Inspirasi

Dede Ananta, Dosen Muda Berprestasi Bidang Fashion Designer

Menjadi dosen tidak pernah terpikirkan oleh seorang Dede Ananta Kurniawan P. S.Ds., M.Sn., sebelumnya. Rasa penasaran dan merasa tertantang menjadi dosen muncul ketika ia mendapat tawaran pertama kali untuk mengajar di Islamic Fashion Institut (IFI) Bandung yang langsung ia terima. Tak sekadar menjadi dosen, tetapi Dede menjadi dosen muda berprestasi dalam bidang fashion designer.

Perjalanan Menjadi Dosen

Dua tahun pasca menyelesaikan pendidikan S2 nya di ISBI, pada 2017 saat usia Dede tepat 25 tahun, ia mendapat tawaran mengajar di IFI yang merupakan sekolah Fashion Muslim pertama di Asia. Setahun kemudian, pada Januari 2018 kembali Dede ditawari untuk mengajar di Telkom University di Fakultas Industri Kreatif Jurusan Kriya Tekstil Mode dengan status dosen luar biasa.

Selang beberapa bulan mengajar di Telkom University Dede mendapat tawaran oleh dosen S2-nya untuk mengajar di ISBI Fakultas Seni Rupa dan Desain Jurusan Rias dan Busana sebagai dosen PPNPN (Honorer). “Dan pada akhirnya sekarang saya menjadi Dosen Tetap di FK FSRD Jurusan Kriya Seni ISBI Bandung setelah mengikuti Seleksi CPNS pada tahun 2018,” ungkapnya.

OCTOBER 24: Models walk the runway of Fashion Designers Competition (Lomba Perancang Mode) Menswear powered by Grab Indonesia collection by Dede Ananta during the Jakarta Fashion Week 2017 in Senayan City, Jakarta.

Tertarik Menjadi Dosen

Ketertarikan Dede menjadi dosen adalah ketika sering mendengar teman-temannya bercerita tentang pengalaman menjadi dosen. Hal itu membuat Dede penasaran dan tertantang bagaimana rasanya mengajar di depan kelas karena ia menyadari sebelumnya tidak ada skill dalam mengajar apalagi menjadi dosen.

“Lingkungan saya tidak jauh dari temen-temen yang berprofesi sebagai dosen dan guru sehingga saya banyak mendengar cerita dan pengalaman temen-temen saya sebagai dosen dan hal itu yang membuat saya memiliki rasa penasaran dan tertantang,” aku pria 28 tahun tersebut.

Dari hal tersebut Dede berfikir untuk mencoba menerima kesempatan yang datang kepada saya untuk mengajar di IFI. Meskipun itu adalah pengalaman pertamanya mengajar, tetapi Dede begitu menikmati sekali prosesnya. Terlebih ia dapat bertemu dan berinteraksi dengan mahasiswa, berdiskusi, dan melihat mahasiswa tersebut dapat mengerti serta menerapkan materi yang ia sampaikan dan ajarkan. Mulai dari situlah kemudian tawaran demi tawaran mengajar datang untuk Dede, yaitu di Telkom University dan ISBI Bandung.

Tujuan Menjadi Dosen

Dosen muda ini mengaku sangat menikmati menjadi seorang dosen, ternyata ia sangat senang akan tantangan dan hal baru. Menjadi dosen dapat membuatnya terus belajar bagaimana cara bersikap untuk menghadapi mahasiswa yang memiliki beragam karakter, dapat mengeksplorasi keahliannya di bidang pendidikan dan dapat berkontribusi dalam memajukan pendidikan Indonesia.

Memutuskan untuk menjadi dosen, Dede juga terinspirasi dari sosok dosen ketika ia S1 di STISI Telkom, Pak Doddie. Dede kagum akan banyaknya pengalaman sang dosen, hal itu terlihat dari sebelum mengajar dosen tersebut selalu memberikan ceramah singkat atau sharing untuk memberikan motivasi kepada anak didiknya. Tak hanya itu, tetapi juga nilai-nilai agama serta nasehat-nasehat layaknya seorang ayah kepada anaknya.

“Beliau menyampaikan hal tersebut dengan bahasa yang ringan, tidak terkesan menggurui dan tidak pelit akan ilmu,” katanya.

Perjalanan Menjadi Dosen di ISBI

Perjalanan Dede menjadi dosen tetap di ISBI bukan hal yang mudah tapi juga terbilang tidak terlampau sulit. Setelah menjajaki pengalaman mengajarnya pertama di IFI, kemudian mengajar di Telkom University dan selanjutnya menjadi dosen di ISBI. Awalnya tawaran mengajar di ISBI itu datang dari dosen S2-nya yang memintanya untuk membantu mengajar di FSRD Jurusan Rias dan Busana di ISBI Bandung dan statusnya sebagai dosen PPNPN/honorer.

Tak mengapa, Dede menjalani profesinya sebagai dosen dengan senang hati di ISBI dan di dua sekolah fashion lainnya tersebut. Sampai pada akhirnya ada pengumuman mengenai Pembukaan Seleksi CPNS tahun 2018. Awalnya Dede sama sekali tidak tertarik untuk mengikuti test CPNS, namun karena dorongan orang tua yang sangat luar biasa ditambah dengan suport dari teman-teman dekatnya, Dede pun memutuskan untuk mengikuti test tersebut.

Kebetulan ISBI Bandung saat itu membuka lowongan untuk tenaga pengajar di FK FSRD pada semua Jurusan. Dede mengaku, banyak sekali tantangan dalam proses mengikuti seleksi CPNS tersebut, mulai dari salah memilih jurusan, jadwal ujian yang bentrok dengan kegiatan Pameran di luar kota, dan nilai TPA tidak sesuai target.

Namun, beruntung pada akhirnya ada peraturan baru dari pemerintah yang menerapkan sistem Rangking pada nilai TPA yang membuat saya lulus dan bisa lanjut ketahap selanjutnya yaitu test SKB.

“Pada akhirnya saya bisa lulus dan diterima sebagai dosen tetap di FK FSRD Jurusan Kriya Seni ISBI Bandung. Alhamdulillah,” ujarnya senang.

Dede Ananta saat menerima penghargaan atas Juara 3 Moft Kemeprin. (Sumber Foto: dok. Dede Ananta)

Memilih Bidang Fashion

Ketika ditanya alasannya mengapa memilih bidang fashion untuk digeluti, Dede menjelaskan sejak kecil sudah senang memadupadankan pakaian untuk dikenakan sehari-hari dan ia sangat peduli akan penampilan karena itu adalah visual utama yang orang lain lihat. Ketika SMP bakat menggambar Dede sudah terlihat, sehingga kedua orang tuanya mendaftarkannya ke SMK Jurusan Tata Busana.

Di SMK Dede cukup Berprestasi dan aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah, sehingga ia melanjutkan sekolah ke jenjang S1 pada tahu 2009 di STISI Telkom yang sekarang menjadi Telkom University jurusan Kriya Tekstil dan Mode. Selanjutnya, Dede mendalami keilmuannya dengan menempuh S2 di ISBI Bandung Jurusan Pengkajian Seni pada tahun 2013.

“Fashion merupakan satu bidang yang saya senangi, saya bisa berekspresi melalui fashion. Saya senang memadupadankan pakaian agar terlihat menarik dan memberikan tampilan yang berbeda dari sebelumnya. Melalui fashion saya bisa melihat karakter seseorang dari penampilannya dan fashion memiliki cerita atau sejarah dalam setiap perkembangannya,” jelasnya.

Dosen Muda Berprestasi Bidang Fashion Designer

Selain menjadi dosen pria kelahiran Medan, 22 Februari 1992 ini juga sibuk mengikuti kompetisi di bidang fashion, ia pun pernah meraih juara 3 dalam kompetisi LPM Mens Wear di Jakarta Fashion Week 2018, menjadi Top 20 Indonesia Young Designer Competition di Indonesia Fashion Week 2019, dan terakhir menjadi Juara 3 dalam Modest Fashion Project Competition 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.

Tak hanya itu, di tahun 2018 Dede juga terpilih sebagai partisipan pada kegiatan IKKON yang diadakan oleh BEKRAF untuk berkolaborasi dengan pengrajin daerah, yang kebetulan Dede mendapat tugas di Kabupaten Siak, Pekanbaru. Riau. Selain aktif mengajar dan kegiatan fashion show, Dede juga aktif mengikuti pameran Nasional dan Internasional serta menjadi kurator dalam Program UMKM IKRA binaan Bank Indonesia.

Saat menjadi partisipan dalam IKKON di Riau, Dede dan tim mengadakan workshop kepada siswa-siswi SMK Tata Busana mengenai Fashion, mengadakan Workshop kepada ibu-ibu PKK dan komunitas daerah. Di sana ia juga berkolaborasi dengan pengrajin lokal untuk mendampingi mereka agar menghasilkan produk yang lebih baik lagi dan dapat dipamerkan pada tingkat nasional dan internasional.

Dede Ananta ketika mengisi Workshop Drapping di SMK Tata Busana di Siak. (Sumber Foto: dok. Dede Ananta)

Dari kegiatan IKKON tersebut dosen muda berprestasi ini menemukan kemungkinan-kemungkinan dalam mengembangkan kain tenun Siak sesuai dengan perkembangan zaman. Konsep menganyam dapat diaplikasikan pada busana muslim yang bergaya casual sporty dengan konsep ready to wear. Itulah yang menjadi temuan dan akhirnya menjadi penelitiannya.

“Saat ini saya sedang menulis beberapa jurnal mengenai karya-karya yang telah saya ciptakan, mengerjakan beberapa koleksi untuk kebutuhan fashion show virtual, bekerja sama dengan stylist dan wardrobe TV untuk mensuport atris melalui karya saya dan mengikuti pameran nasional,” terangnya.

Harapan

“Harapan saya Jurusan Kriya Seni dapat terus berkembang dan menghasilkan lulusan yang berkualitas, berdaya saing dan diperhitungkan dalam dunia kerja. Selalu melestarikan kebudayaan dan berinovasi,” imbuh dosen muda berprestasi tersebut. (duniadosen.com/titisayuw)

Redaksi

Recent Posts

Cara Mengecek Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi, Pahami Sebelum Publikasi

Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…

18 hours ago

Kontrak Perkuliahan di Kelas: Urgensi, Fungsi dan Isi

Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…

19 hours ago

Pencangkokan Dosen untuk Memenuhi Indikator Kinerja

Secara garis besar, kegiatan akademik dosen yang bersifat wajib ada tiga dan mengacu pada tri…

19 hours ago

19 AI untuk Membuat Pertanyaan yang Bisa Diandalkan

Mempertimbangkan penggunaan AI untuk membuat pertanyaan tentu menarik untuk dilakukan. Sebab, pada saat membuat pertanyaan…

1 day ago

Isian Data Publikasi untuk Kenaikan Jabatan Fungsional

Memahami apa saja isian data publikasi untuk kenaikan jabatan fungsional di SISTER tentu penting karena…

1 day ago

Cara Dosen Menjadi Narasumber untuk Penuhi Indikator Kinerja

Sesuai dengan Kepmendikbud Nomor 500 Tahun 2024, salah satu indikator kinerja dosen adalah dosen menjadi…

1 day ago