Berselang satu bulan dari kabar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung berhasil menempati posisi satu riset terbaik se Indonesia versi Scimago Institutions Rangkings (SIR) 2020 . Kali ini UIN Bandung kembali mencetak prestasi. Ratusan publikasi ilmiah UIN Bandung telah teindeks Scopus, salah satu publikasi internasional bereputasi global. Publikasi ilmiah yang terindeks Scopus ini pastinya memberikan prestise. Kira-kira berapa jumlah publikasi ilmiah milik UIN Bandung?
Jadi, terhitung sekitar 706 publikasi ilmiah yang terindeks Scopus. Jumlah yang besar tentunya. Apalagi Scopus merupakan publikasi internasional yang bergengsi. Pencapaian ini pastinya membanggakan sekaligus mengagumkan. Setelah April lalu, UIN Bandung menempati riset terbaik se Indonesia, yang berarti peringkat 53 di kawasan Asia. Nama UIN Bandung bersanding dengan Kyoto University dan Tianjin University. Mengungguli universitas lain seperti Singapore MIT Alliance University dan University of Malaya.
Scopus merupakan pusat data artikel jurnal atau litaratur ilmiah milik penerbit Elsevier yang berlokasi di Amsterdam, Belanda. Scopus menjadi salah satu publikasi internasional bereputasi yang cukup terkemuka. Scopus ini didirikan pada tahun 2004 dan bersaing dengan lembaga publikasi lain, diantaranya Web of Science (WOS) milik Thomson Reuters, saat ini menjadi database terbesar di dunia.
Berdasarakan ulasan tentang Scopus yang pernah dibahas di artikel duniadosen.com sebelumnya, terdapat pendapat yang menyebutkan jika Scopus ini lebih banyak diminati ketimbang WOS. Scopusu menyediakan 20 persen lebih banyak jurnal. Hal ini tentu memudahkan dunia pendidikan tinggi. Scopus mempunyai empat fokus bidang ilmiah yakni sains fisik dan teknik, ilmu hayati, ilmu kesehatan, dan ilmu sosial humaniora.
Melalui telepon, Rektor UIN Bandung membenarkan kabar tersebut. Pernyataan ini dikutip dari laman yudidarma.id, blog milik dosen dan Associate Profesor UIN Bandung. Prof. Dr. Mahmud, M.Si selaku Rektor UIN Bandung mengatakan jumlah 706 tersebut merupakan gabungan karya dari tahun 2009 sampai dengan 2020. Secara rinci berikut jumlah per tahunnya:
Tahun | Jumlah Dokumen |
Tahun 2009 | 1 dokumen |
Tahun 2011 | 10 dokumen |
Tahun 2012 | 12 dokumen |
Tahun 2013 | 9 dokumen |
Tahun 2014 | 10 dokumen |
Tahun 2015 | 16 dokumen |
Tahun 2017 | 51 dokumen |
Tahun 2018 | 299 dokumen |
Tahun 2019 | 278 dokumen |
Tahun 2020 | 63 dokumen |
Mahmud tak mampu menutupi rasa senangnya. Ia mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika UIN Bandung. Mereka telah berusaha meningkatkan publikasi ilmiah. Menurutnya ini merupakan berkah Ramadan. Apalagi di tengah pandemi COVID 19, civitas akademika UIN Bandung tetap berusaha agar publikasi ilmiah tetap berjalan dengan baik. Terdapat peran dosen dan mahasiswa dalam pencapaian ini karena penelitian dimulai dari kerja sama dosen dan mahasiswa.
“Dosennya berperan sebagai pembimbing penelitian, hasil penelitian diolah menjadi paper untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional dan internasional,” terang Mahmud.
UIN Bandung memang dikenal sebagai kampus dengan riwayat riset dan publikasi yang bagus. Terbukti, UIN Bandung menempati posisi yang tinggi dalam pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu. Sebelumnya, UIN Bandung yang terletak di Kota Kembang ini tercatat sebagai 10 tertinggi (Top 10) lembaga dan pendidikan tinggi dengan publikasi skala internasional bereputasi global index Scopus.
Menginspirasi bukan? Maka kabar ini tidak terlalu mencengangkan. Mengingat reputasi UIN Bandung sebagai perguruan tinggi di Indonesia dengan riset/penelitian dan publikasi ilmiah yang baik.
Pencapaian terbaru ini menjadikan UIN Bandung menempati posisi kelima. Posisi pertama masih dipegang oleh Institut Teknologi Bandung dengan 14332 publikasi ilmiah, posisi kedua diperoleh Universitas Padjajaran dengan 4704 publikasi ilmiah, posisi ketiga didapatkan Universitas Pendidikan Indonesia dengan 2910 publikasi ilmiah, dan keempat ditempati oleh Telkom University dengan 2491 publikasi ilmiah.
Bagaimana dengan kampus Anda? Bagaimana publikasi ilmiahnya? Pencapaian UIN Bandung ini diharapkan bisa memantik kampus-kampus lain untuk meningkatkan publikasi ilmiahnya. Nah, mungkin pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah bagaimana publikasi ilmiah atau jurnal bisa terindeks Scopus? Tenang, Anda bisa membaca tips yang relavan di artikel duniadosen.com yang lain.
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…