Setiap manusia bahkan makhluk hidup di muka bumi memiliki emosi, manusia merupakan makhluk berakal yang tentu wajib paham cara mengontrol emosi tersebut. Sebab, emosi yang tidak terkontrol akan mudah meledak dan memicu berbagai dampak negatif.
Semua orang tanpa terkecuali perlu memiliki kemampuan mengontrol emosi, termasuk juga dosen. Pemahaman ini semakin masuk ke tingkat urgensi tinggi di bulan Ramadhan dimana kontrol emosi diperlukan agar ibadah puasa lancar.
Emosi memang secara normal perlu diekspresikan atau dikeluarkan. Hanya saja harus ada kontrol dalam proses tersebut agar wajar dan juga sehat. Emosi tanpa kontrol akan meledak-ledak yang kemudian memberi dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain.
Semua orang tanpa terkecuali memiliki emosi, hanya saja beberapa sudah memiliki kontrol yang baik dan beberapa lagi belum. Sehingga penting untuk belajar mengenai cara mengontrol emosi agar dampak yang ditimbulkan bisa ditekan.
Saat menjalankan ibadah puasa maka mengontrol emosi menjadi kebutuhan dan kewajiban. Bagi para dosen yang senantiasa memiliki limpahan kesibukan, tentu kontrol emosi terbilang susah. Apalagi saat puasa karena ada tambahan rasa lapar dan haus.
Jadi, hal pertama yang perlu dilakukan dosen dalam mengontrol emosi adalah mengenali penyebab atau sumber emosi tersebut. Emosi menjadi susah dikontrol biasanya karena ada suatu pemicu. Secara umum adalah sebagai berikut:
Saat seseorang mengalami stres akibat tekanan pikiran yang bersumber dari masalah di keluarga, kantor, dan lingkungan lainnya. Maka stres ini bisa membuat emosi susah dikontrol. Jika dosen merasa sedang stres, ada baiknya mengatasinya dengan baik saat puasa.
Alasan kedua kenapa susah mengontrol emosi adalah tumbuh di keluarga yang memang kurang baik dan toxic. Misalnya memiliki ibu dan ayah suka membentak dan memukul, maka saat dewasa seseorang bisa mudah marah dan meledak-ledak.
Trauma di masa lalu juga bisa menyebabkan seseorang kesulitan mengontrol emosi. Misalnya pernah menjadi korban pelecehan sehingga pasca kejadian sering merasa takut dan mudah marah pada hal-hal kecil.
Memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi dan tidak tercapai bisa membuat seseorang mengalami ledakan emosi. Oleh sebab itu, mengatur harapan pada semua hal sangat penting agar tidak terlalu tinggi.
Mengalami suatu hal yang memicu kesedihan mendalam dan tidak teratasi bisa membuat kesedihan tersebut bertahan lama. Hal ini ternyata bisa berdampak pada emosi yang mudah meledak di kemudian hari.
Stres dan depresi merupakan salah satu bentuk gangguan mental selain jenis lain yang cukup beragam. Gangguan kesehatan mental berhubungan erat dengan emosi dan rata-rata penderita kesulitan untuk mengontrol emosinya.
Meskipun dalam beberapa kondisi seorang dosen mengalami kesulitan untuk mengontrol emosi. Namun, tetap bisa dipelajari dan kemudian dipraktekan sehingga meminimalkan dampaknya. Berikut beberapa cara mengontrol emosi yang meledak-ledak:
Cara yang pertama untuk mengontrol emosi saat puasa maupun di luar ibadah puasa adalah menghindari pemicu. Sehingga, dosen harus bisa jeli mengetahui hal apa saja yang menjadi pemicu emosi dan mencoba menghindarinya.
Misalnya saja memiliki sifat anti kritik tapi ingin berbagi pemikiran di media sosial. Jika tetap dilakukan maka akan dengan cepat menerima kritik dan saran dari pengguna media sosial lainnya. Sehingga, perlu dihindari aktivitas di media sosial tersebut.
Contoh lain, jika kurang suka dengan pembahasan mengenai politik saat menjelang pemilihan presiden. Maka hindari acara televisi maupun pembahasan yang mengarah ke topik tersebut karena bisa memicu emosi.
Cara mengontrol emosi yang kedua adalah melakukan modifikasi lingkungan, yaitu upaya untuk mengubah suasana di lingkungan sekitar agar emosi lebih terkontrol. Misalnya, sedang marah karena baru saja dibentak oleh ibu di rumah.
Dibanding marah-marah dan emosi lari tidak jelas, maka bisa diatasi dengan mencoba merapikan kamar. Sehingga suasana di kamar menjadi lebih baik dan membantu meredakan emosi.
Cara berikutnya adalah memilih untuk mengubah diri sendiri, artinya memilih untuk mengubah cara berpikir dan cara bersikap saat emosi tersulut. Sebagai contoh, ketika diputus oleh pacar.
Dibanding menangis seharian sampai mengganggu aktivitas. Maka ada baiknya mengubah pikiran yang mengatakan pacar tersebut jodoh, padahal bisa saja bukan jodoh.
Maka dengan meyakini si pacar ini bukan jodoh kelak maka hati dan pikiran akan lebih lapang dada. Sehingga tidak lagi sedih dan menangis berjam-jam yang kemudian bisa melanjutkan aktivitas.
Cara mengontrol emosi selanjutnya adalah mencari pengalihan perhatian atau mencoba mengalihkan perhatian. Saat marah dan sedang menjalani puasa maka penting untuk mengalihkan pikiran agar emosi berhenti meledak atau tidak meledak.
Contohnya, saat emosi tersulut maka jangan diam saja cobalah untuk mengalihkan perhatian ke hal lain yang cenderung positif. Misalnya memilih melakukan hobi, membaca komik yang lucu, menonton film humor, menonton komika beraksi, dll.
Selanjutnya adalah mencoba mengambil jarak dari emosi, secara sederhana mencoba untuk menahan dulu baru kemudian diekspresikan. Misalnya saat emosi tersulut sebaiknya mencoba menahan diri agar tidak marah, menangis, dan lain-lain.
Miliki keyakinan akan ada momen lebih tepat untuk meluapkan emosi. Misalnya setelah keluar dari ruangan, setelah sendirian, dan sebagainya. Cara ini memang cukup sulit apalagi jika kontrol pada emosi dan ekspresi masih susah dilakukan.
Tidak bisa atau tidak memiliki niatan untuk mempelajari cara mengontrol emosi pada dasarnya akan merugikan diri sendiri dan orang sekitar. Berikut beberapa dampak yang mungkin bisa dialami:
Baca Juga :
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…