Mendukung kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh para dosen di Indonesia. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menyalurkan pendanaan sebesar Rp1,47 triliun di tahun 2025.
Penyaluran pendanaan tersebut melalui program hibah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tahun anggaran 2025. Tahun 2025, total ada 16.460 proposal usulan penelitian dan 4.126 proposal usulan pengabdian kepada masyarakat dinyatakan menjadi penerima pendanaan.
Bukti nyata dukungan tersebut, Kemdiktisaintek kemudian menggelar acara Penandatanganan Kontrak Pelaksanaan Program Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat tahun 2025 pada Rabu (28/5), bertempat di Auditorium Graha Diktisaintek, Jakarta.
Pendanaan untuk Mendorong Kolaborasi dan Inovasi
Dalam acara Penandatanganan Kontrak Pelaksanaan Program Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat tersebut, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, memberikan sambutan.
Brian menjelaskan bahwa program pendanaan dari Kemdiktisaintek merupakan stimulus untuk mendorong terjadinya kolaborasi di lingkungan perguruan tinggi dan menjadi stimulus untuk mendorong inovasi tanpa batas di kalangan dosen sampai mahasiswa.
Harapannya, pendanaan yang disediakan Kemdiktisaintek tersebut tidak hanya menjadi sumber satu-satunya melainkan mendorong para dosen untuk berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Sehingga mendapatkan sumber pendanaan dari sumber selain pemerintah.
“Kami berharap Bapak dan Ibu peneliti tidak hanya bergantung pada dana hibah, tetapi juga proaktif menjalin kemitraan,” kata Brian dalam sambutannya.
Kolaborasi dan inovasi di lingkungan perguruan tinggi diharapkan bisa lebih luas. Mulai dari berkolaborasi dengan pemerintah daerah, mitra dari dunia industri, mitra dari luar negeri, bermitra dengan perguruan tinggi lain khususnya PTNBH, dan lain sebagainya.
Sehingga, kegiatan penelitian yang dilaksanakan para dosen bisa lebih produktif dan lebih relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat luas. Sehingga, mampu mengembangkan iptek dan mengatasi berbagai persoalan di lapangan secara langsung.
“(Bermitra dengan) pemerintah daerah, dunia industri, mitra internasional, dan PTNBH. Dengan sinergi yang lebih luas, riset kita akan tumbuh lebih maju, relevan, dan berdampak nyata,” terangnya.
Peningkatan Jumlah Proposal Usulan yang Didanai
Dalam acara yang sama, salah satu yang disorot oleh Kemdiktisaintek adalah keputusan untuk mendanai lebih banyak proposal usulan. Pada tahun anggaran 2025, proposal enelitian dan pengabdian yang diusulkan para dosen melalui BIMA menembus 60.000.
Dengan rincian, ada sekitar 50.000 proposal usulan penelitian dan 10.000 proposal usulan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Jumlah ini dijelaskan mengalami peningkatan signifikan dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Setelah melewati proses seleksi administrasi, substansi, dan sebagainya sesuai ketentuan. Total ada 16.460 proposal usulan penelitian dinyatakan lolos seleksi dan berhak menerima pendanaan dari total 50.000 proposal yang masuk ke sistem BIMA.
Kemudian, pendanaan pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat tahun anggaran 2025 menerima 4.126 proposal usulan dari total 10.000 proposal yang diajukan di sistem BIMA oleh para dosen di seluruh wilayah Indonesia yang tersebar di 38 provinsi.
Kemdiktisaintek juga menjelaskan menggelontorkan pendanaan sebesar Rp1,285 triliun untuk 16 ribu lebih proposal penelitian. Kemudian menyediakan pendanaan sebesar Rp185,478 miliar untuk ribuan proposal pengabdian yang dinyatakan lolos seleksi.
Tingginya jumlah proposal usulan yang masuk di sistem BIMA dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya disambut baik oleh Kemdiktisaintek. Dalam sambutannya, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, hal ini memberi gambaran tingginya semangat kompetisi sehat di kalangan akademisi Indonesia.
Sejalan dengan tingginya antusiasme para dosen dan semangat berkompetisi secara sehat. Wamendiktisaintek juga menjelaskan Kemdiktisaintek mencoba membangun paradigma baru. Dimana pendanaan untuk kegiatan penelitian dan pengabdian diharapkan bisa mendorong kekuatan strategis bangsa Indonesia.
Sehingga, tidak lagi hanya berfokus pada pencapaian publikasi ilmiah yang tinggi dalam luaran wajib program pendanaan melainkan juga menghasilkan temuan atau hasil penelitian yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kami sedang membangun paradigma baru, yaitu Diktisaintek Berdampak. Riset bukan sekadar angka publikasi, tetapi kekuatan strategis bangsa. Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi tanpa inovasi teknologi,” kata Stella dalam sambutannya.
Stella juga menjelaskan bahwa setiap rencana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang diajukan melalui BIMA harus disesuaikan dengan prioritas nasional yang sudah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Beberapa bidang prioritas penelitian dan pengabdian tersebut adalah pada bidang ketahanan pangan, energi, air, serta hilirisasi industri. Sehingga, kesesuaian ini akan membantu penelitian dan pengabdian yang dijalankan para dosen berkontribusi langsung dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan, Fauzan Adziman, menjelaskan keinginan Kemdiktisaintek untuk mendukung penelitian berdampak sehingga mengutamakan penelitian yang memberi hasil nyata.
Kemudian pada penelitian dan pengabdian yang memilih lokasi di daerah-daerah dan di desa-desa di Indonesia. Sehingga ,kegiatan penelitian maupun pengabdian bisa mendorong kemajuan seluruh wilayah di Indonesia dan mengatasi berbagai masalah di daerah-daerah yang memang sulit untuk diatasi karena berbagai faktor.
“Kita (Kemdiktisaintek) ingin melihat riset yang hidup di desa-desa, memberi daya pada komunitas, mendorong kemandirian dan inovasi lokal,” terangnya.
Fauzan juga menyebutkan mengenai pentingnya hilirisasi dan kolaborasi dengan mitra industri dalam kegiatan penelitian yang dijalankan para dosen di Indonesia. Hilirisasi dalam penelitian para dosen akan mendorong adanya hasil penelitian aplikatif.
Dimana hasil penelitian tersebut bisa langsung diterapkan di masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Sementara kolaborasi dengan mitra industri akan membantu mendapatkan dukungan pendanaan dan nonpendanaan (fasilitas, akses pasar).
Selain itu, kolaborasi ini juga mendukung penelitian para dosen agar menghasilkan inovasi yang menguntungkan bagi industri di Indonesia, yakni dengan temuan-temuan baru yang menghasilkan teknologi untuk mendukung kegiatan produksi, pemasaran, dll secara lebih efektif dan efisien.
Dalam program pendanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tahun anggaran 2025, Kemdiktisaintek menerapkan pendekatan berbasis klasterisasi strategis. Pendekatan ini dipilih untuk meratakan pendanaan ke seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Klasterisasi membantu Kemdiktisaintek memahami kapasitas kelembagaan, rekam jejak, dan potensi setiap perguruan tinggi di Indonesia. Sehingga, pendanaan akan mendorong lebih banyak perguruan tinggi dari berbagai klaster melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang mengedepankan hilirisasi dan kolaborasi.
Perguruan tinggi yang masuk dalam klaster binaan maupun pratama bisa mengakses pendanaans ehingga meningkatkan produktivitas penelitian, pengabdian, dan jumlah publikasi serta inovasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat dan mitra industri.
Selain itu, skema Penelitian Kerja Sama antar Perguruan Tinggi (PKTP) juga dihadirkan dalam program hibah tahun anggaran 2025 sehingga mendorong perguruan tinggi lintas klaster untuk saling berkolaborasi dan melaksanakan penelitian yang mendorong kemajuan iptek dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tak hanya menyediakan pendanaan melalui program hibah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kemdiktisaintek juga menawarkan hibah penelitian lain yang lebih strategis, seperti Program Kosabangsa dan Program Mahasiswa Berdampak.