Paham tentang cara menulis gelar Sarjana adalah hal penting, sebab membantu menulis gelar akademik dengan baik dan benar. Hal ini menjadi sangat penting ketika berencana menyusun suatu artikel, misalnya artikel berita. Maka pada saat ada berita yang mengulas hasil wawancara narasumber, biasanya nama narasumber disebutkan dengan jelas.
Tak hanya nama lengkap saja, melainkan juga gelar akademik dan gelar kehormatan yang disandang oleh narasumber tersebut. Selain untuk menyebutkan nama lengkap seorang narasumber, penulisan gelar dengan baik dan benar juga diperlukan untuk keperluan lain. Misalnya saat menuliskan alamat penerima undangan, menulis calon legislatif, dan lain-lain.
Penulisan gelar Sarjana dan gelar akademik lainnya sudah diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Meskipun di Indonesia sempat ada perubahan aturan, yakni ketika sudah dihapuskan gelar tertentu di tahun 1993. Misalnya gelar Insinyur (Ir.), Doktoranda (Dra.), dan juga Doktorandus (Drs.).
Namun, gelar akademik tetap diberikan kepada para lulusan perguruan tinggi dimulai dari Diploma sampai Sarjana di tingkat S3 (Doktor). Penulisan gelar yang dihadapan pada aturan kemudian perlu dipelajari dengan seksama agar tidak melenceng dari aturan tersebut. Simak informasinya di bawah ini.
Belajar mengenai tata cara menulis gelar Sarjana ternyata tidak semudah mengucapkan gelar tersebut. Pasalnya, pada saat mencantumkan gelar akademik secara tertulis maka melibatkan sejumlah tanda baca. Dimulai dari penentuan huruf besar dan huruf kecil, tanda titik, tanda koma, spasi, dan lain sebagainya.
Sebelum memahami detail mengenai semua aturan dalam penulisan gelar Sarjana tersebut. Maka perlu memahami juga definisi dari gelar Sarjana itu sendiri. Gelar Sarjana merupakan salah satu gelar akademik yang diberikan kepada lulusan Strata 1. Gelar akademik ini disebut dengan istilah Sarjana dan kemudian ditulis dengan singkatan huruf “S” yang dibuat kapital.
Sehingga gelar akademik satu ini hanya bisa disandang oleh mereka yang berhasil menyelesaikan studi di jenjang Strata 1. Dibuktikan dengan penyelesaian skripsi yang merupakan tugas akhir untuk syarat kelulusan. Sekaligus dengan kepemilikan ijazah yang diterbitkan langsung oleh perguruan tinggi tempat gelar tersebut didapatkan.
Gelar akademik memang bukan hanya gelar Sarjana saja, ada gelar Magister untuk lulusan S2 dan gelar Doktor untuk lulusan S3. Selain itu, ada pula gelar akademik untuk tingkat Diploma yang merupakan gelar untuk pendidikan vokasi. Gelar diploma sendiri juga memiliki beberapa tingkatan, berikut detailnya:
Sama seperti tata cara menulis gelar Sarjana, gelar Diploma maupun gelar akademik lainnya juga diatur penulisannya. Oleh sebab itu siapa saja perlu memahami bagaimana aturan yang menyertai penulisan gelar akademik tersebut. Apalagi jurusan pendidikan sangat banyak, dan memiliki gelar berbeda dan bentuknya pun menjadi berbeda.
Baca Juga: Bagaimana Penulisan Gelar Dokter Spesialis? Berikut Penjelasannya
Sebelum memahami betul bagaimana cara menulis gelar akademik khususnya gelar Sarjana. Maka tidak ada salahnya mengetahui pula bagaimana sejarah gelar akademik ini bisa dikenal luas oleh masyarakat di seluruh dunia. Sebab menurut berbagai sumber, gelar akademik muncul tidak dari zaman batu melainkan ketika dunia pendidikan sudah berkembang.
Dilansir dari situs gramedia.com dijelaskan bahwa awal mula gelar akademik diberikan adalah di benua Eropa, tepatnya di abad ke-12. Gelar akademik ini bisa disebut sebagai tradisi dalam dunia pendidikan, sama seperti tradisi pemberian ijazah. Penerapannya sudah sejak lama dan berawal dari Eropa yang kemudian terus berkembang hingga masuk ke Indonesia.
Pada abad ke-12 di Eropa, Bologna dan Paris menjadi negara yang mempelopori tradisi pemberian gelar akademik dan ijazah pendidikan. Pada masa tersebut, para guru dan murid membangun suatu perkumpulan dan disebut dengan istilah universitas. Perkumpulan ini secara perlahan terus berkembang.
Memasuki abad ke-13, Bologna kemudian dikenal luas sebagai pusat dari ilmu hukum yang meliputi Hukum Sipil dan Hukum Gereja. Guru kemudian dipanggil dengan sebutan Doktor di Bologna dan Magister di Paris, kedua kata tersebut memiliki arti “guru”. Kemudian sebutan ini diberikan kepada para murid yang berhasil menyelesaikan pendidikan.
Gelar Doktor maupun Magister baru diberikan kepada murid yang sudah mengikuti ujian dan dinyatakan lulus. Tradisi ini kemudian mulai mempengaruhi negara lain, dan di tahun 1920 tradisi pemberian gelar akademik masuk ke Hindia Belanda. Tahun tersebut, didirikan 3 universitas. Dua diantaranya berdiri di Jakarta dan satunya di Bandung.
Gelar pendidikan atau gelar akademik kemudian terus berkembang, dan menurut catatan sejarah sudah banyak gelar akademik yang tidak diterapkan lagi. Tak hanya gelar Insinyur saja seperti yang diterapkan di pendidikan Indonesia. Namun juga gelar pendidikan di negara lain, dan kemudian menjadi mirip satu sama lain seperti sekarang.
Sebutan gelar akademik kemudian diikuti oleh program studi atau bidang keilmuan yang ditekuni oleh seseorang. Sehingga ragam gelar Sarjana, Diploma, Magister, dan Doktor cukup beragam. Penulisan gelar ini harus disesuaikan dengan aturan yang ada, sebab menunjukan keahlian seseorang di suatu bidang keilmuan. Oleh sebab itu penting untuk mempelajari tata cara menulis gelar Sarjana yang baik dan benar.
Baca Juga: Cara Penulisan Gelar Akademik dan Non Akademik yang Harus Diketahui
Penulisan gelar Sarjana mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbud. Aturan ini membantu menulis gelar secara seragam tidak peduli gelar Sarjana ini didapatkan dari universitas mana dan dari daerah mana. Sehingga di seluruh daerah di Indonesia aturan penulisan gelar adalah sama.
Hal ini membantu masyarakat di seluruh Indonesia untuk mengetahui gelar pendidikan apa yang disandang seseorang usai membaca nama lengkap orang tersebut. Baik itu di kartu nama, undangan, surat, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya dalam menulis gelar Sarjana masuk ke dalam kegiatan yang gampang-gampang susah. Disebut gampang, karena harus diakui yang namanya gelar akademik hanya tersusun dari satu atau beberapa huruf saja. Padahal anak SD bahkan anak TK pun dijamin bisa menulis susunan huruf tersebut.
Hanya saja, penulisan gelar juga masuk kategori hal susah karena perlu memperhatikan tanda baca. Tidak hanya spasi dan tanda titik maupun tanda koma. Namun juga penggunaan huruf kecil, huruf kapital, dan letak dari gelar akademik itu sendiri.
Jika gelar Sarjana memang penulisannya dijamin di belakang nama pemilik gelar tersebut. Namun berbeda dengan gelar profesi tertentu dan gelar akademik tingkat tertentu, termasuk juga gelar kehormatan. Semua ditulis di depan atau ditulis sebelum nama pemiliknya.
Sampai disini, tentu setuju jika materi mengenai cara menulis gelar Sarjana tidak bisa disebut gampang sekaligus tidak bisa disebut susah. Meskipun sedikit membingungkan, bukan berarti materi satu ini tidak dapat dipelajari dan dikuasai. Dijamin bisa dipahami dengan baik, salah satunya dengan menggunakan dasar aturan berikut:
Berikut adalah beberapa contoh dalam menuliskan gelar Sarjana, dan biasanya huruf S kapital diikuti oleh gelar akademik dari bidang keilmuan yang diambil. Jenisnya beragam, dan disini akan diambil beberapa contoh saja:
Berikut contoh jika seseorang memiliki lebih dari satu gelar:
Dari aturan tersebut tentu bisa dipahami dengan baik mengenai poin-poin kunci dalam cara menulis gelar Sarjana maupun gelar akademik tingkat lainnya. Penulisan yang baik dan benar tentu bukan tanpa tujuan. Ada banyak sekali tujuan dari kegiatan mematuhi aturan terkait penulisan gelar akademik tersebut.
Baca Juga: Cara Penulisan Gelar MBA yang Baik dan Benar
Seperti yang disampaikan di awal, penulisan gelar Sarjana dan gelar akademik lain disesuaikan dengan aturan yang ada karena memiliki sejumlah tujuan. Tujuan tersebut meliputi:
Tujuan pertama kenapa perlu mengikuti aturan adalah membantu menuliskan gelar akademik secara seragam. Sehingga lulusan dari universitas manapun dan dari kota atau daerah manapun di Indonesia. Memiliki tata cara penulisan gelar akademik yang sama.
Hal ini penting untuk menghindari ketidakseragaman, sehingga membuat rancu penulisan gelar. Selain itu akan menyulitkan seorang penulis dalam menuliskan gelar akademik seseorang jika aturan setiap universitas berbeda-beda. Jika perbedaannya sedikit mungkin tidak masalah, bagaimana jika perbedaannya dalam skala besar?
Tetu akan memusingkan, belum lagi dengan sebutan gelar akademik yang dijamin berlainan. Jika tidak ada aturan untuk menyeragamkannya maka bisa jadi lulusan universitas A menyebut Sarjana Sosial dengan singkatan S.S sementara universitas lain menggunakan singkatan S.Sos.
Perbedaan ini akan membuat pembaca nama seseorang yang disertai gelar menjadi bingung. Pada akhirnya gelar akademik hanya diketahui artinya oleh alumni dari universitas yang sama sekaligus dari pemilik gelar itu sendiri. Sehingga gelar akademik kemudian menjadi tidak perlu dicantumkan jika hanya membuat kepala pusing.
Aturan dalam cara menulis gelar Sarjana menjadi penting untuk ada. Sebab membuat proses penulisan gelar akademik mudah untuk dipelajari dan mudah juga untuk diterapkan. Sebab aturan ini sifatnya berlaku secara nasional, sehingga tidak rugi mempelajarinya.
Sebab dijamin ketika perlu menuliskan nama seseorang lengkap dengan gelar Sarjana dan gelar akademik lain tidak pusing. Tidak harus mengikuti standar tertentu, karena standar ini sudah berlaku secara nasional. Cukup mempelajari satu format saja dan kemudian diterapkan di seluruh penulisan gelar akademik di Indonesia.
Tujuan berikutnya dari proses mempelajari penulisan gelar Sarjana yang baik dan benar adalah untuk menghormati pemilik gelar tersebut. Sebab, seperti yang diketahui bersama gelar akademik apapun tidak didapatkan dengan mudah. Seseorang dalam mendapatkan gelar Sarjana perlu berjuang menempuh pendidikan selama 4 tahun.
Menjelang kelulusan, perlu berjuang juga untuk menyelesaikan tugas akhir bertajuk skripsi yang tentu menjadi momok bagi mahasiswa di tingkat akhir. Tak hanya itu saja, selama masa perkuliahan berlangsung dijamin setiap mahasiswa berhadapan dengan banyak tantangan.
Mulai dari tantangan untuk menguasai mata kuliah yang sulit, berhadapan dengan dosen yang killer, tantangan untuk menyelesaikan tugas kuliah, tantangan penelitian untuk tugas akhir, dan tantangan lainnya. Ketika sudah mengikuti ujian atau sidang dan dinyatakan lulus barulah mahasiswa tersebut bernafas lega.
Tidak heran jika beberapa orang berharap gelar akademik yang selama ini diperjuangkan mati-matian selalu dicantumkan. Bukan untuk tujuan pamer, melainkan untuk mengenang masa-masa berjuang meraih gelar tersebut. Bagi orang lain, ikut menuliskan gelar ini dengan benar bisa menjadi bentuk penghargaan atas perjuangan mereka.
Tujuan lainnya selain untuk memberi penghormatan terhadap perjuangan seseorang dalam meraih gelar akademik. Adalah untuk menghindari perasaan tersinggung dari pemilik gelar akademik tersebut. Baik itu karena tidak dicantumkan maupun karena kesalahan saat menuliskan gelar itu sendiri.
Jadi, penting sekali untuk paham bagaimana cara menulis gelar Sarjana untuk mencegah rasa tersinggung tersebut. Khususnya bagi akademisi yang memang sangat menjunjung tinggi gelar akademik dan ketepatan dalam menuliskannya. Salah sedikit saja tentu membuat mereka bertanya dan tidak dianggap.
Jadi, untuk siapa saja memang penting memahami ilmu tentang penulisan gelar akademik. Sebab tidak tertutup kemungkinan di masa mendatang perlu menulis gelar akademik orang lain. Supaya tidak tersinggung, maka penulisannya harus tepat yakni disesuaikan dengan aturan dan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia.
Baca Juga: Cara Penulisan Gelar PhD yang Benar, Jangan Sampai Salah Lagi ya!
Jadi, melalui penjelasan di atas dijamin untuk mempraktekan tata cara menulis gelar Sarjana menjadi lebih mudah. Sekaligus menyadari betul arti penting penyesuaian dengan aturan yang ada. Supaya berbagai tujuan yang diulas di atas bisa terpenuhi dan tentunya memberikan manfaat untuk semua pihak.
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…