9 Cara Praktis Mengonversi Luaran Penelitian untuk Dosen dan Peneliti ala Prof. Triana

9 Cara Praktis Mengonversi Luaran Penelitian untuk Dosen dan Peneliti ala Prof. Triana-min

Dalam kegiatan webinar bertajuk Optimalisasi Buku Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang diselenggarakan Dunia Dosen. Dibagikan sejumlah cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti oleh Prof. Dr. Trina Ekawati Tallei, M.Si yang merupakan Guru Besar Universitas Sam Ratulangi. 

Tips ini tentu penting untuk para dosen, terutama yang masih kesulitan mengonversi artikel ilmiah berisi hasil penelitian menjadi naskah buku ilmiah. Sebab memang strukturnya berbeda dan gaya bahasanya juga berbeda. Lalu, apa saja cara praktisnya? Berikut informasinya. 

Urgensi Buku Berbasis Riset dan Pengabdian Masyarakat

Dalam mengisi webinar yang diselenggarakan Dunia Dosen pada Kamis (14/08/2025), Prof. Trina juga menjelaskan mengenai urgensi untuk dosen menerbitkan buku berbasis riset maupun berbasis pengabdian masyarakat, diantaranya: 

1. Diseminasi Ilmu Secara Lebih Luas 

Urgensi yang pertama menurut Trina adalah karena buku berbasis hasil penelitian dan pengabdian menjadi bentuk diseminasi ilmu secara lebih luas. Diseminasi sendiri adalah penyebarluasan informasi, ide, gagasan, atau hasil penelitian secara luas kepada khalayak umum.

Dijelaskan demikian karena ketika hasil penelitian hanya dipublikasi dalam bentuk prosiding dan jurnal ilmiah. Informasi hasil penelitian tersebut hanya diakses masyarakat ilmiah, yakni dari kalangan peneliti dan akademisi saja. 

Namun, informasi hasil penelitian bisa dibaca dan diketahui lebih banyak orang ketika diterbitkan dalam bentuk buku. Pasalnya, buku bisa dibaca siapa saja termasuk oleh masyarakat umum. 

2. Arsip Kontribusi Dosen pada Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat 

Urgensi yang kedua kenapa perlu menerbitkan hasil penelitian berbentuk buku adalah sebagai arsip kontribusi dosen pada ilmu pengetahuan dan masyarakat. Artinya, buku yang diterbitkan dosen akan merekam kontribusi nyata dosen tersebut pada ilmu pengetahuan dan kepada masyarakat. 

Hasil penelitian adalah temuan baru dan teknologi baru. Publikasinya akan memperkenalkan temuan baru tersebut. Kemudian mendorong perkembangan ilmu pengetahuan sehingga lebih terkini dan relevan dengan kondisi zaman. 

Buku yang diterbitkan dosen dari hasil penelitian dan pengabdian akan abadi. Dikenal dan bahkan masih terus bisa dibaca oleh masyarakat. Sehingga, buku-buku tersebut tidak akan dilupakan, melainkan selalu bermanfaat. Kemudian menjadi bukti dosen sudah berkontribusi nyata pada ilmu pengetahuan dan masyarakat luas. 

3. Menjadi Bukti Kinerja Tri Dharma Perguruan Tinggi 

Urgensi yang ketiga adalah karena menerbitkan buku berbasis penelitian dan pengabdian menjadi bukti pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan tinggi, para dosen memiliki kewajiban melaksanakan tri dharma yang isinya 3 tugas pokok. 

Pengajaran dan pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat. Setiap melaksanakan seluruh tugas pokok tersebut, para dosen wajib menyertakan bukti di dalam laporan BKD (Beban Kinerja Dosen). 

Jika dosen melaksanakan penelitian, maka bukti yang dilampirkan bisa luaran penelitian tersebut. Termasuk publikasi hasil penelitian dalam bentuk buku seperti monograf, referensi, dan book chapter. Jadi, menerbitkan hasil penelitian dan pengabdian dalam bentuk buku bisa menjadi bukti sudah melaksanakan tri dharma. 

4. Menjadi Media Edukasi Berbasis Bukti 

Urgensi yang keempat menurut Trina adalah buku berbasis hasil penelitian dan pengabdian menjadi media edukasi kepada masyarakat. Namun, edukasi dalam bentuk ini dijamin kredibel karena didasarkan pada bukti, yakni hasil penelitian yang tentu bisa dipertanggung jawabkan dan bukan hasil imajinasi. 

Buku yang isinya bersumber dari hasil penelitian akan berisi informasi berharga yang bisa diakses atau dibaca masyarakat untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka. 

Sehingga, hasil penelitian yang diterbitkan dalam bentuk buku menjadi sarana atau media bagi dosen untuk mengedukasi masyarakat luas. Tidak lagi hanya mengajar mahasiswa di kampus, tetapi siapa saja yang bersedia membaca buku tersebut. 

5. Mendorong Kolaborasi Lintas Disiplin Keilmuan 

Urgensi yang kelima yang dijelaskan Triana adalah karena buku bisa mendorong kolaborasi interdisipliner. Misalnya kolaborasi lintas bidang keilmuan atau lintas disipin keilmuan. Baik dalam penelitian, pengabdian, dan publikasi ilmiah. 

Hal ini dapat terjadi, karena lewat menerbitkan buku yang isinya dari hasil penelitian maka nama dosen bisa dikenal lebih luas. Pembaca buku tersebut bisa jadi mahasiswa, dosen perguruan tinggi lain, atau masyarakat umum. 

Bagi dosen yang sudah menjadi Profesor (Guru Besar), buku yang diterbitkan bisa memberi rekomendasi dosen promotor bagi mahasiswa yang hendak studi S3. Bagi dosen lain, bisa memberi informasi mitra kolaborasi penelitian yang potensial. Jadi, publikasi hasil penelitian berbentuk buku mendorong terjadinya kolaborasi.  

6. Bentuk Hilirisasi Ilmu Pengetahuan 

Urgensi yang keenam kenapa perlu mempublikasikan hasil penelitian menjadi buku adalah sebagai bentuk hilirisasi ilmu pengetahuan. Sesuai penjelasan sebelumnya, hasil penelitian dosen adalah bagian dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). 

Jika hasil penelitian ini diterbitkan dalam bentuk buku yang bisa dibaca lebih banyak orang, ilmu pengetahuan di dalamnya akan sampai kepada sasaran informasi hasil penelitian tersebut. 

Dimana tidak hanya diketahui, tetapi dimanfaatkan secara langsung. Misalnya, dalam penelitian dosen ditemukan teknologi untuk terapi pasien diabetes. Jika buku berbasis hasil penelitian tersebut dibaca dokter. 

Ada kemungkinan dikembangkan atau diterapkan langsung dalam melayani pasien. Hal ini akan membuat hasil penelitian bisa dimanfaatkan langsung atau secara nyata oleh masyarakat luas. 

7. Melatih Kemampuan Berpikir Sistematis, Argumentatif, dan Komunikatif 

Urgensi yang ketujuh dari mempublikasikan hasil penelitian berbentuk buku adalah bisa melatih kemampuan berpikir sistematis, argumentatif, dan komunikatif. Menurut Triana, manfaat ini penting bagi dosen yang akrab dengan kegiatan mengajar dan menulis. 

Menulis buku dijelaskan membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik, sebab gaya bahasa dan seluruh gaya selingkungnya khas. Dimana berbeda dengan gaya selingkung pada laporan penelitian maupun artikel ilmiah. 

Selain itu, menyajikan hasil penelitian ke dalam struktur umum buku butuh kemampuan berpikir sistematis. Sehingga setiap informasi dijelaskan secara runtut dari bab awal sampai yang terakhir. 

Menulis buku juga akan diimbangi dengan menjelaskan argumen atau pandangan dosen. Namun wajib diikuti oleh dasar yang kuat melalui teori yang dikemukakan para ahli maupun hasil penelitian sebelumnya. Jadi, ketiga kemampuan ini akan terasah ketika dosen menulis buku berbasis hasil penelitian. 

Strategi Praktis untuk Dosen dan Peneliti ala Prof Triana

Tak hanya menjelaskan urgensi dari mempublikasikan hasil penelitian dalam bentuk buku. Guru Besar dari Universitas Sam Ratulangi ini juga memaparkan strategi atau cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti menjadi buku, diantaranya: 

1. Awali dengan Menentukan Jenis Buku yang Akan Ditulis 

Cara praktis yang pertama menurut Triana adalah mengawali menulis buku berbasis hasil penelitian dan pengabdian dengan menentukan jenisnya. Jenis buku ilmiah yang umum disusun dosen cukup beragam dan mayoritas bersumber dari hasil penelitian. 

Misalnya buku ajar yang selain dari RPS juga mengandalkan hasil penelitian. Kemudian buku monograf, buku referensi, book chater atau bunga rampai, sampai modul dan sebagainya yang umum disusun oleh kalangan dosen. 

Setiap jenis buku ilmiah memiliki karakteristik tersendiri. Maka penting untuk menentukan di awal, buku yang akan diterbitkan sebagai publikasi hasil penelitian jenisnya apa. Sehingga memudahkan proses selanjutnya seperti mencari referensi pendukung, susunan kerangka tulisan. 

2. Membuat Kerangka Tulisan 

Cara praktis mengkonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti berikutnya adalah membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan sendiri adalah pedoman yang membantu penulis untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan membuat tulisan.

Kerangka tulisan akan berisi detail daftar bab dan sub bab, kemudian judul sementara di setiap bab dan sub bab tersebut. Kerangka ini membantu dosen menyusun urutan pembahasan dari bab awal sampai akhir agar runtut dan sesuai alur logika keilmuan. 

Kerangka tulisan juga membantu dosen mempersiapkan proses menulis. Sebab sebelum membahas suatu bab, dosen bisa lebih dulu mengumpulkan data dari hasil penelitian dan referensi pendukung. 

Kerangka ini sekaligus menjadi peta jalan, agar pembahasan tetap fokus pada topik utama dan tidak melebar. Sehingga adanya kerangka akan mempercepat proses penulisan karena meminimalkan kesalahan dan revisi. 

3. Memanfaatkan Luaran Penelitian dan Pengabdian yang Sudah Ada 

Hal ketiga yang menjadi cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti ala Prof. Triana adalah memanfaatkan luaran penelitian maupun pengabdian yang sudah ada. Artinya, dilakukan konversi untuk luaran yang sudah ada. 

Misalnya, dosen dalam penelitian mencapai luaran publikasi ilmiah dalam bentuk artikel di jurnal internasional bereputasi. Artikel ilmiah ini bisa dikonversi atau diubah menjadi buku monograf atau buku referensi. 

Konversi karya tulis ilmiah membantu menyusun naskah buku berbasis hasil penelitian dengan lebih cepat. Alasannya banyak, salah satunya data sudah ada dan tinggal disampaikan ulang sesuai gaya selingkuh naskah buku. 

Jadi, dibanding menulis naskah buku ilmiah dari nol, para dosen bisa memanfaatkan luaran penelitian dan pengabdian yang sudah ada. Sehingga, dosen bisa lebih produktif menulis dan menerbitkan buku ilmiah berbasis hasil penelitian. 

4. Membentuk Tim Penulis 

Setiap kali menulis naskah buku yang bersumber dari hasil penelitian, dosen yang sempat masuk World’s Top 2% Scientist 2023 & 2024 ini menjelaskan tidak pernah menulis seorang diri, melainkan selalu membentuk tim penulis. 

Menulis satu judul buku berbasis hasil penelitian cenderung lebih cepat selesai jika dikerjakan bersama tim sehingga para dosen bisa menerapkan cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti ala Prof. Triana satu ini. 

Dimana membentuk tim untuk berkolaborasi dalam menyusun naskah buku dan mengurus penerbitannya. Jadi, ada pembagian tugas, dosen mana saja yang menyusun bab awal, bab tengah, dan siapa yang akan mengurus penerbitannya maupun yang lainnya. 

Dibanding dikerjakan seorang diri, dimana minimal ada 49 halaman sesuai standar Ditjen Dikti, naskah cenderung lebih lambat untuk diselesaikan. Jadi, untuk meningkatkan produktivitas publikasi ilmiah berbentuk buku cara ini bisa diterapkan. 

5. Menentukan Target Pengerjaan Naskah 

Langkah yang ketiga dalam cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti ala Prof. Triana adalah menentukan target pengerjaan naskah. Artinya, perlu menetapkan target dalam menulis. 

Misalnya ada target satu bab, satu halaman, atau sekedar satu paragraf dalam sekali duduk. Target ini bisa menjadi motivasi dan sumber semangat agar bisa segera menyelesaikan naskah sehingga bisa cepat selesai dan bisa segera diterbitkan. 

Jika naskah buku sampai terbengkalai, maka akan sulit diselesaikan. Apalagi dosen berhadapan dengan banyak kesibukan akademik. Namun, pastikan target yang ditetapkan realistis sesuai kemampuan dan kondisi karena target menulis yang kelewat tinggi bisa memberi tekanan dan dosen bisa burnout. 

6. Menyisipkan Hasil Penelitian dan Pengabdian di Bab yang Relevan 

Langkah berikutnya dalam mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti adalah menyisipkan hasil penelitian maupun pengabdian di bab yang relevan. Artinya, mencantumkan hasil penelitian harus di bab yang tepat tidak asal-asalan. 

Hal ini penting untuk memastikan penjelasan logis dan runtut tanpa terkesan melompat-lompat. Sehingga, memudahkan pembaca memahami setiap informasi dan hasil penelitian yang dipaparkan. 

Selain itu, juga membantu membuat tulisan lebih enak dibaca. Hal ini bisa memudahkan pembaca untuk tetap semangat membaca. Bukan malah berhenti ketika baru sampai bab pertengahan atau bahkan di bab awal karena informasi melompat-lompat. Hal serupa berlaku untuk penambahan tabel, grafik. 

7. Menggunakan Gaya Bahasa yang Konsisten 

Cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti berikutnya adalah menggunakan gaya bahasa yang konsisten. Dimana terkait gaya bahasa, tidak selalu menggunakan bahasa akademik. Bisa juga menggunakan bahasa populer. 

Dimana disesuaikan dengan target pembaca, jika kebanyakan akan dibaca masyarakat awam (bukan kalangan peneliti atau dosen) maka bahasa populer lebih dianjurkan sehingga informasi di dalamnya mudah dipahami para pembaca. 

Sebaliknya, jika buku berbasis hasil penelitian memang ditargetkan untuk dibaca mahasiswa maupun dosen, menggunakan bahasa akademik secara konsisten dari bab awal sampai akhir bisa dilakukan. Jadi, hindari mengkombinasikan bahasa akademik dengan bahasa populer. 

8. Melakukan Review dan Proofreading 

Salah satu cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti ala Prof. Triana adalah melakukan review dan proofreading mandiri. Artinya, para dosen bisa membaca ulang naskah dan melakukan koreksi jika ditemukan kesalahan. 

Memang pada saat naskah diterima penerbit, oleh editor akan dilakukan proofreading. Hanya saja proofreading yang dilakukan dosen sebelumnya bisa mengatasi beberapa kesalahan sehingga kualitas naskah lebih baik dan peluang diterima editor penerbit lebih tinggi. 

Proofreading mandiri juga membantu menghindari revisi skala besar dari editor penerbitan agar mempercepat proses penerbitan dan bisa fokus mengurus aktivitas akademik lainnya yang sudah siap menunggu untuk dijalankan. 

9. Memilih Penerbit yang Tepat 

Berikutnya yang menjadi cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti ala Prof. Triana adalah memilih penerbit yang tepat. Alasannya, karena ada standar khusus yang harus dipenuhi buku yang ditulis dosen. 

Yakni ditetapkan oleh Ditjen Dikti agar buku tersebut diakui dan masuk ke laporan BKD kemudian menambah poin angka kredit. Jadi, penting untuk memilih penerbit yang paham standar tersebut agar buku yang disusun susah payah tidak sia-sia. 

Selain itu, penerbit tersebut juga bisa membantu proses penerbitan untuk menyesuaikan dengan sejumlah agenda akademik. Misalnya ada deadline pelaporan BKD, jadi para dosen bisa dibantu untuk mempercepat penerbitan agar bisa masuk di dalamnya. 

Akan lebih baik lagi jika dosen mengabdi di perguruan tinggi yang sudah memiliki penerbit sendiri. Maupun yang sudah bekerjasama dengan penerbit resmi, sehingga dijamin penerbit sudah tepat dan sesuai standar Ditjen Dikti. 

Itulah beberapa cara praktis mengonversi luaran penelitian untuk dosen dan peneliti ala Prof. Triana. Dimana tentunya bisa langsung diterapkan untuk bisa lebih mudah menyusun buku bersumber dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.

Anda masih bingung dengan cara menulis buku monograf dari hasil penelitian seperti yang dijelaskan di atas? Atau sudah paham tetapi tidak punya banyak waktu untuk menulis? Tenang, Anda bisa menerbitkan buku monograf hasil penelitian dengan menggunakan Layanan Konversi KTI di Penerbit Deepublish.

Tim bersertifikat Deepublish akan membantu Anda mengubah artikel/naskah ilmiah hasil penelitian menjadi naskah dengan format buku yang siap untuk diterbitkan, salah satunya menjadi buku monograf ini. Berminat? Anda bisa baca pelajari dulu di halaman Layanan Konversi KTI, lalu gunakan layanan tersebut segera karena Kami sangat merekomendasikannya sebagai strategi untuk mempercepat jenjang karir Anda!

Baca lebih lanjut buku hasil penelitian, seperti buku monograf, berikut: