Sebagai seorang dosen, tentunya membutuhkan informasi mengenai bagaimana cara mengecek tugas mahasiswa yang dihasilkan dari AI. Sebab, pengecekan sangat penting untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan teknologi AI tersebut.
Dimana diketahui, salah satu dampak negatif penerapan teknologi AI di bidang pendidikan adalah terjadi pelanggaran etika. Salah satunya adalah plagiarisme. Belum lagi dengan kemungkinan isi tugas dibuat sepenuhnya oleh teknologi AI.
Memahami bahwa pengecekan pembuatan tugas mahasiswa dengan AI tidak memungkinkan untuk dilakukan secara manual. Maka para dosen perlu mengenal sejumlah tools berbasis AI yang bisa membantu proses pemeriksaan tugas tersebut. Berikut informasinya.
Pemahaman pertama tentang tata cara mengecek tugas mahasiswa yang dihasilkan dari AI adalah ciri-ciri konten yang dihasilkan AI itu sendiri. Kebanyakan orang memahami bahwa konten yang dihasilkan AI adalah sempurna. Baik itu konten dalam bentuk teks, foto, maupun video.
Namun, tidak ada gading yang tak retak. AI sendiri adalah sebuah teknolog yang diciptakan manusia dan belum bisa mengatakan manusia itu sendiri. Konten yang dihasilkan kemudian belum sepenuhnya bisa sama persis seperti konten yang dihasilkan manusia.
Dikutip melalui portal daring Antara News, dijelaskan bahwa konten dalam bentuk apapun yang dibuat dengan AI memiliki ciri khas. Ciri khas ini yang bisa pula disebut sebagai kelemahan teknologi AI dalam membuat konten. Berikut detailnya:
Teknologi AI bisa digunakan dosen maupun mahasiswa untuk membuat karya tulis, baik itu ilmiah maupun nonilmiah. Namun, karya tulis yang dibuat atau dihasilkan dengan teknologi AI punya ciri khas tersendiri.
Hal ini yang kemudian membuat konten dalam bentuk teks bisa dideteksi apakah dibuat oleh manusia atau justru 100% dari teknologi AI. Ciri tersebut diantaranya adalah:
Teknologi AI juga sering digunakan mahasiswa untuk membuat tugas dalam bentuk foto atau gambar. Khususnya di mata kuliah tertentu untuk mahasiswa yang masuk ke bidang desain grafis dan sejenisnya.
Konten dalam bentuk foto yang dihasilkan AI juga bisa dikenali dengan mudah. Sebab memiliki ciri khas yang tidak dimiliki foto dan gambar yang dihasilkan oleh manusia.
Misalnya detail subjek dan objek dalam foto tidak konsisten. Seperti penggambaran manusia yang seharusnya memiliki 5 jari, kadang kala terlihat memiliki 6 jari atau bahkan bisa terlihat mendadak punya 4 jari.
Ciri lain adalah elemen, warna latar belakang, pencahayaan, dan bayangan yang tidak konsisten. Jika konten dalam bentuk teks yang dihasilkan AI cenderung konsisten. Maka pada konten berbentuk foto adalah kebalikannya, dimana cenderung ada banyak ketidakkonsistenan.
Teknologi AI juga bisa digunakan untuk membuat konten dalam bentuk video. Khususnya video dalam bentuk animasi 3D, 4D, dan semacamnya. Video yang dibuat dengan teknologi AI juga mudah dikenali. Seperti:
Lalu, bagaimana cara mengecek tugas mahasiswa yang dihasilkan dari AI atau bukan? Terdapat dua pilihan cara bisa dilakukan dosen. Pertama, melakukan pengecekan secara manual.
Yakni dengan memeriksa tugas mahasiswa apakah memiliki ciri-ciri konten yang dibuat AI. Dimana sudah dijelaskan sebelumnya. Jika memang ada ciri-ciri yang menunjukan penggunaan AI, maka tugas tersebut besar kemungkinan dihasilkan dengan AI.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan tools pendeteksi AI. Mendeteksi suatu karya baik dalam bentuk teks, foto, maupun video dihasilkan AI atau bukan adalah di cek menggunakan teknologi AI juga.
Cara kedua ini lebih direkomendasikan, karena memang lebih akurat dan tentunya efisien. Sebab tools dengan teknologi AI bekerja lebih cepat untuk hasil yang akurat. Jadi, para dosen perlu mengenal berbagai tools pendeteksi AI untuk membantu memeriksa tugas mahasiswa.
Setelah memahami tata cara mengecek tugas mahasiswa yang dihasilkan dari AI seperti apa. Maka akan muncul pertanyaan, bagaimana tools AI bisa mendeteksi konten yang juga dihasilkan dari AI?
Dikutip melalui website Algoritma Data Science School, dijelaskan bahwa tools berbasis AI bisa mendeteksi konten berbentuk teks yang dihasilkan dari AI. Cara kerjanya adalah dengan memperhatikan dua faktor. Yakni kerumitan teks dan variasi kalimat. Berikut penjelasannya:
Tingkat kerumitan konten berbentuk teks membantu tools AI mendeteksi apakah teks tersebut dihasilkan AI atau tidak. Hal ini terjadi, karena prinsip atau cara kerja teknologi AI dalam membuat teks adalah meminimalkan kerumitan.
Setiap pemilihan kosakata, tata cara menyusun kalimat, dan sebagainya dibuat sederhana. Tujuannya agar mudah dipahami oleh pembaca teks tersebut. Sehingga teknologi AI bisa konsisten membuat teks yang terdiri dari kalimat dan paragraf pendek.
Berbeda dengan teks yang ditulis oleh manusia. Setiap orang punya keunikan dan cara berpikir tersendiri dalam menjelaskan topik di kepala menjadi bentuk tulisan. Tidak sedikit yang memberi penjelasan cukup rumit dan kombinasi antara kalimat pendek dan panjang.
Jadi, tools pendeteksi AI akan mengecek tingkat kerumitan suatu teks. Semakin tinggi tingkat kerumitannya, maka teks tersebut dibuat oleh manusia. Sebaliknya, jika tidak rumit sama sekali dan konsisten maka besar kemungkinan dihasilkan dari AI.
Cara kerja tools berbasis AI dalam mendeteksi tulisan yang dihasilkan AI berikutnya adalah berdasarkan variasi kalimat. Jika dalam sebuah teks diketahui susunan kalimat nyaris mirip dan konsisten dari awal sampai akhir.
Maka tingkat variasi kalimat adalah rendah. Hal ini menjadi salah satu ciri khas dari kalimat atau teks yang dihasilkan robot, seperti teknologi AI. Sebaliknya, jika dalam satu paragraf atau lebih ada banyak kalimat tidak sama atau berbeda. Maka teks ini memiliki variasi kalimat yang tinggi.
Masih menjadi hal langka dan bahkan tidak pernah terjadi, robot bisa menghasilkan paragraf yang kalimat di dalamnya sangat variatif. Maka akan dideteksi sebagai teks yang dihasilkan oleh manusia bukan teknologi AI.
Jadi, apakah cara mengecek tugas mahasiswa yang dihasilkan dari AI juga bisa di cek menggunakan tools pendeteksi plagiarisme? Jawabannya adalah tidak. Sebab, meski tools pendeteksi plagiarisme juga berbasis AI. Akan tetapi prinsip kerjanya berbeda.
Tools pendeteksi plagiarisme akan membuat AI membandingkan isi teks dengan sejumlah teks lain dalam database. Jika ada banyak kesamaan, maka similarity indeks menjadi tinggi. Hal ini sejalan dengan dugaan kuat ada praktek plagiarisme.
Berbeda dengan tools pendeteksi AI yang memakai dua prinsip di atas untuk mendeteksi penggunaan AI. Sehingga akan melihat tingkat kerumitan teks dan variasi kalimat tanpa dibandingkan dengan teks lain yang sudah terpublikasi.
Oleh sebab itu, mendeteksi penggunaan AI pada tugas mahasiswa tidak bisa menggunakan tools pendeteksi plagiarisme. Sebab memang cara kerjanya berbeda dan tentu tidak bisa disamakan. Maka para dosen perlu mengenal tools apa saja yang bisa mendeteksi penggunaan AI.
Lalu, apa saja tools pendeteksi AI yang bisa dimanfaatkan para dosen untuk mengecek tugas mahasiswa yang dihasilkan dari AI? Pada dasarnya ada banyak sekali pilihan tools pendeteksi AI. Penentuan pilihan disesuaikan dengan beberapa aspek.
Misalnya saja menyesuaikan dengan bentuk tugas yang diberikan kepada mahasiswa. Tools pendeteksi AI untuk tugas berbentuk teks dengan foto tentu berbeda. Selain dari hal ini, dosen juga bisa mempertimbangkan aspek lainnya.
Pilihan tools pendeteksi AI yang pertama adalah Turnitin AI Detection. Sesuai dengan namanya, fitur ini menjadi fitur baru yang disediakan Turnitin. Dimana sebelumnya Turnitin dikenal menyediakan fitur utama pengecekan similarity indeks.
Dikutip melalui website resmi Turnitin, pengguna Turnitin berbayar nantinya akan mendapatkan akses untuk menggunakan fitur Turnitin AI Detection. Sehingga bisa membantu dosen mengecek tugas mahasiswa apakah ditulis dengan teknologi AI atau bukan.
Turnitin akan mengecek tingkat kerumitan teks sampai variasi kalimat dalam karya tulis yang dicek di dalamnya. Sehingga memberi hasil pengecekan yang lebih akurat untuk mendeteksi penggunaan AI dalam penyusunan karya tulis tersebut.
Dikutip melalui website Essay Pro, dijelaskan bahwa salah satu tools pendeteksi AI yang semakin banyak digunakan perguruan tinggi di sejumlah negara adalah Copyleaks.
Copyleaks memiliki tingkat akurasi pengecekan penggunaan AI pada teks hingga 66%. Tools ini mampu mendeteksi penggunaan Chat GPT dalam sebuah teks yang di uji coba.
Sehingga akan berlaku sama untuk penggunaan AI jenis lainnya ketika dipakai menyusun karya tulis. Meskipun akurasi Copyleaks tidak sampai 100% atau 90%. Namun, akurasi 66% sudah bisa membantu mendeteksi penggunaan AI dalam teks. Sehingga bisa diandalkan.
Nilai tambahnya, dibandingkan dengan Turnitin yang sifatnya berbayar dan biaya langganannya pun tidak murah. Copyleaks dengan akurasi pengecekan lebih dari 50% bisa diakses secara gratis.
Pilihan tools pendeteksi AI yang ketiga adalah GPT Zero. Dikutip melalui kompas.com, GPT Zero adalah aplikasi yang dibuat oleh Mahasiswa Princeton, AS, Edward Tian.
Edward Tian sendiri diketahui merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Komputer yang terjun di dunia jurnalistik. Latar belakang pengembangan aplikasi GPT Zero adalah untuk menurunkan ketergantungan AI dalam pembuatan konten berbentuk teks.
GPT Zero memiliki cara kerja dengan mendeteksi adanya AI pada sebuah teks memakai dua indikator. Yakni Perplexity (kompleksitas teks—tingkat kerumitan teks) dan burstiness (variasi kalimat).
Hanya saja, dibandingkan dengan Copyleaks. Akurasi pengecekan keberadaan AI alam teks di GPT Zero lebih rendah. Yakni 52%, sehingga pengecekan perlu dikombinasikan secara manual oleh dosen.
Berikutnya adalah Sapling yang juga menjadi salah satu tools pendeteksi AI yang banyak digunakan dan banyak direkomendasikan. Tools ini membantu mengecek ada tidaknya keterlibatan aplikasi AI untuk membuat teks. Seperti Chat GPT.
Akurasi hasil pengecekan di tools bertajuk Sapling ini terbilang cukup tinggi untuk tools yang bersifat gratis. Yakni mencapai 68% yang tentu bisa membantu mengecek tugas mahasiswa yang dihasilkan dari AI.
Karya tulis yang di cek cukup disalin di kolom yang disediakan. Bisa juga mengunggah dokumen karya tulis tersebut, baik dalam format Docx maupun PDF. Dalam hitungan detik hasil pengecekan akan terlihat, dimana ada persentase yang menunjukan adanya dugaan penggunaan AI.
Pilihan tools pendeteksi AI yang bisa digunakan dosen dalam memeriksa tugas karya tulis yang disusun mahasiswa adalah CrossPlag. Tools ini mendeteksi penggunaan aplikasi berbasis AI alam pembuatan karya tulis. Seperti penggunaan Chat GPT dan bisa terdeteksi dengan baik.
CrossPlag banyak digunakan karena sifatnya mudah dan gratis. Para pengguna bahkan tidak diwajibkan untuk melakukan registrasi. Sehingga cukup mengakses website resmi tools ini dan melakukan pengecekan karya tulis yang terindikasi disusun memakai teknologi AI.
Sedangkan untuk tingkat akurasinya sendiri ada di angka 58% yang tentu masih terbilang lumayan. Meski ada tools pendeteksi AI dengan akurasi lebih tinggi, tapi CrossPlag tetap bisa dipertimbangkan untuk membantu mengecek dengan cepat.
Rekomendasi tools pendeteksi AI yang bisa dipertimbangkan para dosen adalah GPT Radar. Sesuai dengan namanya, tools berbasis AI ini memiliki cara kerja mendeteksi penggunaan tools AI dalam membuat karya tulis.
Teks yang disusun dengan bantuan Chat GPT maupun tools AI lain dengan mudah akan terdeteksi di GPT Radar. Akurasi pengecekan di tools ini mencapai 60% yang tentu terbilang tinggi, apalagi sifat layanannya adalah gratis.
Nilai tambah lain dari tools ini adalah terdapat hasil pengecekan dalam bentuk grafik. Sehingga ada informasi mengenai seberapa tinggi dan faktor penyebab teks yang di cek diduga dihasilkan dengan AI.
Berikutnya ada tools pendeteksi AI bertajuk Writer. Tools berbentuk website ini menawarkan layanan pendeteksi AI untuk karya tulis. Pengecekan mudah, cukup menyalin teks ke kolom yang disediakan untuk diperiksa sistem dengan AI di dalamnya.
Fitur untuk pengguna gratis memiliki beberapa batasan, salah satunya jumlah kata setiap pengecekan maksimal 1.500 kata saja. Namun, untuk akses ke semua fitur tanpa batas para pengguna bisa berlangganan dengan paket yang dirasa paling sesuai.
Sementara untuk akurasi pengecekan di Writer sendiri terbilang belum maksimal. Sebab, pada saat ada kesalahan ketik dan kesalahan teknis lain pada teks. Sistem akan mendeteksi sebagai teks buatan manusia.
Selain beberapa tools pendeteksi AI tersebut, tentu pilihan yang tersedia akan terus berkembang. Sebab kebutuhan tools pendeteksi AI terus meningkat seiring pemanfaatan AI di berbagai bidang.
Memahami ada banyak tools pendeteksi AI yang bisa dipakai sebagai cara mengecek tugas mahasiswa yang dihasilkan dari AI. Maka para dosen bisa memilih yang dirasa paling mudah digunakan, praktis, dan akurasi pengecekannya tinggi.
Sebagai catatan tambahan, tools pendeteksi AI masih dalam masa pengembangan. Itulah sebabnya akurasi pengecekan di mayoritas tools jenis ini masih di angka 60%. Belum ada yang melebihi angka tersebut. Namun, akurasi ini tentunya akan terus naik dengan pengembangan dari pihak penyedia layanan.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…