Cara menuliskan hasil dan pembahasan penelitian dalam artikel ilmiah tentu menjadi hal yang penting untuk dipahami para peneliti. Sebab dalam artikel ilmiah sendiri, hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil penelitian menjadi dua unsur yang terpisah.
Sehingga kedua unsur ini memiliki perbedaan yang ternyata tidak selalu disadari oleh para peneliti, khususnya peneliti pemula. Membantu menyusun hasil dan pembahasan penelitian maka sudah tentu perlu memahami definisi dan perbedaan keduanya.
Jika selama ini Anda masih beranggapan bahwa hasil dan pembahasan dalam penelitian adalah dua hal yang sama. Maka bisa menyimak penjelasan di bawah ini untuk memahami perbedaan mendasar dari keduanya.
Isi dari Hasil Penelitian
Sebelum membahas mengenai tata cara menuliskan hasil dan pembahasan penelitian, maka dibahas dulu mengenai isi dari hasil penelitian. Dikutip dari website Institute of Advanced Engineering and Science, hasil penelitian adalah bagian dari karya tulis ilmiah yang menyajikan temuan penelitian dengan jelas dan terorganisir.
Dari definisi ini, maka bisa dipahami jika isi dari hasil penelitian adalah semua data yang didapatkan dalam proses penelitian tersebut. Data ini bisa berupa angka (pada penelitian kuantitatif) dan hasil olah data non angka (penelitian kualitatif).
Umumnya, data dari hasil penelitian akan disajikan peneliti dalam bentuk tabel dan apa adanya. Artinya, memang data ini sesuai dengan hasil pengamatan dan proses lain selama penelitian berlangsung tanpa ada tambahan opini maupun hipotesis.
Selain tabel, penyajian data dari hasil penelitian bisa juga memakai media bantu lainnya. Baik itu grafik, gambar, maupun berupa teks (meskipun jarang digunakan). Sehingga bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peneliti tersebut.
Sementara untuk pembahasan penelitian, dikutip dari website UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah diskusi antara hasil dan pertanyaan penelitian. Sehingga pembahasan penelitian akan berisi penjelasan antara hubungan data hasil penelitian dan data pada penelitian terdahulu.
Selain itu juga mencakup opini maupun hipotesis dari peneliti. Meskipun ada opini dari peneliti, akan tetapi wajib memiliki dasar yang jelas dan ilmiah. Sehingga penjelasan yang diberikan bisa dipertanggung jawabkan dan bukan hanya mengandalkan asumsi pribadi.
Cara Menuliskan Hasil di Artikel Ilmiah
Lalu, bagaimana cara menuliskan hasil dan pembahasan? Hal ini tentu menjadi hal paling banyak ditanyakan. Sebab beberapa orang masih merasa kesulitan untuk mencantumkan hasil dan pembahasan penelitian dalam artikel ilmiah.
Dikutip dari berbagai sumber, ada beberapa tahapan yang akan dilewati peneliti untuk menuliskan hasil dan pembahasan penelitian. Berikut penjelasannya:
1. Merangkum Data dalam Penelitian
Tahap pertama adalah merangkum semua data yang didapatkan dari kegiatan penelitian. Data ini tentu saja perlu dianalisis dan ditarik kesimpulan untuk mendapatkan hasil penelitian.
Semua data yang memang mempengaruhi hasil penelitian tidak perlu dicantumkan. Cukup berfokus pada data-data yang menjadi hasil penelitian itu sendiri. Misalnya, pada penelitian untuk mengetahui angka kematian ibu dan bayi.
Maka peneliti akan melakukan penghitungan jumlah berdasarkan laporan dari puskesmas, rumah sakit, maupun klinik kesehatan yang melayani proses persalinan. Sehingga data yang menunjukan jumlah angka kematian ibu dan anak yang akan dicantumkan.
2. Menentukan Alat Bantu Visual Penyajian Data
Setelah data hasil penelitian sudah siap dan sudah selesai dilakukan analisa. Maka tahap kedua dalam cara menuliskan hasil dan pembahasan penelitian adalah menentukan alat bantu visual.
Seperti penjelasan sebelumnya, penyajian data dalam artikel ilmiah dianjurkan memakai alat bantu visual. Baik itu tabel, grafik, atau sekedar teks. Sehingga ada banyak alat bantu bisa dipilih peneliti.
Peneliti tentu perlu menentukan alat bantu visual mana yang paling sesuai. Jika tabel lebih sesuai dengan karakter data dan memudahkan peneliti menyajikan data. Maka bisa dijadikan pilihan. Begitu pula dengan alat bantu visual data lainnya.
Publikasi artikel ilmiah tak boleh di jurnal sembarangan, pahami ini sebelum melakukannya:
- 5 Cara Memilih Jurnal untuk Publikasi Ilmiah Dosen di Indonesia
- Alur Publikasi Jurnal Ilmiah dan 7 Status Submission
- 7 Perbedaan Jurnal Predator dengan Jurnal Kredibel yang Harus Diketahui
3. Mulai Menyusun Hasil Penelitian
Jika data hasil penelitian sudah ada dan alat bantu visual juga sudah dipilih, maka tahap ketiga adalah mulai menyusun hasil penelitian. Anda bisa fokus di lembar kerja dan mulai menyusun data pada tabel atau media visual lain.
Jika data disajikan dalam bentuk teks, maka bisa mulai menyusun paragraf demi paragraf yang memaparkan data hasil penelitian tersebut. Dalam proses ini, pastikan fokus dan teliti agar tidak ada kesalahan mencantumkan data hasil penelitian.
Disarankan pula untuk melakukan pengecekan, sehingga bisa memastikan semua data yang dicantumkan sudah sesuai. Sebab ketika ada kesalahan dan lolos begitu saja. Maka di masa mendatang akan muncul dugaan terjadi fabrikasi maupun pelanggaran lain berkaitan dengan data yang dianggap dipalsukan.
4. Menambahkan Keterangan atau Informasi Penjelas
Selain menyajikan semua data hasil penelitian, dalam cara menuliskan hasil dan pembahasan juga harus dilengkapi keterangan atau informasi penjelas. Jika Anda memperhatikan hasil dan pembahasan di artikel ilmiah dijamin langsung menyadarinya.
Misalnya, saat menjumpai penyajian data dalam bentuk tabel. Maka biasanya di bawah tabel akan disampaikan informasi penjelas mengenai data tersebut. Sehingga pembaca bisa tahu lebih detail apa yang disajikan dalam tabel dan kenapa.
Jadi, jangan beranggapan bahwa proses menuliskan data hasil penelitian cukup mencantumkan data ke tabel, grafik, dan semacamnya. Sebab masih ada proses untuk menambahkan informasi penjelas di bawah media visual data tersebut.
Dikutip dari website resmi Elsevier, dijelaskan beberapa panduan praktis dalam cara menuliskan hasil dan pembahasan penelitian. Berikut rangkumanya:
1. Menggunakan Bahasa Sederhana
Dalam menuliskan data hasil penelitian, peneliti wajib menggunakan bahasa yang sederhana. Sehingga semua data tersebut disajikan dengan ringkas tetapi jelas agar mudah dipahami.
Maka penting sekali untuk menghindari penggunaan gaya bahasa yang terlalu rumit dan terlalu banyak kiasan. Sebab artikel ilmiah sifatnya ilmiah dan berbeda dengan karya tulis non ilmiah atau fiksi.
2. Data Diungkap Secara Objektif
Semua data hasil penelitian perlu dicantumkan apa adanya untuk menjaga objektivitas. Hindari mencantumkan data yang sengaja diubah dengan alasan apapun. Sebab akan menjadi tindakan pemalsuan data atau manipulasi data.
Hal ini tentu saja menjadi salah satu bentuk pelanggaran etika penelitian yang harus dihindari. Pahit manis data yang didapatkan, artinya sesuai atau tidak dengan hipotesis harus disajikan apa adanya. Sehingga data tetap objektif.
3. Menyertakan Data yang Tidak Sesuai Hipotesis
Hal penting berikutnya dalam cara menuliskan hasil dan pembahasan penelitian adalah tetap menyerahkan data yang negatif. Data penelitian dikatakan negatif ketika tidak sesuai dengan hipotesis.
Misalnya, pada hipotesis menilai data akan mendukung teori X. Namun, dari hasil pengamatan sepanjang penelitian, ternyata aktual yang terjadi adalah sebaliknya. Maka data negatif seperti ini tetap disertakan dalam pemaparan hasil penelitian.
4. Menggunakan Alat Bantu Visual
Membantu menyajikan seluruh data hasil penelitian dan memastikan mudah dipahami oleh pembaca. Maka peneliti dianjurkan untuk menggunakan alat bantu visual dan bisa dijadikan prioritas.
Namun, hal ini tentu dipengaruhi juga oleh karakteristik data. Sebab data yang cenderung bersifat kualitatif tidak memungkinkan disajikan dalam bentuk angka. Sehingga alih-alih memakai tabel, kebanyakan beralih ke teks saja. Bisa juga sebaliknya pada penelitian kuantitatif.
Jadi, meskipun sangat dianjurkan untuk memakai alat bantu visual penyajian data. Sifatnya tidak mutlak, peneliti bebas memakai alat bantu visual atau tidak. Selama memang sesuai dengan karakter data hasil penelitian itu sendiri.
5. Tidak Menyebutkan Data Mentah
Hal penting selanjutnya dalam proses atau cara menuliskan hasil dan pembahasan penelitian adalah tidak menyebutkan data mentah. Artinya semua data yang dicantumkan di dalam artikel ilmiah adalah data yang sudah diolah.
Sehingga bisa disebut sebagai hasil penelitian. Data yang masih mentah bisa jadi terlalu banyak dan masih perlu dianalisis ulang. Jika dicantumkan semuanya maka akan menghabiskan banyak halaman pada artikel ilmiah. Sekaligus tidak ringkas.
Oleh sebab itu, penting untuk memahami data seperti apa yang masuk kategori hasil penelitian. Sehingga bisa dan memang harus dicantumkan di artikel ilmiah. Semua data yang sudah melalui proses analisis adalah data yang bisa dicantumkan.
Bentuk Lain Luaran Hasil Penelitian Selain Artikel Ilmiah yang Menguntungkan Karir Dosen
Usai memahami cara menuliskan hasil dan pembahasan penelitian, maka penting juga untuk memahami jenis-jenis luaran. Penelitian yang dilakukan dosen bisa dipublikasikan dalam berbagai bentuk. Sehingga hasil penelitian akan mengikuti ketentuan dari bentuk publikasi tersebut.
Sementara untuk luaran sendiri, tidak semua luaran hasil penelitian berbentuk publikasi ilmiah. Sebab bisa juga berbentuk Hak Cipta, Hak Kekayaan Industri seperti paten, prototipe, dan lain sebagainya.
Luaran dalam bentuk artikel ilmiah bisa dipublikasikan ke prosiding dan jurnal ilmiah. Namun, adalah luaran selain dalam bentuk artikel ilmiah? Jawabannya adalah ada, dan pilihannya cukup banyak. Berikut beberapa diantaranya:
1. Menerbitkan Buku
Luaran pertama dari hasil penelitian yang bisa dipilih dan diutamakan dosen adalah menerbitkan buku. Sebab buku yang diterbitkan memberi kontribusi penambahan angka kredit (KUM) yang sangat lumayan.
Minimal adalah 20 poin KUM untuk penerbitan buku ajar sampai monograf. Namun, jika bisa menerbitkan buku referensi maka berhak mendapatkan tambahan KUM sampai 40 poin.
Jika dosen rajin menghasilkan luaran dengan menerbitkan buku setiap tahunnya. Maka akan ada tambahan KUM setidaknya 20 poin per tahun. Hal ini tentu mempercepat langkah dosen sampai ke puncak karir, yakni menjadi Guru Besar.
Supaya hal ini tercapai, pastikan buku yang diterbitkan sudah sesuai dengan standar Ditjen Dikti. Diantaranya adalah:
- Isi buku sesuai dengan bidang keilmuan penulis;
- Merupakan hasil pemikiran original;
- Memiliki ISBN/E-ISBN;
- Tebal paling sedikit 40 (empat puluh) halaman cetak (menurut format UNESCO);
- Berukuran standar, 15 X 23 cm;
- Diterbitkan oleh penerbit Badan Ilmiah, Organisasi atau Perguruan Tinggi;
- Isi tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan UUD 1945.
2. Hak Cipta
Luaran hasil penelitian yang bisa diraih dosen berikutnya adalah Hak Cipta. Beberapa jenis karya yang dihasilkan dosen bisa diurus kepemilikan Hak Cipta di DJKI. Pada beberapa program hibah, Hak Cipta menjadi salah satu bentuk luaran tambahan.
Hak Cipta kemudian diketahui bisa memberi tambahan KUM selama memenuhi kriteria yang ditetapkan Ditjen Dikti. KUM tersebut mulai dari 40 poin sampai maksimal 60 poin dengan kriteria berbeda. Berikut adalah kriteria untuk mendapat KUM 40:
- Telah dilakukan proses penilaian oleh minimal 2 orang peer reviewer;
- Telah dilakukan proses pemeriksaan plagiarisme;
- Hasil pemeriksaan similarity index secara akumulatif disarankan maksimal 30%;
- Hasil pemeriksaan similarity index per primary source disarankan maksimal 5%.
Sedangkan kriteria untuk mendapat KUM 60 poin dari Hak Cipta adalah sebagai berikut:
- Diakui minimal oleh 4 negara;
- Telah dilakukan proses penilaian oleh minimal 2 orang peer reviewer;
- Telah dilakukan proses pemeriksaan plagiarisme;
- Hasil pemeriksaan similarity index secara akumulatif disarankan maksimal 30 %;
- Hasil pemeriksaan similarity index per primary source disarankan maksimal 5 %.
Sementara untuk jenis karya yang bisa diajukan kepemilikan Hak Cipta oleh dosen adalah sebagai berikut:
- Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
- Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
- Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
- Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
- Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
- Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
- Arsitektur;
- Peta;
- Seni batik;
- Fotografi;
- Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
3. Hak Kekayaan Industri (Paten)
Luaran berikutnya yang membantu dosen mengembangkan karir akademik karena tambahan KUM tinggi adalah Hak Kekayaan Industri, terutama paten. Paten sama seperti Hak Cipta yang bisa memberi KUM antara 40 sampai 60 poin.
Kriteria untuk mendapatkan KUM juga sama persis seperti penjelasan sebelumnya. Jadi, untuk luaran yang memenuhi syarat mendapatkan paten di DJKI bisa segera diurus. Syarat tersebut adalah:
- Invensi tersebut harus baru (novelty);
- Invensi tersebut mengandung langkah inventif (inventive step); dan
- Invensi tersebut dapat diterapkan dalam industri (industrial applicability).
Selain memenuhi kewajiban meraih luaran, juga sekaligus mendapat tambahan KUM tinggi. Meski butuh waktu lumayan, karena proses pengajuan paten memang bisa sampai 18 bulan. Tapi layak untuk diperjuangkan para dosen.
Baca Juga:
- Mengenal Unsur Kebaruan Penelitian dan Cara Menemukan
- Cara Membuat Penelitian Terdahulu dan Contohnya
Selain jenis luaran penelitian tersebut, tentunya masih ada lagi pilihan lainnya. Dosen memiliki kebebasan untuk menentukan harus mencapai luaran mana. Kecuali pada program hibah, yang luarannya sudah ditentukan.
Namun, secara umum, luaran dalam program hibah juga disediakan beberapa pilihan yang terbagi menjadi luaran wajib dan luaran tambahan. Jadi, silahkan menentukan jenis luaran dengan cermat dan sekiranya memang bisa dicapai agar tidak dikenakan sanksi.
Membantu meraih lebih banyak luaran penelitian, Anda bisa melakukan konversi karya tulis ilmiah, yakni mengubah artikel ilmiah dari prosiding maupun jurnal menjadi naskah buku. Buku yang diterbitkan kemudian bisa diurus Hak Cipta. Sehingga satu luaran berujung menjadi dua jenis luaran.
Jika dosen merasa kesulitan untuk melakukan konversi karya tulis ilmiah sendiri. Misalnya karena terlalu sibuk dengan segunung agenda akademik, maka bisa menggunakan Jasa Parafrase Konversi dari Penerbit Deepublish.
Bersama tim ahli, berpengalaman, dan juga bersertifikat BNSP. Anda akan dibantu melakukan konversi dengan baik dan benar, serta mendapatkan hasil yang memuaskan. Yuk, gunakan saja Jasa Parafrase Konversi di Penerbit Deepublish!