Setiap dosen dan peneliti memiliki kebutuhan untuk memahami ciri-ciri jurnal predator supaya bisa lebih mudah menghindarinya. Jurnal predator adalah salah satu resiko dari proses publikasi hasil penelitian dan harus diwaspadai.
Kemunculan jurnal predator memang memanfaatkan kesempatan di tengah perlunya publikasi hasil penelitian. Dosen dan peneliti tentu memahami betapa sulitnya proses publikasi tersebut.
Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh pelaku seperti penerbit jurnal predator untuk mengambil keuntungan. Modusnya adalah memberi iming-iming jurnal yang disusun pasti terbit.
Padahal, jurnal predator memiliki dampak signifikan pada kualitas jurnal dan reputasi penulisnya. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Baca Juga: Update Jurnal Predator 2021, Wajib Hati-Hati Ya!
Daftar Isi
TogglePublikasi Karya Ilmiah Adalah Kebutuhan
Usai melakukan kegiatan penelitian, baik dosen maupun para peneliti akan menyusun hasil penelitian ke dalam karya tulis ilmiah. Karya tulis berisi hasil penelitian ini kemudian akan dipublikasikan, dan merupakan kebutuhan sekaligus kewajiban.
Publikasinya sendiri membantu hasil penelitian untuk dimanfaatkan lebih banyak orang. Sekaligus bisa dijadikan referensi bagi siapa saja untuk menyusun karya tulis ilmiah lainnya dengan tema atau topik yang sama maupun yang masih berhubungan.
Sementara kalangan dosen, publikasi karya ilmiah diperuntukan untuk berbagai tujuan. Mulai dari mempublikasikan hasil penelitian kepada khalayak, mengajukan diri memangku jabatan akademik dosen, memenuhi syarat mengikuti program beasiswa, sertifikasi dosen, dan lain sebagainya.
Proses publikasi ini perlu teliti dan hati-hati untuk menghindari jurnal predator, sehingga wajib paham apa saja ciri-ciri jurnal predator tersebut. Selain dalam bentuk jurnal, proses publikasi bisa dilakukan di media lain.
Mulai dari koran atau surat kabar, majalah, website, dan tentunya jurnal ilmiah. Meskipun publikasi hasil penelitian lewat media jurnal ilmiah rawan terkena jurnal predator., Namun tetap dijadikan yang utama, karena lebih bergengsi dan diakui.
Mengapa bisa demikian? Sebab publikasi karya ilmiah dalam bentuk jurnal ilmiah memiliki sejumlah keunggulan berikut ini:
1. Terdapat Proses Peer Review
Keunggulan pertama publikasi karya ilmiah di jurnal adalah karena terdapat proses peer-review. Yakni proses mengulas yang dilakukan oleh reviewer yang ahli di bidang tertentu, sesuai dengan topik dari karya tulis ilmiah tersebut.
Sehingga isi dari karya tulis ini dijamin sesuai dengan bidang ilmu secara umum dan topiknya pun dipastikan sesuai. Hal ini memastikan jurnal tersebut berkualitas karena isinya memang dari satu bidang ilmu saja, bukan campuran.
2. Melalui Proses Penyuntingan
Selain diulas oleh ahli di suatu bidang keilmuan, jurnal ilmiah akan dijamin bebas ciri-ciri jurnal predator karena melewati proses penyuntingan. Yakni proses menyunting yang dilakukan oleh tim editor suatu penerbit.
Proses penyuntingan ini umumnya dilakukan editor yang sudah terbiasa menyunting artikel atau jurnal ilmiah. Selain itu, editor juga lebih paham mengenai tata bahasa. Sehingga bisa dipastikan isinya memakai bahasa yang baku dan benar sekaligus bebas typo atau kesalahan ketik.
3. Dipublikasikan Penerbit Terkemuka
Jurnal ilmiah juga menjadi media publikasi yang lebih bergengsi karena diterbitkan oleh perusahaan atau penerbit profesional. Sehingga jelas siapa yang menerbitkannya, dan dijamin mengikuti prosedur penerbitan yang sesuai dengan aturan.
Hal ini tidak hanya menjamin publikasinya sesuai aturan saja namun juga menjamin isi jurnal ilmiah tersebut berkualitas. Sebab pihak penerbit tentu tidak akan mengambil resiko menerbitkan jurnal yang isinya sembarangan dan serampangan.
Baca Juga: Daftar Peringkat Akreditasi Jurnal Nasional Periode Pertama Tahun 2020
Model Publikasi dalam Bentuk Jurnal Ilmiah
Sebelum sampai ke pembahasan ciri-ciri jurnal predator, maka bisa memahami dulu asal muasal dari jurnal predator tersebut. Yakni dari jurnal ilmiah yang memang hadir dalam beberapa model. Yaitu:
1. Jurnal Tradisional
Model jurnal yang pertama adalah jurnal tradisional, model jurnal satu ini membebankan biaya yang lebih sedikit kepada penulis atau bahkan tanpa biaya sama sekali.
Sebab sejak proses submit, peer review, dan penyuntingan biasanya tidak dikenakan biaya. Proses review biasanya biaya akan ditanggung oleh reviewer tersebut sedangkan untuk penyuntingan, biaya ditanggung oleh pembaca.
Artinya, jurnal tradisional hanya bisa diakses oleh pembaca yang sudah membayar sejumlah biaya. Sehingga sifatnya tidak gratis, namun memudahkan penulis melakukan publikasi tanpa harus keluar biaya yang tinggi.
2. Jurnal Open Access
Model jurnal ilmiah yang kedua adalah jurnal open acces yang dikenal juga dengan istilah jurnal OA. Jurnal OA merupakan jurnal tradisional yang untuk akses membaca isinya tidak lagi berbayar atau gratis.
Meskipun memudahkan pembaca untuk mengakses isi jurnal tanpa keluar biaya, namun penulis perlu mengeluarkan biaya yang lumayan. Jurnal OA ini juga banyak dipilih dosen dan peneliti karena meskipun mahal namun proses publikasinya mudah dan cepat.
Selain itu, jurnal OA lebih sering digunakan sebagai referensi dan sering dijadikan bahan diskusi sehingga pamornya mudah naik. Hanya saja adanya jurnal OA juga membuka peluang bagi penerbit jurnal predator untuk beraksi.
3. Jurnal Campuran
Model jurnal yang ketiga adalah jurnal campuran, sesuai dengan namanya. Jurnal ilmiah jenis ini merupakan jurnal tradisional yang sebagian isinya merupakan jurnal OA dan sebagian lagi jurnal berbayar.
Baca Juga: Mudahnya Menulis Jurnal Ilmiah yang Baik dan Benar
Sekilas Tentang Jurnal Predator
Ketiga model jurnal di atas kemudian menciptakan peluang bagi jurnal predator untuk meraup keuntungan, yakni melalui jurnal OA. Proses publikasi jurnal OA yang mahal seringkali membuat penulis menjadi korban jurnal predator tersebut.
Jurnal predator sendiri merupakan sebuah model bisnis yang mengeksploitasi jurnal OA untuk tujuan meraup keuntungan sebanyak mungkin tanpa memperdulikan kualitas jurnal ilmiah yang dipublikasikan.
Istilah jurnal predator tentu sangat familiar di telinga para dosen dan peneliti, sehingga memahami ciri-ciri jurnal predator adalah kebutuhan. Istilah ini sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Jeffrey Beall yang merupakan seorang pustakawan dari Universitas Colorado.
Prof. Jeffrey kemudian dalam blog pribadinya membuat daftar hitam yang berisi jurnal-jurnal dan kongres ilmiah predator. Namun memasuki tahun 2017 blog ini kemudian ditutup karena tekanan dari sejumlah pihak.
Jurnal predator diterbitkan oleh penerbit predator yang fokus utamanya adalah mencari uang. Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan set homepage, sending spam email to scientist, seat back and relax, dan juga untuk wait for customer.
Sehingga tanpa proses review maupun penyuntingan, jurnal ilmiah yang disusun oleh peneliti dan dosen kemudian diterbitkan. Hal ini tentu memiliki dampak negatif yang cukup besar bagi pembaca maupun penulis jurnal ilmiah tersebut.
Baca Juga: Inilah 5 Cara Mengutip dari Jurnal yang Umum Digunakan
Dampak yang Ditimbulkan
Secara umum, minimnya pemahaman mengenai ciri-ciri jurnal predator meningkatkan resiko terkena tindakan jurnal predator. Dampak yang ditimbulkan pun tidak bisa disepelekan, diantaranya adalah:
1. Mengancam Kualitas
Jurnal predator tidak melewati proses peer review dan juga tidak ada proses penyuntingan. Sehingga hasil tulisan penulis akan dipublikasikan apa adanya, yang tentu ada kemungkinan terjadi kesalahan.
Kondisi ini tentu membuat kualitas dari jurnal predator diragukan dan juga tidak diakui. Para penulis pun wajib menghindarinya untuk menjaga kualitas dari karya tulis ilmiah yang telah disusun.
2. Rawan Plagiarisme
Tanpa penyuntingan dan pengecekan ulang, tentunya jurnall predator rawan terhadap tindakan plagiarisme. Hal ini bisa menurunkan kualitas tulisan sekaligus kredibilitas dari penulis. Parahnya lagi, bisa memaksa penulis berurusan dengan kasus hukum jika ada pihak yang menuntut.
3. Terdapat Aksi Memeras Penulis
Jurnal predator dengan segala ciri-ciri jurnal predator juga membuka kesempatan bagi pelakunya untuk memeras penulis. Kebanyakan jurnal predator sudah membebankan biaya kepada penulis saat akan submit karya tulis ilmiah.
Belum lagi dengan biaya-biaya lainnya, sehingga penulis bisa menjadi korban pemerasan. Padahal karya tulis yang disusun bisa jadi kualitasnya tidak maksimal dan publikasinya pun tidak diakui pihak manapun.
4. Memberi Reputasi Buruk bagi Penulis
Penulis tentu tidak sengaja menerbitkan jurnal predator, bisa karena tidak tahu apa itu jurnal predator maupun ciri-ciri jurnal predator tersebut. Sehingga terjebak dalam jurnal predator yang berdampak pada reputasinya.
Pasalnya jurnal predator memiliki kualitas yang buruk sekaligus rawan plagiarisme. Sehingga ketika dipublikasikan maka reputasi penulis akan ikut menjadi buruk. Sebab dianggap menerbitkan karya tulis ilmiah dengan kualitas rendah.
Baca Juga: Kiat Produktif Publikasi Jurnal untuk Menaikan Angka Kredit Dosen
Ciri-Ciri dari Jurnal Predator
Dampak yang ditimbulkan jurnal predator tentu perlu diwaspadai, maka wajib dihindari. Solusinya adalah dengan mengenal apa itu jurnal predator dan ciri-cirinya. Berikut adalah ciri-ciri jurnal predator yang tentu perlu dipahami dengan baik:
1. Proses Penyuntingan Cepat
Ciri yang pertama dari jurnal predator adalah terkait proses penyuntingan yang berlangsung terlalu cepat. Secara umum, bagian editor suatu penerbitan jurnal ilmiah memerlukan waktu editing sekitar 5 minggu.
Jika proses penyuntingan ini lebih cepat, maka bisa disimpulkan tidak dilakukan proses penyuntingan. Alias tanpa penyuntingan, yang tentu membuat prosesnya berjalan terlalu cepat dan mencurigakan.
2. Biaya Publikasi Kelewat Mahal
Biaya untuk proses publikasi memang wajar jika mahal, khususnya jika ingin mempublikasikan jurnal OA. Namun semahal apapun biaya publikasi biasanya dilakukan setelah proses penyuntingan selesai.
Sehingga ketika Anda menemukan situs jurnal yang memaksa melakukan pembayaran padahal baru melakukan submit. Maka besar kemungkinan situs tersebut adalah situs jurnal predator.
Sebab ciri-ciri jurnal predator salah satunya adalah membebankan biaya padahal baru submit. Selain itu akan muncul biaya-biaya lain yang sebenarnya tidak rasional, sebab pelaku akan mencoba memeras penulis.
Maka, Anda wajib berhati-hati dan memastikan pembayaran baru dilakukan usai proses penyuntingan. Sebab ketika selesai disunting maka naskah karya tulis ilmiah baru siap diterbitkan, dan penulis baru akan dikenakan biaya untuk mengurus penerbitan atau publikasi tersebut.
3. Laman Jurnal Terlihat Buruk
Ciri-ciri jurnal predator berikutnya adalah lamah atau halaman situs yang terlihat buruk dan jauh dari kesan profesional. Sebab pengelolaan situs dibuat ala kadarnya,tanpa memperhatikan masalah tata bahasa, tata letak, dan sebagainya.
Jika menjumpai situs yang banyak melakukan typo, banyak iklan yang tampil di setiap halaman, dan semacamnya. Maka patut untuk curiga, karena situs untuk proses publikasi jurnal ilmiah dijamin tampil bagus dan profesional.
Oleh sebab itu, jangan mudah tergiur dengan iming-iming kemudahan dan kecepatan publikasi jurnal. Melainkan fokus pada prosedur yang sudah berlaku dan umum, sehingga dijamin aman meskipun prosesnya lebih lama dan tahapannya panjang.
4. Waktu Penerbitan Tidak Jelas
Saat menyusun jurnal ilmiah dijamin ingin segera dipublikasikan untuk berbagai keperluan. Hanya saja ketika tersangkut di dalam situs jurnal predator, waktu penerbitan atau publikasi menjadi tidak jelas.
Pihak pengelola penerbitan dijamin akan selalu menjanjikan proses publikasi cepat. Bahkan dijanjikan akan terbit di edisi sekian sampai sekian dan seterusnya. Namun pada kenyataannya, apa yang dijanjikan tidak pernah terlaksana.
Jurnal ilmiah yang Anda susun dengan susah payah tidak pernah diterbitkan oleh pelaku jurnal predator tersebut. Oleh sebab itu, pastikan untuk mengetahui ciri-ciri jurnal predator satu ini dan ciri lainnya.
Sebab semakin dini mengetahui suatu situs adalah pelaku jurnal predator maka semakin mudah untuk menghindarinya. Sehingga bisa memastikan jurnal yang disusun terpublikasi dengan prosedur yang jelas dan waktu publikasi yang jelas pula.
5. Isi Jurnal Masih Berantakan
Tanpa melewati proses penyuntingan atau editing, sekaligus tanpa proses review dari para ahli di suatu bidang. Maka tidak hanya kualitas jurnal yang dijamin rendah, melainkan juga struktur isinya berantakan.
Jadi salah satu ciri-ciri jurnal predator adalah isi yang tidak terstruktur dengan baik, alias tidak rapi. Ada banyak pembahasan yang loncat dan tidak saling berhubungan bahkan dari depan sampai akhir maupun dari tengah ke halaman tengah yang lain.
Selain itu akan sering dijumpai kesalahan ketik, kesalahan dalam menggunakan kosa kata, penulisan yang tidak sesuai EYD, dan masih banyak lagi kesalahan teknis lainnya.
Jika jurnal seperti ini diterbitkan maka dijamin akan panen komplain. Sehingga reputasi penulis dan penerbit jurnal ilmiah akan dipertanyakan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui jurnal predator atau tidak bisa dilihat pula dari isi jurnal yang telah dikerjakan sebagai portofolio.
Bisa jadi, isinya memang kurang begitu bagus dan susah untuk dipahami. Anda pun wajib menghindari jurnal semacam ini, karena bisa menurunkan kredibilitas diri sebagai penulis karya ilmiah.
Baca Juga: Cara Menulis Jurnal Internasional yang Baik
6. Membahas Banyak Bidang Ilmu
Pernahkah menjumpai jurnal ilmiah yang didalamnya membahas lebih dari satu bidang keilmuan? Dijamin belum pernah, sekalinya pernah maka itu adalah jurnal predator.
Sebab secara umum dan idealnya, satu jurnal akan fokus di satu bidang keilmuan. Sebab memang disusun oleh penulis dan peneliti yang fokus di satu bidang yang dijadikan topik penelitian.
Jurnal predator akan tampak sebaliknya, yakni memiliki isi yang membahas lebih dari satu atau bahkan banyak bidang keilmuan. Misalnya saja dari halaman judul akan membahas bidang ekonomi, maka di bagian lain akan masuk bidang fisika, matematika, dan lain sebagainya.
Hal ini membuat isi jurnal tidak fokus dan tidak layak disebut sebagai jurnal ilmiah. Selain itu juga dijamin menjadi ciri-ciri jurnal predator yang wajib diwaspadai.
Kasus jurnal predator seringkali datang dalam bentuk email marketing, yakni berisi penawaran untuk mempublikasikan jurnal ilmiah. Ada banyak promo dan kemudahan ditawarkan yang tentu membuat seorang dosen dan peneliti sulit untuk menolak.
Tidak semua email marketing berujung pada jurnal predator, namun jika memiliki beberapa atau bahkan semua dari ciri-ciri jurnal predator yang dijelaskan di atas. Maka Anda wajib untuk curiga dan waspada.
Meskipun proses publikasi jurnal ilmiah ini panjang, melelahkan, dan menelan biaya yang lumayan. Namun, selama memang dipublikasikan tentu akan terasa impas sehingga tidak merasa tertipu dan bebas dari unsur penipuan.
Oleh sebab itu, pastikan memahami semua ciri-ciri jurnal predator diatas supaya terhindar dari praktek penerbit jurnal predator yang menurunkan kualitas dan kredibilitas diri sebagai peneliti.