Inspirasi

Dari Reparasi Komputer dan Dipercaya Jadi Dosen IT, Ini Kisah Agus Nurofik

Agus Nurofik, S.Kom, M.M. memiliki kisah unik dibalik perjalanan karirnya menjadi dosen IT. Sebelum memutuskan menjadi dosen di STIE Perdagangan Padang pada 2015 silam, Agus memang  telah memiliki usaha di bidang IT Service. Bahkan sebelumnya, Agus juga telah bekerja di sejumlah perusahaan besar ternama dan sempat menjabat sebagai Leader IT Engineering di PT Acer Indonesia tahun 2011-2014.

“Sebelum jadi dosen IT saya memang sudah bergerak di bidang usaha IT Service dan orang STIE Perdagangan kenal saya lewat web (http://agnicompdg.simplesite.com) yang saya punya di internet. STIE Perdagangan kerap menggunakan jasa saya. Kebetulan, di kampus tersebut posisi dosen komputer sedang kosong saat itu dan saya ditawari  untuk mengajar komputer,” ungkapnya.

Tanpa pikir panjang, pria kelahiran Malang 10 April 1979 ini menerima tawaran sebagai dosen IT, meski saat itu Agus masih lulusan S1 Teknik Informatika. Akhirnya sembari mengajar, Agus melanjutkan S2 Magister Manajemen di STIE “KBP” dan lulus tahun 2017.

Padahal sebelumnya, Agus sempat bekerja di tiga perusahaan besar dengan gaji yang sangat lumayan. Namun hingga akhirnya ia lebih memilih dosen, karena menurutnya berkecimpung di bidang akademik terdapat banyak tantangan.

Menjadi dosen ditantang untuk terus selalu memperbaharui keilmuannya. Dibanding bekerja di sebuah perusahaan, Agus merasa jenuh karena melakukan pekerjaan yang monoton dan bertemu orang yang sama setiap hari dan bertahun-tahun. Berbeda ketika Agus menjadi dosen, selain dituntut untuk memperbaharui keilmuannya, ia juga selalu berhadapan dengan mahasiswa yang berbeda-beda.

“Bertemu mahasiswa beda-beda kelas akan membuat fresh bagi saya dan selalu semangat dalam penyampaian materi. Beda dengan bekerja di kantor, kita selalu datang pagi pulang malam, pekerjaan selalu menumpuk dan pekerjaannya monoton itu-itu saja. Itu yang menimbulkan rasa bosan dan jenuh,” ujarnya.

Sebelum menjadi dosen, Agus berpikir tugas dosen hanyalah mengajar. Tapi setelah terjun menjadi dosen, Agus mengaku sempat menemui kendala yaitu tugas-tugas administrasi yang harus dikerjakan terutama terkait tridharma perguruan tinggi. Diakui Agus, pada awalnya ini memang kendala namun lambat laun hal itu disadarinya menjadi sebuah tantangan yang menyenangkan ketika dikerjakan.

Agus yang memiliki jiwa dan hobi berpetualang, merasa semangat dan tertantang ketika ia harus melaksanakan penelitian. Terlebih penelitian yang merupakan syarat untuk mendapatkan sertifikai dosen (Serdos). Hal inilah yang dinilai Agus sebagai beban yang menjadi penyemangat. Karena ketika melakukannya membuat sesuana baru yang berbeda, sehingga tidak pernah merasa bosan.

Alasan Memilih Bidang Komputer

Dosen yang hobi berpetualang dan membaca ini mengaku menekuni bidang komputer seja ia menempuh pendidikan S1 Teknik Informatika di STMIK Mitra Karya Bekasi. Pilihannya memilih jurusan tersebut dilatar belakangi oleh dasar pemikirannya bahwa semua sumber daya manusia ke depan akan digantikan robot. Sedang robot tidak bisa berjalan tanpa adanya program yang dihasilkan komputer. Oleh karena itulah, sejak Agus memutuskan kuliah S1 ia mulai konsern pada bidang Teknik Informatika.

Agus Nurofik, S.Kom., MM., (tengah) usai mengisi Pengabdian Masyarakat. (dok. Agus Nurofik)

“Sebelum masuk kuliah saya sudah hobi sekali mengutak-atik komputer. Padahal waktu itu belum paham betul apa itu komputer, tetapi saya terus berjuang mencari tahu tentang seluk beluk komputer dan jaringan ke teman-teman yang lebih paham. Meski saat itu rumah teman saya jauh, tetap saya tempuh demi belajar dan mendapat ilmu tentang menangani komputer yang bermasalah,” jelas suami dari Nini ini.

Dosen Bukan Cita-cita Tapi Mengalir Begitu Saja

Agus memang terlahir bukan dari orang tua yang berlatar belakang sebagai pendidik. Kastam ayahnya dan Lasminah ibunya bekerja sebagai petani. Tapi motivasi sebagai pendidik itu lahir, dari sosok paman dan banyak keturunan dari sang kakek yang berkecimpung di dunia pendidikan baik sebagai guru di sekolah maupun mengajar di pesantren.

Sebagai seorang dosen, Agus menyadari perannya sebagai pendidik yaitu menyalurkan keilmuan yang dimiliki kepada mahasiswanya. Agus ingin ilmu yang diperoleh semakin bermanfaat dan terus dikembangkan oleh generasi penerus bangsa. Dan menjadi dosen yang baik versi Agus adalah dosen harus memahami karakteristik kultur wilayah dimana dosen mengajar.

“Sebab tingkat budaya, IQ, dan karakter setiap mahasiswa pasti beda-beda. Sebagai dosen harus menjaga komunikasi terhadap mahasiswa agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Di samping kita harus tetap update keilmuan untuk menyesuaikan dimana mayoritas mahasiswa sekarang ada generasi millenial,” tuturnya.

Meski menjadi dosen bukanlah cita-citanya atau impiannya. Proses Agus menjadi dosen terjadi begitu saja. Anak ke dua dari tiga bersaudara ini yakin, profesi yang tengah ia jalani saat ini merupakan rencana terbaik dari Allah SWT. Agus pun merasakan begitu ia menemukan kemudahan dan kenyamanan dalam menjalaninya.

“Cita-cita ingin jadi TNI tapi tidak kesampain, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah lagi. Motivasi saya ”Selagi kita yakin insya Alloh, Alloh selalu memberi jalan” dan Motto hidup saya ‘’Tanamlah kebaikan insya Alloh akan tumbuh kebaikan juga,” yakinnya.

Suka Duka

Profesi dosen memang menyenangkan dan penuh tantangan. Namun, Agus mengakui ada sisi dukanya yaitu dosen di Indonesia memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat banyak. Dosen harus menjalankan tridharma perguruan tinggi, ditambah tuntutan administrasi yang diberikan Ristekdikti.

(dok. Agus Nurofik)

Namun, duka itu terkadang tak terasa karena lebih banyak suka ketika Agus menjalani profesi dosen. Ia merasa terhibur saat bertemu dengan mahasiswa yang beragam karakter. Pengalaman yang paling berkesan menurutnya adalah mengetahui dan memahami bagaimana cara menulis dan menerbitkan buku, serta melakukan penelitian.

“Selama menjadi dosen baru menulis 2 buku, yaitu buku Aplikasi Komputer dan sudah punya ISBN dan satu lagi buku Sistem Informasi Manajemen yang sedang proses,” katanya.

Proses Mengajar

Menurut Agus, ada cara yang harus diubah dalam cara mengajar dosen. Karena mahasiswa zaman dulu berbeda dengan karakter mahasiswa masa kini. Di era revolusi 4.0 ini semua dituntut serba cepat dan mudah.  Materi-materi perkuliahan saat ini sangat mudah didapat dan dijangkau mahasiswa. Mahasiswa tidak perlu repot ke toko buku atau perpustakaan, mereka cukup membuka handphone dan memperoleh ragam materi perkuliahan baik secara nasional maupun internasional.

“Secara otomatis sistem pembelajaran pasti berubah yaitu dengan cara bagaimana membangkitkan mahasiswa menggunakan kecanggihan gadgetnya untuk mencari hal-hal positif. Karena itu sebagaian dari media belajar mahasiswa zaman sekarang, kalau itu berhasil kita terapkan mahasiswa lebih mandiri,” terangnya.

Dalam menghadapi revolusi 4.0 dosen juga dituntut untuk cepat tanggap terhadap teknologi. Segala perubahan dan perkembangan teknologi dosen harus segera mensosialisasikan kepada mahasiswa, terutama dalam segi pembelajaran di kampus. Agus berharap mahasiswanya ketika lulus benar-benar siap menghadapi industri yang serba digital.

“Kami sebagai dosen menerapkan pembelajaran blended learning atau daring, tugas maupun ujian saya juga menerapkan sistem online,  sehingga mengurangi pemakaian kertas,” katanya.

Dalam proses mengajar, Agus juga memahami kebiasaan mahasiswa millenial. Agus juga kerap menjadikan sosial media sebagai ajang menyebarkan informasi kampus maupun materi perkuliahan. Hal tersebut guna mengantisipasi kejenuhan mahasiswa dalam mengikuti kuliah. Ketika mahasiswa enjoy, Agus juga menyelipkan nasehat-nasehat keagamaan dengan tujuan mahasiswa tetap memiliki ahlakul kharimah agar tidak menyalah gunakan perkembangan teknologi.

“Teknik saya dalam mengajar tidak lepas dari peralatan teknologi saat ini. Kami selalu menggunakan ataupun internet untuk menyampaikan keilmuan ke mahasiswa, dan kebetulan saya dosen dib idang komputer, mau tidak mau harus membiasakan mahasiswa menggunakan teknologi. Agar mereka tidak canggung lagi ketika lulus dan menghadapi dunia kerja mereka mampu bersaing dengan lulusan lainnya,” harapnya.

Motivasi dan Keluarga

Arti kesuksesan bagi Agus adalah menjadi orang bermanfaat dan membahagiakan oarang-orang yang disayangi, terutama keluarga. Ayah dari Muhammad Aldo Prasetio ini memang sosok kebapakan yang hangat kepada kelaurganya. Meski disibukkan dengan tugas sebagai dosen dan pengusaha, Agus selalu memberi waktu khusus untuk keluarga. Terlebih sang Istri Nini yang memahami sosok suami, sehingga senantiasa memberi dukungan.

“Istri saya yang selalu memberi dukungan penuh terhadap profesi saya. Meski terkadang rezeki adakalanya di bawah, Istri bisa tetap sabar dan support. Saya memang harus menjadwalkan waktu untuk keluarga, disamping saya harus bekerja profesional tapi tidak mengganggu waktu untuk keluarga,” bebernya.

Tak berbeda dengan kesuksesan, Agus memaknai prestasi dalam hidupnya juga cukup sederhana. Ia hanya ingin menjadi seorang yang terus bisa berbuat baik dan bermanfaat bagi orang-orang di sekelilingnya. Ia meyakini dengan berbuat baik, akan berdampak baik pula untuk kehidupannya tak hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Kesibukan Lain

Kesibukan lain Agus selain menjadi dosen adalah sebagai pelaku usaha di bidang IT Service dan Project. Ia bersyukur usahanya tersebut resmi memiliki IT Workshop yang ia beri nama ASP AgniCom Komputer berlokasi di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Usahanya tersebut pun telah menjalin kerja sama dengan perusahaan IT PT. Mitra Buana Komputindo, Jakarta yang mempercayakan usaha Agus untuk meng-handle customer yang ada di area Sumatera Barat.

(dok. Agus Nurofik)

Selain disibukkan dengan usahanya, Agus juga tetap melaksanakan tugas utama dosen yaitu tridharma perguruan tinggi yaitu dengan melakukan proyek penelitian UMKM di Era Revolusi 4.0. Selain itu, Agus juga beberapa kali melakukan Pengabdian Masyarakat. Di antaranya, PKM “Workshop Pembelajaran Dengan Media Digital Bagi Guru SMPN 5 Pariaman Dalam Menghadapi Revolusi 4.0” dan “Peningkatan Penghasilan UMKM di Era Revolusi 4.0 di Padang Pariaman”. Dalam acara tersebut, Agus berupaya menumbuhkan semangat entrepreneur pada siswa SMK dan mahasiswa, berdasarkan pengalaman Agus yang juga seorang pengusasa di bidang IT.

Agus berharap, STIE Perdagangan Padang selalu meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana demi kelangsungan proses belajar mengajar yang lebih baik. Dan yang tak kalah penting dilakukan oleh pihak kampus yaitu meningkatkan kesejahteraan para SDM-nya agar selalu mempunyai motivasi kerja yang tinggi. (duniadosen.com/ta)

Redaksi

Recent Posts

Cara Menyusun Artikel Jurnal dengan Prinsip Piramida Terbalik

Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…

4 days ago

Time Table dan Manfaatnya dalam Melancarkan Penelitian

Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…

4 days ago

Syarat dan Prosedur Pengajuan Pindah Homebase Dosen

Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…

4 days ago

Scope Jurnal & Cek Dulu Agar Naskah Sesuai Jurnal Tujuan

Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…

4 days ago

6 Cara Mengecek DOI Jurnal, Pahami untuk Isian Publikasi

Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…

4 days ago

Cara Mengecek Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi, Pahami Sebelum Publikasi

Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…

5 days ago