemui berbagai kendala dalam pelaksanaannya.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi tuntutan Kemenristek dikti terkait peningkatan riset dan penelitian. Satu dari sekian cara yang telah dilakukan adalah berkolaborasi dengan negara lain. Sampai saat ini, Indonesia telah bekerjasama dengan berbagai negara.
Beberapa kerjasama bilateral yang terjalin dan dapat dijadikan contoh adalah kerjasama dengan Swedia, Jerman, dan Perancis. Hal ini bisa dijadikan langkah alternatif untuk meningkatkan jumlah penelitian dan riset di Indonesia.
Nantinya, para peneliti dan dosen di Indonesia bisa belajar kepada peneliti atau dosen asing untuk menciptakan penelitian yang menghasilkan produk serta lebih aplikatif.
Tidak hanya itu, kelayakan hasil penelitian untuk diterbitkan dalam jurnal internasional juga bisa dipelajari sehinggamampu memenuhi target publikasi ilmiah yang ditetapkan Kemenristek dikti.
Baru-baru ini Indonesia telah memperkuat kerjasama dengan Swedia, dengan menitikberatkan pada bidang riset dan pendidikan tinggi. Kolaborasi ini dikembangkan sebagai langkah awal mempertemukan 100 orang peneliti di Indonesia dan Swedia.
Kerja sama yang terjalin di antara kedua negara tersebut diterapkan dengan mempromosikan kolaborasi baru area-area strategis riset dan pendidikan tinggi. Poin-poin penting dalam kerjasama Indonesia-Swedia ini antara lain berbagi pengalaman dalam riset, mempromosikan kerjasama, dan memunculkan inovasi dalam area-area yang menjadi ketertarikan bersama kedua negara.
Tidak hanya bekerja sama dengan Swedia, Indonesia juga bekerjasama dengan Jerman di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kerjasama ini bahkan telah berlangsung selama 12 tahun. Indonesia dan Jerman bersinergi dalam Science for Protection of Coastal Marine Ecosystems (SPICE).
Kerjasama yang telah disepakati sejak 2003 ini bertujuan melindungi ekosistem perairan Indonesia lewat kolaborasi riset. Dalam kesepakatannya, Indonesia mengajukan Kemenristek dikti dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sementara itu, focal point dari jerman adalah Leibniz Center for Tropical Marine Ecology (ZMT).
Pada pelaksanaan pogram SPICE, selain kedua kementerian dari Indonesia itu turut berpartisipasi BPPT, LIPI, dan berbagai universitas yang terlibat. Dari kerjasama tersebut, diadakan konferensi untuk mempresentasikan hasil kegiatan.
Sebagai tindak lanjutnya, hasil kolaborasi riset dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan untuk Indonesia dan Jerman. Lebih jauh, hasil penelitian kedua negara ini dapat dijadikan sebagai best-practice.
Baca juga: NIDK, Inilah Syarat Umum dan Khusus untuk Mendapatkannya
Masih ada lagi kerjasama antara Indonesia dengan negara Eropa lainnya, yaitu Perancis. Kerjasama antarnegara ini dilakukan dengan mengadakan pertukaran peneliti. Bidang-bidang kerjasama lebih diprioritaskan ke infrastruktur, maritim, dan transportasi di Indonesia.
Selama kurang lebih 2 tahun, program kerjasama ini juga dilakukan untuk mengembangkan ekonomi di Indonesia sendiri. Kerjasama yang baik antara Indonesia dan Perancis ini ke depannya akan ditingkatkan dengan menambah alokasi dana, dari BUMN karena tidak ada alokasi dari APBN.
Kerjasama bilateral dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam program penelitian kenyataannya memberikan dampak positif bagi kedua negara. Terlebih bagi Indonesia, kerjasama bilateral seperti itu bisa dilakukan guna meningkatkan kegiatan penelitian dan riset di Indonesia.
Selain itu, Indonesia akan terbantu dalam menemukan solusi atas permasalahan di berbagai bidang. Hasil penelitian yang dilakukanpun dapat bermanfaat ke depannya, baik sebagai rekomendasi kebijakan pemerintah maupun diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.
Sumber:
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…