Cara menghitung skor TOEFL – Apabila ingin sukses mengikuti tes TOEFL tidak ada salahnya mempelajari cara menghitung skor TOEFL. Sebab skor atau nilai akhir inilah yang menentukan apakah kamu perlu mengulang tes atau sebaliknya.
Mengikuti tes TOEFL umum dilakukan para akademisi, khususnya dosen yang menjadi syarat untuk mengikuti sertifikasi dosen (serdos). Selain itu, juga dibutuhkan oleh mereka yang ingin meraih beasiswa kuliah ke luar negeri. Apapun tujuannya, pastikan belajar tekun.
Sebagai bentuk persiapan, bisa memahami dulu apa itu TOEFL dan bagaimana cara menghitung skornya. Sehingga saat tes bisa memastikan berapa soal yang wajib benar supaya berada di posisi aman. Berikut ulasannya.
Sebelum mengikuti tes TOEFL pastikan sudah memahami apa itu TOEFL dan juga bagaimana cara menghitung skor TOEFL. TOEFL adalah tes yang terstandarisasi untuk mengukur kemampuan Bahasa Inggris dari seseorang yang bahasa ibunya bukanlah Bahasa Inggris.
Sehingga tes TOEFL lebih familiar untuk masyarakat di negara yang bahasa kesehariannya bukan bahasa Inggris. Indonesia termasuk di dalamnya, karena memang dalam keseharian memakai bahasa Indonesia.
Lewat tes ini maka bisa diketahui seberapa baik penguasaan bahasa Inggris dari para peserta. Setelah mengikuti tes maka setiap peserta akan mendapatkan skor yang menentukan tingkat kualitas penguasaan bahasa Inggris tadi.
Skor ini yang menjadi fokus utama karena ada standar minimal yang harus dipenuhi. Misalnya untuk kalangan dosen yang diwajibkan mendapatkan skor minimal 500 untuk tes TOEFL. Jika skor yang didapat di bawah 500 maka perlu mengikuti tes ulang.
Bicara mengenai TOEFL dan cara menghitung skor TOEFL tersebut, maka harus memahami juga jenis-jenis tes TOEFL. Sebab jenisnya beragam dan memiliki tata cara perhitungan skor sekaligus rentan skor (terendah sampai tertinggi) yang berbeda. Berikut penjelasannya:
Jenis tes TOEFL yang pertama adalah TOEFL PBT (Paper Based TOEFL) sehingga sesuai namanya, tes jenis ini dilakukan di media kertas. Peserta kemudian mengisi jawaban dengan mengarsir pilihan ganda di lembar jawaban.
Skor TOEFL PBT berkisar antara 220 dan tertinggi adalah 677, yang memang sudah lama ditinggalkan sejak kemunculan TOEFL CBT di tahun 1998. Kompetensi yang dites di TOEFL PBT mencakup kemampuan membaca, mendengarkan, dan grammar.
Jenis yang kedua adalah TOEFL CBT (Computer Based TOEFL) yaitu tes TOEFL yang sudah berbasis komputer. Artinya tes TOEFL dilakukan menggunakan perangkat komputer, baik soal dan lembar jawaban ada di layar perangkat.
TOEFL CBT pertama kali diperkenalkan di tahun 1998 dan menggeser TOEFL PBT. Kompetensi yang diuji mencakup mendengarkan (listening), membaca (reading), menulis (writing/structure), dan grammar. Skor berkisar antara 0-300, sehingga skor tertinggi adalah 300 poin.
Jenis TOEFL yang terakhir adalah TOEFL iBT (Internet Based TOEFL) merupakan tes TOEFL berbasis internet sehingga sifat tes adalah secara online. Jenis tes TOEFL ini pertama kali diperkenalkan di tahun 2005.
Skor antara 0 sampai 120, sehingga skor tertinggi adalah 120 poin. Kompetensi yang diuji adalah kompetensi mendengarkan, menulis, membaca, dan berbicara. Selama pandemi, model iBT lebih populer digunakan karena bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Berhubung jenis tes TOEFL ada tiga macam seperti penjelasan di atas, maka cara menghitung skor TOEFL juga ada tiga macam. Berikut penjelasan lengkapnya:
Khusus untuk perhitungan skor TOEFL PBT menggunakan sistem konversi, jadi ada tabel konversi. Tabel ini berisi hasil skor untuk setiap jumlah soal yang dijawab dengan benar oleh peserta. Nilai konversi pada tabel yang kemudian dihitung.
Prinsip dasar perhitungan skor TOEFL PBT adalah sebagai berikut:
Adapun contoh tabel konversi adalah sebagai berikut:
Jadi, semisal peserta mengikuti tes TOEFL dan kemudian mendapat detail skor di masing-masing kompetensi sebagai berikut:
Keterangan | Listening | Struktur | Reading |
Jawaban benar | 32 | 35 | 40 |
Skor terkonversi | 52 | 60 | 55 |
Maka cara menghitung skor TOEFL PBT peserta tersebut adalah:
Lewat contoh tersebut, maka peserta yang memiliki skor 556 poin. Berhubung memakai sistem konversi, maka perhitungan skor wajib melihat tabel konversi yang nilainya sudah ditentukan. Sehingga konversi ini sifatnya mutlak.
Jika mengikuti tes TOEFL dengan jenis CBT maka perhitungan skornya berbeda lagi. Tidak menggunakan tabel konversi, dan untuk kompetensi yang diujikan masing-masing memiliki skor 0-30 poin.
Prinsip cara menghitung skor TOEFL CBT adalah sebagai berikut:
Lewat prinsip perhitungan skor tersebut maka pada TOEFL CBT skor terendah adalah 0 dan tertinggi adalah 300. Contohnya, saat ada peserta mengikuti TOEFL CBT dengan detail jawaban benar sebagai berikut:
Jumlah nilai adalah 50 poin, maka perhitungan skor akhir menjadi:
Sedangkan untuk menghitung skor TOEFL iBT bisa dikatakan lebih sederhana lagi, sifatnya real. Artinya tidak ada rumus, hanya tinggal menjumlahkan seluruh nilai dari masing-masing kompetensi yang diujikan.
Kompetensi disini biasanya disebut dengan istilah sesi, dimana TOEFL iBT memiliki 4 sesi. Seperti reading sebagai sesi pertama, writing untuk sesi kedua, dan seterusnya. Skor tertinggi di setiap sesi adalah 30 poin. Berikut contohnya:
Dari contoh tersebut, peserta tes mendapatkan skor akhir 90 poin dimana skor tertinggi untuk TOEFL iBT adalah 120 poin.
Dari penjelasan tersebut maka bisa diketahui cara menghitung skor untuk semua jenis tes TOEFL. Jadi, pada saat mendaftar sebagai peserta tes bisa mencari tahu dulu model ujiannya jenis yang mana.
Sehingga bisa tahu prinsip perhitungannya memakai model yang mana dari penjelasan di atas. Saat skor akhir sudah keluar, peserta bisa kroscek berapa jumlah jawaban yang benar. Jika gagal karena belum memenuhi passing grade tidak perlu berkecil hati, dan bisa tes ulang.
Sebaliknya, jika skor yang didapat memuaskan maka bisa fokus mempelajari keterampilan lain. Sekaligus tidak lupa untuk terus mengasah kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki. Jadi, silahkan dipelajari lagi mengenai cara menghitung skor TOEFL yang dijelaskan di atas.
Artikel Terkait:
10 Tips Membaca Buku Bahasa Inggris agar Mudah Dipahami
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…