Karya tulis ilmiah tidak hanya berisi teks yang padat tetapi juga ada penambahan elemen lain. Salah satunya adalah gambar. Lalu, adakah aturan penulisan daftar pustaka gambar dalam karya tulis ilmiah?
Hal ini tentu menjadi salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan oleh para mahasiswa maupun peneliti. Sebab ketika mencantumkan kutipan, maka wajib menjelaskan sumbernya. Baik di kutipan tersebut, catatan kaki, maupun daftar pustaka.
Pertanyaannya, apakah aturan serupa juga berlaku untuk gambar? Secara umum, penambahan gambar dari sumber manapun, baik koleksi pribadi maupun sumber lain adalah wajib dicantumkan sumbernya. Berikut penjelasan detailnya.
Sebelum masuk ke pembahasan mengenai tata aturan penyusunan daftar pustaka gambar dalam karya ilmiah, pahami dulu apa dan kenapa perlu menambahkan gambar. Sebab penambahan gambar sifatnya tidak wajib dalam karya ilmiah, kecuali jika ada gambar grafik/tabel hasil analisis yang perlu disajikan atau gambar hasil bidikan kamera yang perlu ditunjukkan.
Meskipun demikian, penggunaan gambar hasil sketsa bisa saja dilakukan oleh penulis sebagai informasi penjelas. Selain itu, gambar juga bisa berupa ilustrasi sehingga menjadi bentuk pengungkapan visual atas sebuah hal yang ingin disampaikan ke pembaca. Ilustrasi ini bisa digambar secara manual maupun menggunakan aplikasi desain grafis. Jadi, pencantuman gambar pada karya ilmiah tidak hanya berupa tabel, grafik, dan foto pendukung.
Membahas mengenai daftar pustaka gambar, juga penting untuk membahas mengenai manfaat penambahan gambar tersebut. Penambahan gambar bisa disebut sebagai sebuah opsional yang bisa dilakukan maupun sebaliknya oleh penulis.
Ketika penambahan gambar dilakukan maka ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan. Dikutip melalui laman LPPM Universitas Medan Area, berikut adalah manfaat penambahan gambar pada karya ilmiah:
Manfaat yang pertama dari penambahan gambar dalam naskah ilmiah adalah menjadi media visualisasi data. Sama halnya seperti tabel dan grafik yang ditambahkan pada naskah, gambar pun bisa menjadi visualisasi.
Misalnya saat ingin menjelaskan mengenai bentuk fisik ikan sapu-sapu dalam teks, penulis memberi visualisasi atas penjelasan tersebut dengan menambahkan gambar ikan sapu-sapu.
Jika hanya berpedoman pada penjelasan dalam bentuk teks, pembaca bisa saja masih kesulitan memahami visual dari objek yang dijelaskan. Berbeda apabila sudah ada gambar, visualisasi akan lebih jelas dan mencegah pembaca keliru menafsirkan.
Manfaat yang kedua dari penambahan gambar ke dalam karya ilmiah adalah memperjelas informasi yang disampaikan. Misalnya menjelaskan mengenai bentuk mulut ikan sapu-sapu yang khas dan berbeda dengan ikan jenis lain.
Kadang kala penjelasan ini masih dipandang belum jelas sehingga dibutuhkan tambahan gambar sebagai penjelas. Jadi, penulis bisa menambahkan gambar ikan sapu-sapu di bagian depan untuk menampilkan bentuk mulutnya yang khas.
Suatu topik atau objek ketika dideskripsikan atau dijelaskan, kadang terasa rumit dan sulit dipahami oleh pembaca. Maka penulis bisa menambahkan gambar sebagai bagian dari deskripsi tersebut agar lebih mudah dipahami dan lebih sederhana.
Menambahkan gambar dalam karya tulis ilmiah juga bermanfaat untuk membantu pembaca mengingat informasi yang disampaikan penulis. Jika ingin memastikan pembaca mengingat dan memahami informasi pada naskah, penulis bisa menambahkan gambar. Dengan adanya unsur visual, pembaca bisa mengingatnya lebih lama.
Tak dapat dipungkiri, menambahkan gambar dalam karya ilmiah juga bagian dari estetika. Penambahan gambar bermanfaat untuk mempercantik karya ilmiah tersebut, memberi kesan lebih lengkap, dan sebagainya yang efektif menarik minat baca para pembaca.
Setelah menambahkan unsur gambar pada karya tulis ilmiah, apakah perlu mencantumkan sumbernya? Dikutip dari berbagai sumber, jawabannya adalah perlu. Bahkan sumber tersebut tidak hanya dicantumkan di bagian bawah gambar.
Melainkan juga dicantumkan di daftar pustaka, sehingga istilah daftar pustaka gambar pun muncul. Secara umum, akan masuk ke dalam daftar pustaka pada umumnya. Sehingga tidak ada keterangan mengenai sumber gambar.
Sumber gambar sendiri bisa dari koleksi pribadi, baik bidikan kamera maupun ilustrasi buatan sendiri. Selain itu juga bisa dari narasumber, buku yang dijadikan referensi, data laporan dari suatu organisasi atau lembaga, internet, dan lain sebagainya.
Apapun dan dimanapun sumber gambar tersebut, penulis wajib mencatat dan mencantumkannya ke daftar pustaka gambar, sekaligus dicantumkan di bawah gambar sehingga sumber gambar dicantumkan minimal dua kali.
Dikutip dari laman resmi Deepublish Store, dijelaskan mengenai aturan dalam mencantumkan sumber gambar pada karya ilmiah. Seperti penjelasan sebelumnya, sumber gambar dicantumkan dua kali. Pertama, di bagian bawah gambar pada teks. Kedua, dicantumkan di halaman daftar pustaka.
Berhubung sumber gambar sendiri cukup beragam, berikut adalah tata aturan yang berlaku mengenai pencantumannya dalam karya ilmiah:
Sumber gambar yang pertama adalah dari buku. Ketika memasukan gambar yang bersumber dari buku maka perlu mencantumkan sumber dengan jelas. Prinsip penulisan sumber referensi gambar sama seperti aturan sitasi di awal maupun akhir kutipan, yakni menyebutkan nama penulis disusul tahun terbit.
Mengenai aturan penulisan nama dan tahun terbit disesuaikan dengan style atau gaya referensi yang digunakan. Entah itu APA Style, Vancouver, MLA, Chicago, atau yang lainnya. Berikut adalah contoh pencantuman sumber gambar yang diletakan di teks atau di bawah gambar:
Pada contoh tersebut, teks di bawah gambar akan berupa informasi mengenai gambar tersebut nomor berapa dan tentang apa. Kemudian di bawahnya baru sitasi atau sumber gambar tersebut, yakni dari buku yang disusun Latief, dkk yang terbit pada tahun 1990.
Lalu, bagaimana aturan penulisan daftar pustaka gambar yang bersumber dari buku? Maka prinsipnya sama seperti menyusun daftar pustaka referensi dalam bentuk buku pada umumnya. Dari contoh di atas, berikut penulisan daftar pustakanya:
Latief, R., May P., and Suseno, A. 1990. Indonesian Petroleum Association Post Convention Field Trip 1990 Madura Island, October 19-21, 1990. Guide Book, 79 pp.
Vancouver Style jadi format yang harus dikuasai dosen. Temukan jawaban dan cara penulisan di sini:
➝ Mengenal Format Vancouver yang Jadi Standar Penilaian Proposal Hibah
➝ Cara Membuat Daftar Pustaka Vancouver di Mendeley [Panduan]
➝ Cara Membuat Daftar Pustaka Vancouver Otomatis dengan Tools AI
Gambar yang dicantumkan di dalam naskah karya tulis ilmiah juga bisa bersumber dari selain buku, salah satunya dari jurnal ilmiah. Prinsip atau tata aturannya sama seperti penulisan sumber gambar dari buku.
Pada teks, sitasi diawali dengan mencantumkan nama belakang penulis pertama dan disusul dengan tahun terbit jurnal tersebut. Sehingga tidak jauh berbeda dengan penulisan sitasi untuk gambar yang bersumber dari buku. Berikut contohnya:
Pada contoh di atas, maka artinya gambar bersumber dari artikel ilmiah yang terbit di sebuah jurnal dan disusun oleh penulis bernama Fricke. Artikel tersebut terbit di jurnal ilmiah pada tahun 2014.
Adapun bentuk penulisan daftar pustaka gambar untuk sumber jurnal ini adalah sebagai berikut:
Fricke, Ronald. 2014. Callionymus Madangensis, a new species of dragonet from Papua New Guinea, southwestern Pacific Ocean (Teleostei: Callionymidae). Journal of the Ocean Science Foundation Vol. 13,hal. 1-15.
Sumber ketiga dari gambar yang dicantumkan ke naskah karya ilmiah adalah dari internet. Secara umum atau kebanyakan adalah dari website resmi suatu perusahaan, organisasi, maupun milik pemerintah.
Bisa juga blog pribadi yang mendokumentasikan suatu gambar yang sesuai dengan kebutuhan. Jika sumber dari situs berbagi gambar seperti Pixabay, Freepik, dan sejenisnya maka biasanya jarang digunakan.
Khusus untuk penulisan sumber gambar dari internet, biasanya akan mencantumkan nama website atau domain website tersebut. Berikut contoh penulisannya dalam teks:
Pada contoh tersebut, artinya gambar bersumber dari laman resmi snowlife-elisa.com. Adapun penulisannya dalam daftar pustaka gambar akan menjadi seperti berikut:
Elisa, Irukawa. Pameran ArtJog di JNM Yogyakarta Selalu Tampil Dengan Wajah Baru. snowlife-elisa.com. Diakses pada 21 Agustus 2023 www.snowlife-elisa.com
Sehingga penulisan di daftar pustaka sama persis seperti referensi yang bersumber dari internet. Sehingga dimulai dari nama pemilik gambar, judul gambar tersebut, kemudian diakses kapan, dan dilengkapi link URL gambar itu sendiri.
Tahukah Anda, daftar pustaka bisa dibuat otomatis di Google Scholar. Begini Cara Membuat Daftar Pustaka dari Google Scholar.
Sumber gambar berikutnya adalah dari koleksi pribadi. Dikutip dari berbagai sumber, sumber untuk foto atau gambar dari koleksi pribadi ada yang tidak dicantumkan sehingga dalam teks (naskah) hanya menjelaskan informasi gambar tersebut.
Namun tidak mencantumkan sumbernya. Sementara itu, beberapa juga diketahui tetap mencantumkan sumber dengan keterangan “dokumen pribadi”. Selanjutnya dalam daftar pustaka gambar tidak dicantumkan.
Artinya, keterangan koleksi pribadi bisa dicantumkan di bawah gambar setelah keterangan gambar tersebut tetapi tidak tercantum di dalam daftar pustaka. Terkait hal ini, beberapa perguruan tinggi mungkin memiliki kebijakan sendiri.
Sehingga detail perlu tidaknya mencantumkan sumber koleksi pribadi di daftar pustaka bisa dikonsultasikan dulu. Berikut adalah contoh penulisan sumber di teks untuk gambar hasil koleksi atau dokumen pribadi:
Itulah detail penjelasan mengenai tata aturan penulisan daftar pustaka gambar. Lewat penjelasan ini, Anda bisa memahami bahwa setiap gambar yang dimasukkan ke naskah ilmiah wajib memiliki sumber yang jelas.
Sumber ini lantas dicantumkan sesuai ketentuan, baik di dalam teks yakni di bawah gambar maupun di daftar pustaka. Mencantumkan sumber dengan jelas adalah bagian dari penghargaan penulis kepada pemilik gambar tersebut sehingga termasuk bentuk etika penulisan karya ilmiah.
Inilah ragam format penulisan daftar pustaka yang harus Anda ketahui:
➝ Penulisan Daftar Pustaka IEEE Style
➝ Penulisan Daftar Pustaka APA Style Edisi Terbaru (7th Edition)
➝ Penulisan Daftar Pustaka MLA Style
➝ Penulisan Daftar Pustaka Chicago Style
➝ Penulisan Daftar Pustaka ASA Style
Apakah Anda masih bingung dengan penulisan sumber referensi gambar pada karya ilmiah? Jika iya, silakan tulis pertanyaan Anda di kolom komentar.
Silakan bagikan informasi ini ke rekan Anda yang sedang menulis agar terhindar dari kasus plagiarisme karena tidak mencantumkan sumber gambar. Semoga bermanfaat!
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…