Teknologi AI yang dimanfaatkan dosen dan mahasiswa bisa membantu kegiatan penelitian sampai penyusunan karya tulis ilmiah. Namun, untuk memanfaatkan AI dengan hasil memuaskan, Anda perlu memahami tata cara membuat prompt AI.
Informasi atau data yang didapatkan oleh pengguna AI menyesuaikan dengan prompt AI yang disusun. Semakin spesifik dan sesuai dengan kondisi serta kebutuhan. Maka semakin puas dengan kinerja AI dari tools yang digunakan.
Sayangnya, masih banyak dosen dan mahasiswa yang belum memahami arti penting menyusun prompt yang tepat. Sehingga pemanfaatan AI untuk kegiatan akademik masih belum maksimal.
Prompt AI adalah perintah berupa instruksi teks yang kita berikan kepada suatu model AI untuk menghasilkan keluaran atau output yang diinginkan.
Secara sederhana, prompt AI seperti kata kunci yang diketik pada browser pada saat melakukan pencarian informasi di internet. Namun, prompt AI bisa dibuat lebih kompleks dibandingkan dengan kata kunci di browser.
Hal ini sejalan dengan tujuan penggunaan AI itu sendiri. Misalnya, ketika mahasiswa berusaha mendapat penjelasan mengenai “Manajemen Konstruksi”. Maka tidak cukup hanya mengetik “Manajemen Konstruksi” di kolom pencarian tools berbasis AI. Misalnya Chat GPT.
Semakin minim prompt AI yang diketik, semakin terbatas informasi yang diberikan tools AI. Begitu pula sebaliknya, semakin detail maka semakin baik. Hanya saja, tools berbasis AI masih kesulitan memproses prompt yang terlalu rumit. Sehingga menyusunnya harus jeli.
Memahami apa itu prompt AI, maka bisa memahami arti penting mengetahui bagaimana cara membuat prompt AI yang tepat. Sehingga bisa mendapatkan hasil pencarian, penjelasan, pemberian contoh, dll dari tools berbasis AI yang tepat juga.
Memahami tata cara membuat prompt AI akan membantu dosen dan mahasiswa mendapat manfaat maksimal dari tools AI yang digunakan. Penyusunannya harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Apalagi prompt AI memang memiliki fungsi yang kompleks. Sebab teknologi AI mengandalkan pemrosesan bahasa alami (natural language processing atau NLP). NPL ini dipahami oleh AI untuk menunjukan respon sesuai kebutuhan dan keinginan pengguna.
Sehingga menyusun prompt AI idealnya tidak asal-asalan agar tujuan pengguna dipahami dengan baik oleh AI tersebut. Secara umum prompt AI memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
Prompt AI bisa disebut sebagai perintah yang dibuat oleh pengguna tools berbasis AI. Maka fungsi utama dan pertama dari prompt AI ini adalah mengarahkan respon tools AI yang digunakan agar sesuai.
Misalnya, jika ingin mendapat penjelasan atau definisi dari “Manajemen Konstruksi”. Maka prompt AI mencakup kosakata “jelaskan definisi manajemen konstruksi”. Sehingga perintah ini lebih jelas dan spesifik.
Harapannya, prompt yang jelas bisa mengarahkan respon tools AI yang sesuai. Sehingga AI bekerja memberikan definisi dari manajemen konstruksi dan tidak memberi informasi lain yang tidak relevan atau melebar kemana-mana.
Fungsi yang kedua dari prompt AI dan alasan kenapa perlu disusun dengan baik dan benar adalah untuk meningkatkan akurasi. Teknologi AI pada dasarnya akan menirukan kemampuan manusia dalam merespons berbagai perintah dan pertanyaan.
Namun, AI bukan atau belum menjadi teknologi yang sempurna dalam menirukan manusia. Sehingga tetap dijumpai kekurangan, salah satu akurasi data yang ditampilkan dan penjelasan yang disajikan tidak optimal. Penyebabnya tentu beragam.
Meminimalkan kemungkinan akurasi AI terlalu rendah. Maka pengguna perlu memahami tata cara membuat prompt AI yang sesuai. Semakin jelas dan tepat isi prompt, semakin tinggi akurasi data dan penjelasan yang diberikan.
Fungsi yang ketiga dari prompt AI adalah mendorong kreativitas, baik dari sisi pengguna AI maupun respon AI itu sendiri. Pengguna yang paham betul pentingnya menyusun prompt yang tepat akan berpikir kreatif dalam menyusunnya. Sehingga respon AI bisa diarahkan sesuai kebutuhan dan hasilnya memuaskan.
Sebaliknya, pada teknologi AI yang diberikan prompt yang tepat maka akan menyajikan informasi lebih kompleks. Bisa disebut, AI lebih mampu memberi data dan penjelasan yang detail dan rinci.
Sehingga apa yang disajikan oleh tools berbasis AI bukan sekedar informasi dasar. Melainkan juga menampilkan informasi yang dianggap relevan dengan prompt yang sudah disusun oleh pengguna.
Fungsi selanjutnya dari prompt AI adalah memberikan lebih banyak data dan informasi. Sebab semakin jelas isi prompt atau perintah, maka respon AI lebih maksimal.
Data dan penjelasan yang diberikan bisa lebih rinci. Oleh sebab itu, menyusun prompt AI tidak perlu dibuat ringkas seperti mengetik kata kunci di browser. Melainkan bisa dibuat kompleks sampai lebih dari 25 kata. Sehingga respon AI bisa memberi data lebih luas dan mendalam.
Selain memahami fungsi AI, Anda juga perlu tahu platform AI yang memudahkan Anda bekerja, terutama saat melakukan tridharma. Berikut daftarnya:
Membantu memahami lebih dalam mengenai tata cara prompting AI untuk akademisi. Maka perlu mengenal juga jenis-jenis dari prompt AI tersebut. Dikutip melalui kompas.com, prompt AI terbagi menjadi 5 jenis. Yaitu:
Jenis prompt yang pertama adalah instruction clarity, yang merupakan teknik prompting yang memberi instruksi secara jelas dan tidak ambigu. Sehingga isi perintah di dalam prompt spesifik dan detail sesuai kebutuhan pengguna.
Misalnya, saat ingin mendapat contoh ringkasan hasil penelitian tentang perubahan iklim. Maka isi prompt bukan “buat ringkasan perubahan iklim” karena prompt ini akan membuat AI memberi respon lebih luas dan tidak spesifik.
Silahkan ganti menjadi “buat ringkasan artikel ilmiah tentang perubahan iklim”. Sehingga AI akan membuat ringkasan dari hasil penelitian yang dipublikasikan ke jurnal melalui artikel ilmiah.
Jenis kedua adalah context provision, yaitu teknik prompting yang menjelaskan konteks dari perintah yang diberikan ke AI. Sehingga menjelaskan informasi dasar dan diikuti oleh perintah agar konteks menjadi jelas.
Misalnya, dibanding menyusun prompt “jelaskan apa itu perubahan iklim” karena konteksnya bisa beragam. Sebaiknya diganti menjadi “Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca di seluruh dunia. Jelaskan apa itu perubahan iklim,”.
Selanjutnya adalah role assignment, yaitu teknik prompting yang dijelaskan peran atau siapa yang menggunakan AI untuk suatu tujuan. Sehingga perintah akan spesifik disesuaikan dengan peran dari pengguna AI tersebut dan kebutuhannya.
Misalnya, dibanding menyusun prompt “jelaskan penyebab perubahan iklim”. Maka dianjurkan diganti menjadi “Sebagai seorang ilmuwan iklim, diskusikan penyebab utama perubahan iklim”.
Jenis yang keempat adalah constraints and conditions, yaitu teknik prompting yang memberi batasan untuk memberi perintah spesifik kepada AI. Batasan ini akan membantu mengontrol respon AI agar lebih sesuai kebutuhan pengguna.
Misalnya menambahkan batasan jumlah kata saat meminta AI menjelaskan definisi suatu teori. Contoh prompt: “jelaskan definisi teori manajemen waktu dalam 100 kata”.
Prompt iterative refinement adalah teknik prompting dengan mengulang perintah yang sama sampai beberapa kali dalam beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data dan penjelasan lebih rinci.
Misalnya:
Setelah memahami apa itu prompt AI dan jenis-jenisnya. Maka perlu memahami juga arti penting menyusun prompt AI yang tepat dan sesuai kebutuhan. Teknologi AI yang digunakan dosen dan mahasiswa bisa untuk berbagai tujuan.
Dikutip dari salah satu konten yang diunggah salah satu dosen Universitas Gadjah Mada, Sunu Wibirama di Instagram pribadinya @sunu_wibirama. Dosen dan mahasiswa bisa mengandalkan AI seperti Chat GPT untuk menemukan topik penelitian, tren penelitian, sampai novelty penelitian.
Namun, tujuan ini baru akan tercapai jika dosen dan mahasiswa paham betul bagaimana cara membuat prompt AI. Sebab prompt yang keliru akan menghasilkan kinerja AI yang keliru juga. Data atau informasi yang diberikan AI bisa saja tidak sesuai dan tidak disadari oleh penggunanya secara langsung.
Sehingga prompt AI ikut berkontribusi dalam menentukan kualitas data yang diperoleh dari AI. Sekaligus berkontribusi terhadap kualitas pekerjaan akademik yang dilakukan. Baik itu penelitian maupun penyusunan karya tulis ilmiah.
Tahukah Anda? AI menjadi andalan mahasiswa untuk mengerjakan tugas dari Anda. Sebagai dosen sekaligus evaluator tugas mereka, Anda bisa memilih bentuk tugas lain untuk menilai mahasiswa. Baca selengkapnya:
Berikut adalah tahapan dalam tata cara membuat prompt AI yang tepat agar tools AI memberikan data dan penjelasan sesuai kebutuhan:
Tahap pertama dalam membuat prompt AI adalah menentukan tujuan. Setiap kali hendak memberikan perintah pada tools berbasis AI, tentunya ada tujuan yang mendasarinya. Sehingga tools tersebut tidak digunakan hanya karena iseng.
Setiap dosen dan mahasiswa tentu punya tujuan masing-masing menggunakan tools AI. Baik itu untuk mencari topik penelitian, mengecek tren penelitian di suatu bidang keilmuan, mencari novelty penelitian, memahami definisi suatu teori, dll. Tujuan ini akan menentukan isi prompt yang dibuat, maka perlu ditentukan di awal.
Tahap kedua dalam proses membuat prompt AI adalah identifikasi kebutuhan audiens. Perintah tertentu di AI tentu bertujuan membuat konten yang akan dibaca orang lain, bukan pengguna AI. Maka perlu memahami kebutuhan pembaca konten tersebut.
Misalnya, Anda mahasiswa dan mendapat tugas menyusun makalah. Maka prompt AI perlu disusun untuk menjelaskan tujuan tersebut dan audiens disini adalah dosen yang akan memeriksa makalah yang dibuat dengan bantuan AI.
Tahap berikutnya adalah mulai menyusun prompt dan selalu menggunakan bahasa yang jelas. Semakin jelas dan spesifik, semakin rendah kemungkinan menjadi ambigu. Sehingga respon AI saat menerima perintah sudah tepat sesuai kebutuhan pengguna.
Tahap berikutnya ketika membuat prompt AI adalah selalu memberi detail perintah. Misalnya jika ingin mendapat definisi dari teori X. Maka di pormt perlu ada kata kunci “jelaskan definisi teori X..”.
Contoh lain, jika tools AI digunakan untuk mendapat contoh abstrak artikel ilmiah. Maka di dalam prompt bisa menambahkan kata kunci “buat contoh abstrak…” Perintah yang detail akan mudah dipahami algoritma AI dan respon yang diberikan tepat sesuai keinginan pengguna.
Tahap berikutnya dalam tata cara membuat prompt AI adalah memberikan contoh output yang diinginkan. Misalnya saat mahasiswa ingin menggunakan tools AI untuk menemukan referensi ilmiah dalam bentuk jurnal bereputasi.
Maka di dalam prompt yang disusun bisa disebutkan salah satu nama jurnal bereputasi. Misalnya jurnal terindeks Scopus, maka silahkan cantumkan kosakata “Scopus” sebagai contoh output yang diinginkan untuk dipahami AI. AI kemudian akan memberi rekomendasi jurnal yang memang terindeks Scopus.
Melalui penjelasan di atas, tentunya bisa dipahami bahwa menyusun prompt AI memang harus detail dan tidak asal-asalan. Supaya proses penyusunannya mudah dan tepat maka berikut beberapa tips membuat prompt yang bisa dicoba:
Dikutip melalui website PointStar, tips yang pertama dalam menyusun prompt untuk dosen dan mahasiswa adalah memastikan makna jelas dan tidak ambigu. Sebab makna ambigu pada prompt akan membuat AI memberi informasi yang keliru, tidak relevan, dan sejenisnya.
Meskipun AI meniru kemampuan manusia dan pada beberapa kasus bisa lebih baik. Namun, AI masih jauh dari sempurna untuk memahami isi percakapan dua orang atau lebih.
Sehingga isi prompt berupa perintah sederhana lebih dianjurkan, dibanding perintah kompleks. Jika memang isi perintah lebih kompleks, maka bisa dipecah menjadi beberapa perintah untuk diberikan satu per satu ke tools AI yang digunakan.
Tips membuat prompt AI berikutnya adalah menentukan karakter output yang diharapkan dihasilkan oleh AI tersebut. Misalnya menjelaskan gaya, nada, dan warna dari output yang diharapkan saat menyusun prompt.
Tips yang keempat dalam membuat prompt AI adalah memasukan frasa atau kata kunci tertentu yang menjadikan perintah lebih jelas dan spesifik. Umumnya, frasa dan kata kunci disini adalah kata perintah.
Misalnya kata jelaskan, buatkan, berikan contoh, dan lain sebagainya. Sehingga frasa dan kata kunci ini semakin menjelaskan perintah yang diberikan kepada AI. Respon AI pun diharapkan bisa lebih relevan dengan perintah tersebut.
Tips berikutnya adalah memberikan konteks dan batasan pada prompt yang disusun. Konteks yang jelas membantu Ai memberi respon paling tepat. Misalnya Anda meminta rekomendasi menu makanan sehat di AI, jelaskan konteks menu tersebut untuk sarapan, makan siang atau makan malam.
Kemudian, berikan batasan agar respon lebih spesifik dan lebih sesuai kebutuhan pengguna. Misalnya membatasi penjelasan dari AI dengan jumlah kata yang sudah ditentukan seperti contoh sebelumnya.
Batasan disini bisa dalam banyak bentuk, misalnya batasan waktu saat mencari referensi ilmiah. Anda bisa meminta Ai merekomendasikan publikasi jurnal terindeks Scopus dalam 5 tahun terakhir saja.
Tips yang terakhir adalah memberi perintah tunggal pada promt dan dibuat berkelanjutan. Artinya, beri pertanyaan sederhana di awal. Kemudian tambahkan detail di pertanyaan kedua dan seterusnya seperti pada teknik iterative refinement yang sudah dijelaskan.
Teliti setiap kali membuat perintah di AI atau prompt AI adalah bagian dari teknik prompting yang tepat. Oleh sebab itu, silahkan memahami betul tata cara membuat prompt AI yang sudah dijelaskan dan kemudian praktek secara langsung agar tidak mudah lupa.
Gunakan AI sebagai tools pembantu Anda bekerja, bukan menggantikan Anda, agar integritas akademik Anda terjaga dan tidak ada pelanggaran akademik yang Anda alami kedepannya. Jangan sampai Anda mengalami salah satu di antara 7 Contoh Kasus Penyalahgunaan AI di Bidang Pendidikan.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…