Memahami bagaimana cara mengatasi burnout sangatlah penting untuk siapa saja, termasuk juga Anda para dosen. Dosen di Indonesia diketahui memiliki beban administrasi tinggi dan tuntutan untuk produktif melaksanakan tri dharma secara seimbang.
Kondisi ini membuat dosen di Indonesia rentan mengalami kondisi burnout yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebut sebagai sebuah fenomena di dunia kerja. Kondisi ini tidak bisa disepelekan karena bisa memicu masalah kesehatan lebih serius, terutama kesehatan psikis.
Dikutip melalui halodoc.com, burnout memiliki definisi sebagai kelelahan fisik, emosional atau mental, disertai dengan penurunan motivasi, penurunan kinerja dan sikap negatif pada diri sendiri dan orang lain.
Dijelaskan pula bahwa ketika seseorang mengalami kondisi burnout maka tidak akan menyadarinya secara langsung. Hal ini tentu perlu dijadikan perhatian, karena dampak dari kondisi ini bisa serius.
Sebab perlahan bisa memicu depresi, kecemasan, dan kelelahan emosional. Jika terus terjadi tanpa penanganan maka dampaknya juga dirasakan pada hubungan profesional. Misalnya hubungan dengan rekan kerja memburuk dan membenci pekerjaan yang ditekuni.
Jadi, jika Anda merasa mengalami kondisi ini pastikan segera mencari tahu cara mengatasi burnout tersebut. Tujuannya agar bisa kembali menikmati rutinitas di dunia kerja dan selalu profesional.
Dikutip melalui cnnindonesia.com, burnout yang dialami seseorang bisa menunjukan beberapa tanda atau gejala khas. Berhubung kondisi ini tidak selalu langsung disadari oleh penderitanya, maka mengenal tanda awalnya menjadi sangat penting. Diantaranya adalah:
Salah satu tanda burnout yang paling mudah dikenali adalah merasa selalu lelah. Lelah ketika melakukan aktivitas berat sangat lumrah. Namun, bagaimana jika dirasakan padahal banyak bersantai? Maka besar kemungkinan mengalami burnout.
Rasa lelah yang luar biasa bisa membuat seseorang menjadi sinis. Sehingga merasa kurang berminat untuk menekuni suatu pekerjaan yang sebenarnya sudah ditekuni sejak lama.
Burnout juga ditunjukan dengan tanda muncul perasaan tidak berguna. Misalnya melakukan kesalahan dalam menjalankan tugas. Kegagalan sekalipun skala kecil akan memicu perasaan bersalah dan tidak berguna di bidang tersebut.
Burnout juga ditandai dengan muncul perasaan tidak suka bahkan membenci pekerjaan yang selama ini ditekuni. Banyaknya tekanan dan beban kerja yang tidak bisa dikendalikan membuat rasa benci tumbuh dengan sendirinya.
Burnout yang dialami seseorang bisa membuatnya mudah tersinggung, bahkan dengan hal-hal kecil atau sepele. Jika selama ini Anda mudah merasa tersinggung dan mudah emosi, bisa jadi burnout sudah dialami.
Burnout ternyata juga bisa mengganggu kemampuan otak untuk menjaga fokus dan berkonsentrasi. Jadi, jika belakangan ini konsentrasi Anda mudah buyar maka kemungkinan mengalami burnout.
Lalu, apa saja sebenarnya yang menjadi penyebab dari burnout tersebut? Secara umum, burnout bisa disebabkan oleh banyak hal yang berpotensi menekan pikiran sehingga menjadi beban pikiran.
Setiap profesi tentu memiliki tantangan tersendiri dan kadang kala bisa menjadi penyebab burnout tersebut. Lalu, bagaimana dengan dosen? Dikutip melalui berbagai sumber, para dosen di Indonesia rentan mengalami burnout karena beberapa hal berikut ini:
Dosen tentunya memahami bahwa ada ketentuan memenuhi BKD dengan beban 12-16 SKS per semester. Namun, memenuhi SKS sesuai ketentuan ternyata tidak selalu mudah dan ada banyak kendala. Hal ini yang sering memicu burnout.
Ada kalanya dosen berhadapan dengan tugas yang tidak atau belum jelas. Misalnya dari Dikti merilis pengumuman baru yang tidak dijelaskan secara rinci, belum dilakukan sosialisasi, tapi deadline mendadak mepet. Kondisi ini bisa menyebabkan burnout.
Dosen secara umum diwajibkan melaksanakan tugas pokok sesuai isi tri dharma disusul tugas penunjang. Namun, beberapa dosen istimewa karena mendapat amanah menjalankan tugas tambahan. Ketika tanpa sadar beban kerja berlebihan maka menjadi terlalu berat dan berujung burnout.
Harus diakui, jam kerja untuk seorang dosen di Indonesia sangat fleksibel. Saking fleksibelnya, hari libur dan akhir pekan harus diisi dengan kegiatan akademik. Jam kerja berlebihan secara terus menerus bisa memicu burnout.
Penyebab burnout dan menjadi alasan perlu mencari cara mengatasi burnout tersebut salah satunya adalah rasa tidak puas pada birokrasi. Kebijakan dari pemerintah kadang kala dirasa menjadi beban tambahan untuk dosen. Kondisi ini bisa memicu burnout yang tidak disadari.
Dosen yang memiliki agenda akademik sper padat merasa kesulitan untuk menikmati aktivitas non akademik. Kondisi ini menyulitkan dosen membanguan work life balance, sehingga tidak ada waktu rehat dan me time yang berujung pada burnout.
Pernahkah dosen melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hati? Kadang kala pernah. Misalnya terpaksa membantu senior mengerjakan suatu proyek, padahal proyek sendiri belum jelas dengan dasar merasa tidak enak menolak. Jika terus terjadi maka bisa memicu burnout.
Dosen memiliki tempat kerja di lingkungan kampus tempatnya bernaung. Kadang kala akan bertemu dengan lingkungan kampus yang tidak mendukung dan banyak orang toxic. Kondisi ini bisa menyebabkan burnout jika tidak diatasi dengan baik.
Beban kerja dosen dan administrasi yang banyak menjadi tekanan tersendiri. Ditambah dengan urusan lain yang bisa jadi terbengkalai. Dosen tentu membutuhkan dukungan untuk menghadapinya. Kadang dukungan ini absen sehingga menyebabkan burnout.
Penyebab berikutnya dari burnout yang dialami dosen adalah menghadapi banyak kendala, baik ketika menjalankan tri dharma, tugas penunjang, maupun urusan administrasi. Kendala yang tidak terduga bisa mendadak memicu burnout.
Memahami bahwa memang ada banyak hal yang bisa membuat dosen mengalami burnout. Maka penting untuk memahami bagaimana cara mengatasi burnout dengan lebih efektif. Berikut adalah beberapa cara sederhana yang bisa menjadi solusi:
Cara sederhana yang pertama sebagai upaya mengatasi burnout adalah melakukan evaluasi pada pilihan yang diambil. Dosen mungkin sebelumnya memiliki banyak pilihan saat melakukan tugas penelitian, misalnya terkait topik.
Pada prosesnya, topik yang dipilih baru disadari cukup sulit dan perlu segera mencari solusi. Jika kondisi ini dialami maka tidak ada salahnya berkonsultasi dengan pimpinan PT, tim penelitian yang dibentuk, dan pihak lain yang terkait.
Sehingga jangan buru-buru depresi dan menahan masalah atau beban berat tersebut seorang diri. Jika Anda memiliki tim dan lingkungan kerja yang solid, maka selalu manfaatkan untuk keluar dari situasi burnout.
Burnout akan lebih mudah diatasi dan bahkan diantisipasi jika Anda memiliki dukungan penuh. Dukungan disini idealnya dari semua pihak, baik keluarga di rumah maupun keluarga di lingkungan akademik.
Jika dukungan penuh sulit didapatkan, maka Anda bisa membangun support system secara mandiri. Misalnya menjalin hubungan baik dengan dosen lain yang satu frekuensi dan bersedia memberi dukungan sampai bantuan nyata.
Bersama keluarga di rumah, Anda bisa terbuka menjelaskan mengenai kondisi di lingkungan kampus. Sehingga bisa mendapat pengertian dan bahkan masukan yang bisa membantu mencegah tekanan berlebihan.
Cara mengatasi burnout yang ketiga adalah melakukan kegiatan yang disukai. Jika Anda menyadari betul, bahwa aktivitas tri dharma, tugas penunjang, dan bahkan tugas tambahan mau tidak mau akan tetap dijalankan.
Namun, tidak sehat jika Anda fokus pada kegiatan profesional tersebut sepanjang waktu. Lakukan refreshing dan menikmati kegiatan di luar kesibukan akademik agar beban pikiran berkurang dengan sendirinya.
Kegiatan yang disukai disini tentu banyak dan bisa disesuaikan dengan hobi dan selera masing-masing. Jika Anda suka memancing, manfaatkan beberapa jam di akhir pekan untuk memancing sebelum kembali berjibaku dengan tri dharma.
Cara keempat untuk mengatasi burnout bagi dosen adalah mulai rutin berolahraga. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang mendorong tubuh memproduksi “hormon bahagia” sekaligus menjaga kesehatan organ-organ vital dalam tubuh.
Olahraga secara teratur efektif mengurangi dan mencegah stres, sehingga bisa mencegah dan mengatasi burnout. Bagaimana jika tidak ada waktu? Jawabannya tergantung pada mana yang menjadi prioritas Anda.
Ketika seseorang super sibuk dan menempatkan olahraga pada daftar prioritas, maka akan bisa dilakukan. Meskipun hanya 15 menit sehari atau bahkan 30 menit dalam seminggu. Jadi, mulai saja dulu dengan olahraga ringan dan durasinya pendek.
Dikutip melalui halodoc.com, ketika seseorang tidur dengan durasi yang cukup maka akan mampu menjaga kesehatan dan memulihkan kesehatannya. Burnout bisa disebut sebagai salah satu bentuk masalah kesehatan secara psikis.
Tidur yang cukup memberi waktu kepada tubuh untuk melakukan pemulihan secara alami. Jadi, jika selama ini jam tidur Anda kacau sebaiknya segera diperbaiki. Jauh lebih baik tidur dari jam 9 malam lalu bangun untuk menulis di jam 2 pagi.
Dibanding terjaga sampai jam 2 pagi demi menyusun artikel ilmiah untuk jurnal, lalu bangun kesiangan. Begadang yang terlalu sering membuat daya tahan tubuh menurun sehingga mudah lelah, sakit, dan rentan burnout.
Cara mengatasi burnout yang dialami seorang dosen juga bisa dengan selalu menjaga fokus. Pertama, ketika Anda sedang bekerja untuk melakukan penelitian maka silahkan fokus pada penelitian tersebut.
Ketika Anda menulis artikel ilmiah, maka hilangkan distraksi yang bisa mengalihkan perhatian. Jika terbiasa maka semakin lama akan semakin mudah menjaga fokus dengan sangat baik.
Kedua, ketika Anda berada di luar lingkungan akademik dan di luar jam kerja. Maka hindari memikirkan tugas akademik. Pahami bahwa otak dan tubuh Anda perlu istirahat dari tugas akademik. Sehingga bisa fokus menikmati aktivitas yang disukai bersama orang yang dikasihi dan besoknya sudah siap kembali bekerja.
Itulah penjelasan detail mengenai tata cara mengatasi burnout yang sering dialami kalangan dosen di Indonesia. Selain beberapa cara yang sudah dijelaskan, dosen mungkin bisa menemukan cara lain yang sama efektifnya. Tidak ada salahnya untuk dicoba.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik pada artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…